Part 12

1.6K 217 30
                                    

10 Januari 2017

Well, lagu yang dipake di part ini:
Adele - All I Ask

Cekidot~~



==========================

Sesampainya di rumah, aku memilih berada di teras atas depan kamarku, untuk merenungkan nasib hubunganku dengan Senja yang kurasa semakin kacau.

Sungguh, aku tidak akan bisa bertahan kalau terus berada di posisi ini.

Senja yang terus menengok ke masa lalu, dan Asyara di dalam hatinya.

Ini baru fase awal, aku tahu. Dan ini cobaan di awal hubunganku dengan dia. Tapi apa yang akan terjadi ke depannya kalau aku tetap bertahan?

Aku menunggu jawaban dari hatiku sendiri.

Tapi seolah hatiku tidak bisa menjawabnya. Karena saat ini yang aku rasakan adalah kehampaan yang tak terarah, ditambah lagi hanya rasa sesak yang tidak kutahu apa penyebab sebenarnya. Tidak ada emosi lain.

Merasa aneh, aku meremas pelan dadaku yang terasa sakit begitu sekelebat bayangan akan kejadian tadi muncul. Hanya sesak, tak ada emosi lain.

Satu hal lagi yang membuatku berpikir keras hari ini; bagaimana bisa Asyara ditodong dan sempat menghubungi Senja? Bukan Yoko? Atau minimal, Fikar lah.

Aku jadi semakin yakin, kalau Asyara juga menyimpan ketertarikan yang sama, hanya saja hatinya sudah dimiliki oleh Yoko--yang jauh segalanya dibanding Senja.

Pikiranku yang terus melayang negatif itu buyar, ketika ponselku sudah kembali menyala dengan kabel charger yang masih tersambung itu berbunyi.

Dengan langkah malas, aku mengambil ponselku. Menatap nama pemilik nomor yang memanggilku malam-malam begini.

Yoko Juniartomo is calling...

Yoko? Ngapain dia?

Masih dengan keengganan, aku membiarkan bunyi itu memenuhi kamarku. Aku menggigit bibirku ragu, untuk apa Yoko menelponku malam-malam begini? Atau jangan-jangan itu adalah Asyara?

Lagi, ponselku berdering, menampilkan nama yang sama.

Tanganku sedikit ragu untuk melepas kabel charger dan mengangkat panggilan itu. Tapi kuenyahkan pikiran itu, kemudian menunggu suara di seberang sana yang memulai.

Ada suara percakapan yang tidak begitu jelas di sana, kemudian salah satunya berdeham, membuatku mengerutkan dahi.

"Dela, ini gue Asyara." Terdengar isak tangis dari ujung sana.

Aku mengerutkan kening. "Kenapa lo nangis, sih?" akhirnya omelan dari bibirku meluncur juga.

"Gu ... gue takut, Del. Gue juga nggak tau lo udah tau soal ini atau belum, karena daritadi nomor lo nggak bisa dihubungin."

"Iya, hp gue mati, lo sebenernya kenapa, sih?"

"Gue abis kena musibah, Del. Sekarang gue nggak punya apa-apa, hp nggak ada, mobil nggak ada, isi dompet nggak ada. Gue nggak tau lagi gimana nasib mobil gue setelah kunci mobil ada di tangan orang-orang yang udah nodong gue di pinggir jalan."

Setengah sadar, aku menganga mendengar keluhannya. Tentu aku sudah tahu apa yang terjadi pada Asyara, hanya saja aku ingin mendengar dari mulutnya secara langsung.

Dan sekarang ... dia kehilangan harta yang dititipkan orangtuanya dalam sekejap? Astaga, bahkan dalam mimpi pun aku enggan membayangkannya!

"Jadi kabar itu bener? Kok bisa sih, Sya?" tanyaku frustasi, aku membanting tubuhku ke kasur, sambil mengusap wajahku yang terasa kusut.

Seindah SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang