Haha, aku tahu itu.
Tak ada yang menganggap aku ada disini...
Karena aku hanyalah bayangan, yang tidak perlu kalian pedulikan.
.
.
.
Suasana khidmat saat semua anggota keluarga-ahh ralat, hanya aku yang sedang makan malam, sendirian. Hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu di atas piring. Para pelayan sudah pergi beberapa menit lalu, membiarkan ku sendirian di ruang makan yang sangat luas ini.
Kenapa aku makan malam sendirian di ruangan sebesar ini?
Ayah dan Ibu sedang menghadiri pesta yang diadakan oleh kerabat kerja Ayah. Mereka sudah pergi 2 jam lalu, sehingga mereka tidak makan malam di rumah. Sedangkan Alia...
Entahlah, aku tidak mau tahu tentangnya.
Memikirkan gadis itu hanya membuatku mual. Makan malam yang baru saja kutelan, rasanya ingin keluar lagi. Karena sudah tidak nafsu lagi, aku membuang makanan itu dan beranjak ke kamar. Di depan kamarku, aku melihat Alia sedang menelpon dengan seseorang dikamarnya. Dia tertawa dengan riang sambil duduk dengan sebuah majalah ditangannya. Andai aku bisa tertawa selebar itu...
Sadar ada yang memperhatikannya, dia melirik ke arahku.
Dengan segera, dia berjalan menuju ke arahku dan menatapku dengan benci, "apa lihat-lihat?! mau apa kau?!"
"Tidak..."
"Kalau begitu, pergilah! Kau hanya menggangguku saja!" dengan kesal dia membanting pintu kamarnya.
Aku hanya menghela napas panjang dan masuk ke kamar. Kamar yang gelap, hanya cahaya bulan yang masuk sebagai penerangannya. Di dinding, banyak sekali goresan. Entah itu goresan pisau, cutter atau dari kukuku sendiri, dan beberapa noda darah. Tanda bisu betapa frustasinya diabaikan dan dipermalukan. Saat aku berjalan menuju kasur, saat itu juga air mataku jatuh, tanpa kusadari.
Entah berapa lama lagi aku bisa bertahan seperti ini.
.
.
.
.
"Selamat pagi, Alia!" sapaan dari teman-teman menyambutnya dengan penuh riang.
Dan gadis itu membalasnya dengan senyum manis. Senyum manis untuk memalsukan sifat busuknya.
Bagaimana denganku?
Entahlah, aku dianggap tidak ada disini.
BRAK! Tiba-tiba Lynn bangun dari kursinya dan dengan sengaja menabrak bahuku. Aku hanya meliriknya dan menunduk. Dengan kasar dia mendorong bahuku, memaksanya untuk berhadapan dengannya.
"Heh, jalan tuh pake mata! Kau itu punya mata tidak?!" bentak gadis itu. Dia sengaja karena ingin mempermalukan aku, di hadapan semua orang, termasuk Alia.
"Maaf..."
"Maaf, maaf! Kau pikir aku mau bersentuhan denganmu?! Melihatmu saja membuatku kesal! Sana pergi!" dengan kasarnya dia mendorongku untuk menjauh, untung saja aku bisa mengendalikan keseimbanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rikako Random Book
RandomYahhoo!! ( ゚▽゚)/ Sekedar informasi, buku ini hanya memuat tag, ToD dan Cuap-cuap. Jadi bagi kalian yang ingin tahu tentang Rikako silakan buka ( ̄∀ ̄) Tapi, kuperingatkan, buku ini mempunyai efek samping. Yaitu membuat selera humor kalian jadi receh...