Bab 10

182 6 3
                                    

"Cinta menyatukan hati, tubuh, jiwa, dan roh manusia... bahkan Alam bawah sadar – mimpi"

Nichole Pov

Sebuah Pintu gerbang nampak di depan mataku, memunculkan seribu satu pertanyaan. Ada apakah di balik pintu itu? Pintu itu tidak pernah kulihat dalam dunia. Bahkan tak pernah aku menyadari bahwa di dunia ini terdapat pintu sebesar itu. Tinggi menjulang, bahkan tak memiliki ujung. Ukiran-ukiran gerbang itu membentuk sebuah pria bersayap dengan memegang Trisula. Bertanduk seperti kerbau, dan berwajah seperti manusia. Dalam pikiranku aku melihat banyak kemungkinan yang akan terjadi, jika aku memasukinya akankah aku kembali? Jika aku tidak mau memasukinya apakah aku dapat keluar dari semua ini?

Aku bahkan tidak ingat siapa diriku? Mengapa aku ada di sini? Bahkan namaku saja aku tidak bisa mengingatnya... semuanya terlihat sangat asing, apakah ini memang tempat tinggalku? Atau aku sedang tersesat dan tidak tau jalan untuk kembali? Ada sesuatu yang mendasar mengenai sebuah kehidupan, yaitu kau harus mengetahui dirimu sendiri. Jika kau tidak mengingat dunia. Tidak apa-apa asalkan kau bisa mengingat dirimu sendiri. Tapi aku tidak bisa mengingat apapun. Bahkan wajahku pun aku tidak dapat mengingatnya. Yang aku ingat hanyalah sebuah nama. Camlo. Aku meyakini dia sangat penting dalam hidupku.

Kriettttttttttttt........ Gerbang besar itu terbuka dengan lebar. Membuat telingaku sakit karena suara decitannya sangat menusuk dan bergelombang menembus gendang telingaku. Otakku pun tak dapat menerima ultrasonik dan getaran yang masuk melalui saluran telingaku. Rasa panas menguar menyelimuti diriku saat gerbang itu terbuka dengan sangat lebar. Aura mencekam di dalamnya pun membuat diriku bergidik ngeri membayangkan segala sesuatu yang ada di dalam.

Tidak hanya berhenti disitu, terdengar suara-suara aneh dari dalam seperti suara orang berteriak, meronta, meminta tolong, mengumpat, mencaci, bahkan menghujat. Ratapan dan tasngisanpun menjadi pelengkap rasa takut dalam hidupku saat ini. Nyaliku menciut hanya melihat dari luarnya saja yang hanya berjarak sekitar lima meter dari gerbang, apalagi harus masuk ke dalam. Aku tidak berani.

Persis di depan gerbang besar itu. Ada semacam antrian orang-orang seperti diriku. Mereka berbaris dengan rapi. Laki-laki, perempuan, anak remaja, ibu-ibu, bapak-bapak, dan seluruh jenis manusia yang mungkin pernah aku lihat. Mengapa mereka berbaris?

"Hei kamu Masuk ke Barisan" seorang makhluk seperti algojo yang memegang Gada berbentuk bulat menarik tanganku dengan kasar mendorongku menuju barisan yang sangat panjang. Perlahan namun pasti barisan itu semakin sedikit, dan sebentar lagi giliranku akan tiba, setelah dua orang di depanku ini. Wanita didepanku nampak sangat ketakutan ketika dia berpapasan dengan sesosok manusia berjubah hitam. Makhluk itu memegang tangan wanita itu dan melihatnya.

"Tingkatan Ketiga" katanya dengan suara berat dan menyeramkan, tingkatan ketiga?

Wanita itu ditarik dan dibawa paksa oleh para manusia cebol memasuki tempat yang sangat panas itu. Selanjutnya diriku, dia melakukan hal yang sama seperti para antrean yang lainnya. Tapi wajahnya mengeras, saat melihat garis tanganku.

"Tingkatan Akhir" tanpa pikir panjang, sama seperti sebelumnya kurcaci-kurcaci itu menarik tanganku memasuki tempat paling panas yang pernah aku ketahui. Aku sudah mencoba untuk memberontak, tetapi tenaga manusia cebol itu lebih besar daripada aku.

Aku berjalan menyusuri jalanan yang berkelok-kelok yang terbentuk dari bara api, kakiku terasa sangat panas, seluruh tubuhku pun juga mengalami kenaikan suhu yang sangat drastis. Sedangkan manusia cebol jelek itu hanya menertawaiku tanpa memperdulikan rasa panas yang menguar dari tubuhku. Mereka mengejekku dengan berkata "hai manusia profesor, apakah otakmu masih dapat berfungsi di tempat ini?" katanya dengan nada suara yang sangat menyindir.

"Kalau aku boleh tahu, tempat apa ini?" tanyaku pada mereka. Sekali lagi mereka tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaanku.

"Hei tuan yang sombong, disinilah selamanya kau akan berada. manusia yang keji sepertimu memang cocok berada di sini, kau tidak mempercayai adanya Tuhan bukan? Padahal Dia sendiri telah menciptakan dirimu... selamat datang di Lembah Penyiksaan... Hahahahahahahah" ucap manusia cebol yang satunya sambil sekali lagi tertawa dengan sangat kencang.

Atheis In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang