Kenapa?!
Kenapa kalian semua meninggalkanku?!
Tidak!
Aku tidak mau sendirian!!!
.
.
.
.
"Oi, Ryo! Kenapa melamun disini?"
Pemuda yang tadi sedang melamun dikagetkan oleh temannya. Dia mengelus dadanya yang sempat kaget itu.
"Nakano! Kalau mau jahil lihat situasi dong! Kita sedang berdiri di atap lho! Di atap!" omel Ryo.
"Iya iya~ aku tahu." ujar Nakano sambil menutup telinganya. "Oh iya, kau tahu? Aku sekarang resmi jadi anggota Horror Club sekolah lho!"
"Apa untungnya kau masuk ke klub itu?" tanya Ryo sinis.
"Banyak, dan tidak bisa kusebutkan semuanya. Dan saat liburan panas nanti, kami akan mengadakan uji nyali di rumah keluarga Fujiyama"
Alis Ryo terangkat sebelah, "maksudmu rumah tua di dekat gunung itu?"
"Yap, betul sekali. Dan sebagai temanmu, aku mengajakmu untuk melakukan uji nyali denganku"
Ryo terdiam sebentar, "aku tidak mau"
"Heee~ kenapa? Apa kau takut?"
"Bukan. Aku merasa kegiatan itu tidak ada gunanya"
"Ahh ayolah, aku sudah susah payah untuk membujuk ketua agar memperbolehkan kau bisa ikut. Aku bahkan sudah mempersiapkan barang-barang untuk disana. Jadi kau tidak perlu membawa apa-apa"
"Meskipun begitu, aku tetap tidak mau" akhirnya Ryo pergi meninggalkan Nakano yang cemberut. Namun bukan Nakano namanya jika mudah menyerah. Dia terus membujuk Ryo agar ikut uji nyali dengannya. Karena diganggu terus oleh Nakano, akhirnya dengan setengah hati Ryo mengiyakan ajakannya.
"Dasar bocah..." ujar Ryo saat melihat Nakano yang kegirangan karena dia berhasil meyakinkan temannya.
.
.
.
.
Libur musim panas telah tiba, hari ini adalah hari dimana semua anggota Horror Club akan mengadakan uji nyali di rumah tua dekat gunung. Katanya rumah ini adalah tempat pembunuhan satu keluarga, yaitu keluarga Fujiyama. Korbannya adalah suami istri Fujiyama dan 3 anaknya. Mereka semua mati dalam keadaan mengenaskan, kecuali si sulung. Dia menghilang entah kemana dan dia diduga yang melakukan pembunuhan. Tapi sampai sekarang, dia tidak pernah ditemukan. Polisi pun menutup kasus ini tanpa hasil apapun. Sudah 3 tahun sejak peristiwa itu, dan sekarang belum ada yang menempati atau bahkan tertarik dengan rumah ini.
Ryo dengan setengah hati akhirnya berangkat dengan malas ke titik kumpul, yaitu cafe dekat rumah tua itu. Dia tidak membawa apapun, karena Nakano sudah berjanji akan membawakan barangnya. Sesampainya disana, dialah yang paling terakhir sampai. Semuanya sudah berkumpul dan bersiap untuk pergi. Ryo mencari Nakano, sembari dia mengamati semua wajah anggota Horror Club, ada yang bersemangat sekali, ada yang terlihat polos, ada yang terlihat sok berani, ada juga yang terlihat biasa saja. Ryo heran, kenapa semua anggota Horror Club berisi wajah-wajah seperti ini?
"Oi Ryo! Kau sudah datang rupanya" Nakano tersenyum melihat temannya sudah sampai.
"Hmm. Jadi, kapan kita berangkat?" tanya Ryo malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rikako Random Book
RandomYahhoo!! ( ゚▽゚)/ Sekedar informasi, buku ini hanya memuat tag, ToD dan Cuap-cuap. Jadi bagi kalian yang ingin tahu tentang Rikako silakan buka ( ̄∀ ̄) Tapi, kuperingatkan, buku ini mempunyai efek samping. Yaitu membuat selera humor kalian jadi receh...