Epilog

473 16 4
                                    

5 tahun kemudian

Salju turun lebih cepat tahun ini, membuat sang pemilik rumah dengan gaya arsitektur belanda kuno ini menyalakan tungku api karena pemanas ruangan mereka rusak. Ya mereka terjebak di dinginnya salju yang tidak berhenti sejak pukul empat sore tadi, akan tetapi semakin lebat. Padahal menurut ramalan cuaca salju akan turun lusa. Jadi mereka belum bersiap-siap menghadapi musim dingin. Terpaksa mereka harus menggunakan tungku api untuk menghangatkan ruangan.

Dirasa-rasa kayu bakar yang diangkat oleh seorang anak laki-laki tampan terlalu berat, matanya sungguh indah berwarna biru laut, hidung yang mancung, garis wajah yang terlihat lembut dan manis seperti ibunya. hingga sang pemilik tubuh terhuyung ke depan dan menjatuhkan seluruh kayu bakarnya. Mungkin umurnya baru empat tahunan.

"Devian, kan sudah mama bilang hati-hati... lihatkan kamu jadi jatuh.." seorang perempuan dengan rambut terurai, dan lesung pipit yang dipatrikan selalu saat dia tersenyum. Siapa lagi kalau bukan Camlo.

"heheheheh... Maaf ma, habis kayunya belat sih. Aku kan jadi jatuh.." jawab anak kecil itu dengan agak cadel sambil tersenyum manis menatap camlo. Camlo yang gemas pun segera mencubiti pipinya sambil menggelitiki perutnya. Membuat sang pemilik perut cemberut, karena Devian tidak suka digelitiki.

"papa... mama nakal... tolongggggg" kata Devian berteriak, ketika melihat Nichole yang berdiri di ambang pintu ruang keluarga sambil membawa kayu bakar yang lain. Melihat kelakuan dua orang yang sangat dicintainya itu mau tak mau Nichole hanya tertawa terbahak-bahak.

"Ih... Devian tukang ngadu... Wlee.." camlo memanas-manasi devian sambil menjulurkan lidahnya. Camlo gemas dengan ekspresi Devian yang menggembungkan pipinya. Ohh, Devian menggigiti bibirnya seperti menahan tangis. Melihat itu camlo semakin gencar untuk mengerjai anaknya sendiri.

"Devian pasti mau nangis ya... anak mama kok cengeng banget sih.."

"Dee..deeviaan... gakk hikss.... nangis kok..." kata devian pelan sambil terisak. Ya ampun camlo, tega sekali kamu...

"Masak sih... terus itu yang keluar dari matanya apa?"

"papaaaaaaa" Devian berlari menuju papanya yang sedari tadi terus tertawa terpingkal-pingkal. Devian memeluknya erat, sedangkan Nichole pun membalas tak kalah eratnya.

"papa, mama nakal... masa Devian dibilang anak cengeng." Nichole sangat gemas melihat anak semata wayangnya itu mengadu dengan aksen cadelnya. Membuat Nichole tak tega dan terenyuh.

"tukang ngadu... tukang ngadu... " camlo semakin gencar dengan semangatnya mengerjai Devian dengan menggoyang-goyangkan pantatnya ke arah Devian. Devian yang mendengarnya semakin terisak dalam tangisnya...

"Camlooooo" kata Nichole pelan sambil menatap mata istrinya itu dengan tajam. Mau tak mau Camlo menjadi bungkam dan duduk dengan manis di kursinya... bagaimanapun camlo tak bisa melawan tatapan tajam suaminya.

"Ihh... ternyata mama penakuttt... sama papa aja takuttt.. wleee" lihat camlo??? senjata makan tuan ini namanya, anakmu balas mengerjaimu, Nichole dan Devian saling beradu tos antara ayah dan anak versi mereka...

Sedangkan camlo masih bungkam dan sesekali melirik mereka berdua yang tengah asik bercanda.

Disinilah mereka merasakan kehangatan dalam keluarga kecilnya, dengan sedikit bumbu candaan yang membuat hubungan mereka semakin hari semakin erat.

@@@

Cinta adalah sebuah kebahagian yang tak terhingga. Memberikan rasa aman dan nyaman, meski berselimut perbedaan. Takdir cinta meleburkannya menjadi satu kesatuan, dan menuntut tumbuhnya cinta dalam satu rasa yang sama... tak ada yang salah dalam mencintai, sebab pada hakekatnya mencintai itu adalah bagaimana hati kita, bukan bagaimana perkataan orang. Tuhan telah menyelipkan Cinta pada hati mereka, menyatukan segala rasa meski berbeda....

Mereka telah berhasil memberantas suatu pemikiran menggunakan : Bahasa Cinta Dalam Dunia Yang Berbeda. {}

THE END.

Atheis In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang