5 Januari 2017
Dengerin mulmednya ya, gue sukak banget sama lagunya, dan kayaknya pas sama kondisi di part ini.
Neyo - Mad
Ditunggu komentar-komentar seru dari kalian ya~~
Cekidot dibaca!
======================================================
Sambil membasuh wajahku dengan air yang mengalir, aku menatap wajahku sendiri di depan kaca, yang kusut sehabis melakukan praktek menjadi seorang Trainer sebuah pelatihan untuk memajukan sebuah perusahaan dan seolah-olah menjadi seorang HRD di perusahaan tersebut, dari mata kuliah Menejemen Sumber Daya Manusia, yang menuntutku untuk tetap menampilkan wajah ceria.
Tapi setelah tanda 'break' diberikan oleh salah satu karyawan yang membantu proses pelatihan, aku langsung melangkahkan kakiku menuju toilet—lebih tepatnya, aku langsung menghindari Asyara yang satu kelompok denganku—aku hanya belum siap untuk berhadapan langsung dengannya hari ini setelah kemarin dia menyatakan apa yang seharusnya dia pendam saja, tidak perlu diberitahukan padaku, karena menurutku tidak mengetahui apapun akan lebih baik daripada mengetahui kenyataan pahit yang keluar langsung dari mulut sahabatku.
Kepalaku terasa pening apabila mengingat pengakuan yang seharusnya Asyara pendam itu. Aku masih ingat bagaimana wajahnya yang menunduk dan enggan melihatku karena merasa bersalah.
"Maaf, Del ... gue harusnya bilang hal ini dari awal lo deket sama Senja, tapi gue nggak mau ngerusak kebahagian lo di masa-masa pendekatan." Dia menghela napas panjang, sebelum akhirnya mengungkapkan hal yang membuat matanya memerah. "Senja pernah suka sama gue, dulu. Dulu banget, bahkan sebelum gue kenal sama Yoko. Senja pernah nembak gue beberapa kali, dan mepet banget persis kayak apa yang dia lakuin ke lo, sampe akhirnya gue jadian sama Yoko, dia baru nyerah."Aku menghela napas kasar mengingat ungkapannya kemarin.
Rasanya ada banyak umpatan yang ingin aku utarakan pada Asyara.
Tapi ....
Dia tidak sepenuhnya salah, karena sejak awal aku memang tidak menceritakan bagaimana kedekatanku dengan Senja.
Dan wajar saja kalau dia enggan mengatakan hal itu, karena saat Asyara mengetahui kedekatanku dengan Senja, adalah fase dimana aku dan Senja sedang menjelajahi tahapan yang paling ditunggu banyak pihak saat pendekatan.
Bodoh! Aku merutuki diriku sendiri yang terlalu percaya dengan semua perilaku manis yang Senja berikan padaku.
Sekali lagi, aku menatap bayanganku di cermin. Lingkaran mataku terlihat menghitam karena terlalu banyak yang dipikirkan dalam kepala ini.
Sambil menarik tisu yang tersedia, aku mengusap wajahku yang basah.
Entah bagaimana caranya, pengakuan yang diberikan Asyara sudah meresap ke ulu hatiku, hingga membekaskan sesak.
Di ujung sana, ada rasa yang berkecamuk. Aku kecewa pada Asyara, dan aku kecewa pada Senja—tentu saja!
Kenapa harus Asyara? Dan kenapa harus aku yang jadi pelampiasan rasa cintanya pada Asyara? Rasa itu belum berhenti, aku yakin betul.
Ponselku berdenting. Kulirik layar itu, menampilkan nama Senja di sana.
Ting
Senja Rahardian:
Kamu dimana?Ting
astaga, masih ngambek?Ting
Kenapa sih, ya Tuhan....
Dan tak adalagi dentingan berikutnya saat aku menunggu Senja menghujaniku dengan chat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Senja
Подростковая литература[COMPLETED] Aku menyukai langit senja. Indah, tak akan pernah bosan kumelihatnya seperti saat bersama Senja. Tapi sayang, kebersamaanku dengan Senja hanya sesaat. Layaknya langit senja kala warna jingga berganti hitamnya malam. Mungkin seperti itula...