Part : 16

2.1K 142 7
                                    

Typo everywere
---------

Parlemen Park terlihat berjalan kesana kemari seperti setrikaan. Ia berjalan ketempat itu lalu balik lagi mendekati meja kerjanya.

Ia memandang handphone-nya ragu. Parlemen Park menggigit kuku jari jempolnya.
"Apa aku telfon saja dia?"

Parlemen Park mengambil handphone-nya yang tadi tergeletak di mejanya.

"Tapi.. Bagaimana jika-"
"Ah gwencana. Aku akan menelfonnya saja"

"Annyeong haseyo"

"Nde Annyeong haseyo, ada apa? Tumben sekali kau menelfonku. Tuan Park?"

" jangan bermain-main denganku sebut saja dia sedang dimana?"

"Dia? Ahh, Nona Go Anna maksudmu? Benar?"

"Memang siapa lagi?"

" Dia sedang dikamar"

" Hm, Kau sudah urus kakakmu?"

Terdengar helaan nafas " dia sungguh kuat aku akui itu tapi dia sungguh lemah dengan yang namanya obat tidur."

"Baiklah baik. Sekarang kau akan menjadi kakakmu, Ji Sung. Jangan membuat hal aneh dan buat Anna percaya padamu sebagai Ji Sung bukan Jae Jong. Mengerti?"

"Ahh.. Merepotkan. Geroum asalkan-"

"Aku tahu, Kirim nomor rekeningmu padaku"

-·-·-·-·-·-

Anna mengikat rambutnya asal. Ia memandang kearah pantulan cermin di depannya.

" Bibi bilang aku semakin kurus, apa benar?" Anna menyentuh pipinya yang memang nyatanya semakin menirus saja.

Sudah 2 bulan lamanya ia tak mendengar kabar ataupun tanda-tanda mengenai keberadaan Je Ha, menunggu adalah hal yang paling Anna benci akhir-akhir ini.

Selama 2 bulan itu juga Mi Ran sudah sadar dan sudah kembali kerumah ini bersama bibi dan K1, tapi dimana kekasihnya saat ini?

Dimana Agen berbakat itu? Apakah ia baik-baik saja? Apakah ia mati?

Dipikiran Anna sungguh banyak kata tanya apakah dan bagaimana hingga membuatnya kesal sendiri. Namun menggalau dan mengurung diri di kamar tidak akan menyelesaikan apapun.

Cermin hanya bisa menerima suara Je Ha dan.. Pergi? Heol Anna bukanlah wanita super yang pandai berkelahi.

"Sudah pukul 6 pagi, kenapa dibawah terdengar sepi sekali ya?"

"Bibi"

Anna turun kebawah, ia menuju dapur dan melihat meja yang penuh akan makanan. Anna menghampiri meja makan dan mencicipi bulgogi disana.

"Ini sudah dingin. Hmm, sebenarnya dimana yang lain?"

Anna kembali berjalan memutar arah. Kini tujuannya adalah rumah pohon yang baru saja ia minta untuk dibuat disisi samping taman rumahnya.

Jika sedang rindu akan sosok Je Ha, Anna akan kerumah pohon ini. Atap? Ah tidak-tidak Anna akan menangis hingga besok jika ia datang ke atap.

"Huh sejak kapan aku jadi gampang lelah?"gumamnya.

Anna melirik kearah pemandangan didepannya.

Pukul 8 pagi waktu setempat adalah hal yang paling pas untuk melihat pemandangan di rumah pohon ini. Desain yang sengaja dibuat layaknya rumah ini membuat siapa saja yang datang akan berpikiran untuk menginap disini saja.

"Ji Sung kemana ya? Biasanya dia selalu ada disampingku"

" NONA!!"

"Aku mendengar suara?"

"NONA DIBAWAH SINI!" Anna melirik kebawah dan melihat Ji Sung yang tengah melambaikan tangannya. Anna menyambut lambaian tangan itu sembari berpikir aneh, sejak kapan Ji Sung menjadi cute?

"Ayo turun! Kau belum sarapan"

Anna menggeleng "tidak aku kenyang" Ji Sung mendesis lalu menaiki tangga rumah pohon ini.

Saat sampai diatasa Ji Sung melihat Anna yang tengah memeluk bantal sembari menengok kearah jendela yang di samping dapur.
"Wahh ini indah"

"Eng?" Anna melirik heran kearah Ji Sung "bukannya kau tidak suka tempat ini ya K3?" Ji Sung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hehe sepertinya aku akan tarik kembali omonganku itu Nona"

Hening.

Mungkin selama beberapa menit terakhir hening adalah aktivitas yang Ji Sung dan Anna lakukan.

"Ji Sung"

"Nde?"

"Aku tidak salah kan menunggunya?"kata Anna "aku rasa aku selalu saja menunggunya hingga aku sendiri merutuki diriku yang bodoh ini. Menunggu adalah hal yang paling aku benci saat ini, ia tidak pasti. Ia seperti debu yang akan datang jika tempat itu sudah sangat lama."

Ji Sung mendengar percakapan Anna seksama.
"Tidak. Kau salah, aku rasa menunggu adalah hal yang wajar setiap orang lakukan, tergantung kesabaran yang masing-masing orang miliki"

"Jadi menurutmu aku masuk dalam golongan tidak sabaran begitu?"

"Tidak, aku tidak bilang begitu hanya saja menurutku semua butuh proses. Tidak ada yang instan, sebagai contoh ramyeon. Walau dia instan tapi tetap saja ia butuh proses untuk membuka bumbu, memanaskan air dan lainnya"

Anna terdiam dan kembali menatap burung-burung yang bebas berterbangan.

"Mereka terlihat bahagia"

"Mereka?"

"Yah.. burung-burung itu"kata Anna sembari menunjuk kearah burung-burung yang sedang bertebangan.

"Mereka bebas melakukan apa saja. Aku sirik dengan mereka yang mudah pergi dan kembali dari tempat a ke tempat b"

"Yah tapi kau gak bisa menyalahkan tuhan atas semua ini"

Anna menggelengkan kepalanya lalu menatap Ji Sung.
"Tuhan tak pantas disalahkan. Jika kau mau marah, marahlah pada dirimu sendiri jangan Tuhan"

"Eng.. baiklah Nona Go Anna mari kita makan keburu makanannya dingin"

Anna terkekeh "udah dingin Ji Sung"

-·-·-·-·-·-

"Aku siapa?" dia tetap menggelengkan kepalanya. Sedari tadi gadis itu selalu bertanya kepada lelaki yang didepannya ini dan jawaban sang empu adalah tidak tahu.

"Ehem, kau? Kau siapa? Dan siapa orang yang kau suka?"

"Molla"

" Oppa" Perempuan ini menyikut kaka laki-lakinya.

"Wae? Dia hilang ingatan eoh?" perempuan itu mengangguk dan lalu mereka berdua saling bertatap pandangan.

"Yeyy!!!!"

"Ah maaf Je Ha oppa aku membuatmu bingung. Ehem, aku Baek Ji Hyun, calon istrimu dan ini Park Han Gook kakak tiriku" kata Ji Hyun disertai dengah Aegyo. Parlemen Park yang mendengar itu hendak mengeluarkan protesannya karena ucapan Ji Hyun tadi.

Je Ha menatap Ji Hyun lekat.
"Kau calon istriku?" Ji Hyun mengangguk. Je Ha lalu berdiri ditolong oleh Ji Hyun lalu dengan langsung Je Ha menarik Ji Hyun dalam perlukannya.

Dalam pelukan Je Ha, Parlemen Park menatap Ji Hyun meminta penjelasan. Namun dalam isyarat Ji Hyun memberi tahu bahwa Parlemen Park jangan menggangu.

Park Han Gook yang mengerti mendesis dan berdehem.
"Ji Hyun aku tunggu kau diruanganku" Je Ha melepaskan pelukannya lalu melirik kearah Parlemen Park yang berkata seperti itu membuat Ji Hyun merenggut karena belum puas.

"Je Ha oppa, aku benar-benar merindukanmu. Kau koma sungguh lama hingga rasanya aku mau mati saja!" ucap Ji Hyun sembari bergelayut manja di lengan berotot Je Ha.

"Yah, aku juga sangat merindukanmu Ji Hyun"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC

The K2 Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang