Bab 8

141 9 1
                                    

"Sekelebat Pertanda di alam mimpi, yang menentukan sebuah pemahaman tentang kehidupan"

Camlo Pov

Nafasku tersengal-sengal dan terputus-putus dalam waktu yang bersamaan, keringat dingin pun ikut mengalir deras membasahi seluruh tubuhku. Mataku terbelalak mengingat-ingat kembali apa yang baru saja terjadi. Seperti sebuah kenyataan, dan tak dapat dipungkiri hal itu akan segera terjadi. Aku mengetahui bahkan menyadari bahwa mimpi ini suatu saat akan menghantui diriku, dan kini mimpi itu kembali datang seperti deja vu. Setting atau tempatnya masih sama, penggambarannya yang sangat jelas terlihat meyakinkan bahwa ruangan besar itu adalah tempat penyiksaan bagi orang-orang jahat semasa hidupnya. Neraka.

Suara-suara orang berteriak ketakutan, segerombolan makhluk berbentuk menyeramkan, ratapan, hinaan, cacian, penyiksaan yang terjadi masih sama saat pertama kali aku bermimpi. Pada saat itu aku melihat Nichole tengah berdiri di pinggir jurang dengan lautan api di bawahnya dengan dikelilingi makhluk-makhluk yang wajahnya tak begitu terlihat dengan jelas, bahkan mungkin mereka tidak memiliki wajah. Ada yang aneh dengan wajah Nichole kali ini, dia terlihat seperti mayat berjalan, diwajahnya tak tersirat sebuah kehidupan yang nyata. Aku juga meragukan kalau orang tersebut adalah Nichole.

Makhluk itu mencoba mendorong Nichole memasuki lautan api itu, sedangkan Nichole hanya diam saja. Seperti tidak menyadari jika dirinya sebentar lagi akan terpanggang hidup-hidup jika dia tidak menyelamatkan atau diselamatkan saat ini juga. Aku yang menyadari bahwa Nichole hampir menjadi santapan lautan api itu pun meneriakkan namanya dengan sangat kencang. Tapi suaraku teredam seperti seseorang yang sedang sakit tenggorokan, atau anak ayam yang baru menetas. Kalian bisa membayangkannya, saat aku berlari secepat yang aku bisa. Nichole dan makhluk itu semakin menjauh dan menjauh. Aku frustasi dan mulai menangis. Aku meneriakkan doa yang aku tahu. Dengan harapan bisa menyelamatkan dan melepaskan Nichole dari cengkraman makhluk-makhluk itu yang hampir mendorongnya masuk menuju lautan api.

"NICHOLLLLLLLLLLL,,,,,, "

Sekali lagi aku berteriak dengan sangat kencang, berusaha menyadarkan Nichole agar menyelamatkan dirinya dari cengkraman makhluk-makhluk itu. Akan tetapi usahaku sia-sia Nichole tidak kunjung mendengarkanku, pada satu kesempatan mata kami bertemu. Kulihat raut wajahnya yang meredup seperti tak punya pengharapan. Tatapannya seperti orang yang sedang tersesat dan tak tahu bagaimana harus kembali. Makhluk-Makhluk itu dengan tidak mempunyai hati menyiksa nichole dengan menggunakan sebuah trisula dan juga besi panas. Mereka memukul kepalanya, Darah segar mengalir dari dalam kepalanya. Mengucur bagai sungai yang mengalir. Aku hanya bisa menangis dan menangis.

Aku terus berlari dan berlari mencoba mendekati Nichole tapi dia semakin menjauh dan hampir hilang dari pandangan.

"Oleh karena dia mengandalkan kekuatannya sendiri dan telah melupakan siapa yang memberikannya secara Cuma-Cuma..."

"Waktumu hampir habis, seseorang akan mencoba membunuhnya"

Sekelebat suara itu masih terngiang-ngiang dalam otakku. Nichole memang sangat keras kepala, dia pernah mengatakan bahwa dia bisa melakukan segala sesuatu dengan kekuatan dan otaknya sendiri. Seperti yang dikatakan sebuah suara tersebut, dia mengatakan waktumu hampir habis. Apa maksudnya? Waktu siapa? Dan mengapa dia memberikan waktu? Sebuah misi atau apa? Siapa yang akan mencoba membunuh Nichole.

Atau maksudnya adalah membuat Nichole tersadar dan Bertobat? Aku memang belum berhasil meyakinkannya bahwa Tuhan itu yang telah menciptakan manusia. Dia masih bersikeras dengan pemikirannya tentang pembentukan substansi dan apalah namanya itu... lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah akan sangat buruk? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Tak akan aku biarkan orang yang aku cintai terluka bahkan tersiksa. Tidak... aku akan berusaha...

Atheis In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang