Bab 5

280 11 1
                                    

"ketika kau merasakan akar-akar cinta mulai tumbuh, membentuk sebuah kehidupan. Bunga-bunga itu bersemi seakan bernyanyi melantunkan sebuah melodi tentang cinta. Mencoba memberantas pemahamanmu tentang dunia dan semesta..."

Camlo Pov

Aku mengerjap beberapa kali mencoba menerka kembali apa yang aku harapkan dan aku pasrahkan kepada sang pencipta semesta dan segala isinya. Aku berharap semi-semi cinta yang mulai tumbuh dalam hatiku tidak pudar hanya karena perbedaan diantara kami. Meskipun jarak keyakinan yang kami tempuh sungguh berbeda dan tidak sejalan. Tapi cinta yang tumbuh dalam hati kami akan selalu bermekaran bagai bunga di musim semi. Setiap daun di musim gugur berjatuhan. Mencoba beradaptasi dengan alam dan semesta. Begitu pula hatiku dan juga hatinya yang juga berusaha beradaptasi dengan perbedaan diantara kami.

Matahari mulai memancar diufuk timur menandakan hari yang baru telah dimulai. Menandakan perjuangan manusia kembali berjalan di bumi ini. Aroma bunga kering menyeruak begitu saja masuk melalui indra penciumanku ketika aku membuka jendela di kamar sederhana ini. Membuat aku memejamkan mataku dan menarik nafas kuat-kuat mencoba merasakan kehadiran sang maha pencipta dihatiku.

Khalik langit dan bumi ada dalam hatiku. Disetiap hembusan nafasku, dalam setiap jalanku. Mencoba menjagaku dari semua kepalsuan dunia yang sungguh menyesatkan. Dunia yang tidak mengerti tentang dirinya, mencoba menyangkalnya. Tetapi tidak bagiku. ketika dunia berkata tidak aku akan tetap mengatakan "ya" untuk-Nya.

Seperti cinta yang dia anugerahkan. Membuat diriku berpikir bahwa tidak ada cinta yang berasal dari dunia tetapi cinta berasal dari nafasNya. Karena aku mulai menyadari itu semua. Aku mulai merasakannya dalam kehidupanku. Sebuah perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Membuat diriku menjadi seorang manusia yang paling berharga diantara yang lainnya.

Ya cinta itu telah mampu meruntuhkan pertahananku. Cinta telah menghancurkan tembok tinggi yang melindungi hatiku. Ya hanya cinta.. hanya cinta yang mampu meruntuhkan kepribadian seseorang. Hanya cinta yang mampu mengubah pemahaman yang salah menjadi benar. Cinta menganggap segala yang dirasakannya adalah sebuah kebenaran dan tidak dapat diganggu gugat.

Aku mencoba bangun dari segala pemikiranku dan berjalan menuruni tangga menuju ke meja makan dimana seperti biasa ibu akan menyiapkan sarapan untuk diriku.

"Bagamana malammu nichole?" ibu menyapaku dengan senyuman yang merekah.

"Cukup baik" aku menarik salah satu kursi dan duduk dengan tenang.

"Camlo, jangan lupa mengantarkan telur paskah ini sepulang kau dari kampus. Ibu sudah menghias sisanya dengan sangat cantik.."

"ahh iya hampir saja aku lupa, besok lusa kan paskah.. biar nanti aku akan membantu pendeta louis mempersiapkan ibadah.." ibu hanya tersenyum menanggapi kata-kataku.

Lagu dari bruno mars melantun disela-sela sarapan kami yang artinya ada yang meneleponku saat ini. Aku merogoh ponselku dan menerima panggilan tanpa memperhatikan nama si pemanggil.

"halo, selamat pagi" sapaku dengan sangat ramah.

"hai camlo, aku akan menjemputmu lima menit lagi. Kau sudah harus siap didepan rumahmu" seketika itu juga dia memutus panggilannya. Yaa.. nichole memaksaku untuk mengantar jemput diriku kemanapun aku pergi.. dia menjadi lebih manis kepadaku semenjak dirinya menyatakan cinta kemarin di taman belakang kampus. Meskipun sifatnya masih sama saja seperti dulu.. ya kalian pasti tahu kalau dia orang yang ketus dan sombong...

Aku masih belum bisa percaya. Ketika mengingat-ingat insiden ciuman di perpustakaan dan dibelakang kampus itu. Aku terlihat tidak mempunyai harga diri. Tentu saja aku malu. Bagaimana tidak Mrs shenny memergoki kami. Dan semoga saja tidak ada yang melihat insiden tersebut.

Atheis In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang