Bab 7

155 9 1
                                    

"Saat kau mencoba menjauhi cinta, rasa ingin kembali membuatmu dilema. memunculkan satu keyakinan bahwa dia tercipta hanya untuk dirimu, dan kepadamu dia akan kembali"

Camlo Pov

Aku melihat nichole di kampus pagi ini, setelah satu minggu aku tidak melihatnya dimanapun. akhirnya dia kembali. Akan tetapi satu hal yang membuatku sedih dan sakit: dia menjauhiku. Yang benar saja, saat kami berpapasan dia pura-pura tidak melihatku dan langsung melenggang pergi begitu saja. Dan saat aku mengajaknya bicara dalam artian menyapa. Dia tidak menggubris sapaanku sama sekali.

Aku tahu aku bersalah tapi aku mohon jangan menyiksaku dengan cara seperti ini. Aku lebih baik diskors selama satu tahun daripada harus kehilangan suara berat dan seksinya yang membuatku bergairah. Ampuni aku tuhan bila aku berkata seperti itu. Tapi sekarang aku benar-benar sangat merindukan nichole. Terlebih senyumnya yang tidak pernah dilihat orang lain selain diriku. Dan saat aku melihatnya kembali. Dia malah seperti orang yang tidak mengenalku.

Hal itu membuat diriku menjadi tidak terkendali, dalam artian aku sering meluapkan emosi dengan orang-orang yang tidak bersalah. Bahkan lebih buruknya lagi aku sering melamun. Saat beribadah pun aku tidak memperhatikan khotbah dari louis. Hingga menimbulkan suatu tanda tanya besar untuk louis. Dia sudah berusaha membujukku untuk menceritakan masalahku padanya. Akan tetapi untuk kali ini aku merasa ingin menyimpannya sendiri.

aku menutup lokerku dan beranjak menuju kelas untuk mengikuti pelajaran mr alex. Dia menyuruh kami membaca hukuman yang waktu itu dia berikan. Bahkan aku belum sempat membuat sebuah puisi karena terlalu sibuk memikirkan Nichole.

"Baiklah kita mulai dari Sheilla, maju kedepan dan bacakan puisimu" sheilla tampak tenang-tenang saja dan beranjak dari kursinya untuk menuju ke depan kelas dengan membawa sebuah teks yang aku yakini sebagai puisinya. Saat dia megeluarkan suaranya untuk membaca semua pasang mata memperhatikan dirinya. Puisinya cukup romantis, menceritakan seorang pria yang dengan kegigihannya menaklukkan seorang wanita yang berhati keras (dalam artian wataknya). Ternyata aku baru mengetahui jika banyak diantara teman-temanku yang sangat piawai mengarang dan membaca puisi. Kecuali diriku.

Aku bahkan tidak pernah terlibat dalam urusan mengarang atau sejenisnya, menurutku itu adalah hal kuno yang biasa dilakukan oleh orang-orang muda jaman dahulu untuk melamar kekasihnya. Dan itu terbukti saat giliranku kini tiba, apa yang harus aku katakan? Aku bahkan belum memikirkan satu puisi sekalipun, atau apapun yang ingin aku ucapkan. Dengan rasa cemas yang membuncah dalam hatiku aku maju kedepan. Saat kakiku terhenti di depan kelas. Puluhan pasang mata menatapku seakan mengatakan padaku agar segera membaca puisiku. Aku menarik nafasku dan menghembuskannya beberapa kali. Dan mulai mengingat-ingat tentang nichole yang mulai menjauhiku. Bibirku mulai bersajak.

"Kekalutan hati kembali terjadi

dan merangkai setiap benih memori

Dari dalam jiwa merasuk kalbu

Tak henti-hentinya rentetan kegelisahan menemani langkah yang sepi

Dunia tak kunjung bersih dari kefasikan

Begitu pula hati ini,

Yang tidak bisa terjaga dalam ingatan

Tidakkah engkau mengerti...

bahwa hati ini sungguh telah padam dan sirna

Mencari jalan yang lebar

Hanya untuk berjalan lurus kedepan

Berilah aku kesempatan untuk menjadi surya ditengah kegelapan

Kiranya mata hati ini tidak pernah padam

Atheis In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang