Part 13

3.4K 258 56
                                    

10 Januari 2016

Lagu yang dipakai di part ini:
1) Tulus - Ruang Sendiri
2) Drive - Melepasmu

Ps: baca part 1 lagi deh sekilas, abis itu balik ke part ini lagi biar paham.

Maaciw💁😚

==========================

Flashback itu memudar. Reka adegan dalam kepalaku seolah terekam nyata dan belum bisa terhapus dari ingatan, bagaimana hubunganku dan Senja yang terasa menyenangkan, namun harus berakhir melepaskan.

Iya, sampai di hari ini kami memutuskan tetap pada keputusan awal--membutuhkan ruang sendiri untuk memahami bagaimana perasaan masing-masing.

Aku mengerjap pelan saat sebuah telapak tangan bergoyang di hadapanku. Seolah deja vu, aku mengernyitkan dahi, dan entah bagaimana caranya jantungku berdetak abnormal saat kulihat Senja berdiri, sambil tersenyum manis sampai ke matanya.

Membuatku merasa kalau ini adalah deja vu sungguhan. Senja pernah melakukan hal serupa padaku, beberapa waktu lalu.

Dan bahkan, detak jantungku masih bergerak abnormal setiap kali berdekatan dengannya.

Dia mengangkat alisnya, seolah meminta kejelasan dari kebisuanku. "Kamu kenapa diem aja, daritadi aku panggilin, aku ajak ngobrol, tapi kayaknya pikiran kamu lagi masih kemana-mana, ya?"

Aku tersentak, untuk pertama kalinya aku mendengar lagi suaranya, setelah tiga hari kami tidak lagi saling bertukar kabar untuk menenangkan hati masing-masing. Dan yang paling membuatku terkejut, panggilannya padaku yang belum berubah. Dia masih bertahan untuk tetap 'aku-kamu', tidak lantas mengubah kebiasaan itu walaupun hubungan kami sudah tidak terikat lagi.

"Kamu, Sen ... maaf, aku tadi bengong."

Dia manggut-manggut sambil tersenyum miring. "Bengongin aku ya?"

Dat is!

Tau aja!

Parah!

Aku hanya bisa cengengesan. "Bengongin tentang kita, gatau kenapa tiba-tiba kayak flashback pas liat kamu tadi."

Raut wajahnya langsung berubah serius. Tidak ada lagi senyum jenaka di wajah itu. Dia lantas menghela napasnya panjang, menatapku dalam, membuatku seolah masuk ke dalam mata itu. "Kamu sendiri yang ambil keputusan itu, dan aku setuju karena semua ucapan kamu malem itu bener semua. Aku--"

Ucapannya terputus, dia nampak gusar. Mengusap kasar rambutnya dari belakang ke depan. "Aku lagi belajar buat mikirin ucapan kamu, sekarang aku lagi coba pahamin hati aku sendiri, seberapa besar bayangan kamu di dalam sana," lanjutnya.

Membuat mataku seketika memanas. Lantas Senja memegang pipiku sebentar, tak lama menjauhkan lagi tangannya. Seolah sadar, kalau aku bukan lagi miliknya.

"Kita harus bahagia, Sen," ucapku pada akhirnya.

Mata kami beradu, seolah kami sama-sama tenggelam dalam tatapan masing-masing.

Dia mendekatkan tubuhnya, menyentuh belakang kepalaku sambil mengelus rambutku. Tanpa aba-aba, dia menyesap lembut bibirku. Sangat singkat. Lalu bibirnya berpindah ke dahi, dan dia mengecupnya di sana.

Aku terpaku akan perlakuannya. Ingin marah padanya, dengan seenaknya masih bisa menciumku.

"Sen ... apa artinya ini?"

Apa dia sungguh memberikan salam perpisahan melalui ciuman tadi?

Dia hanya tersenyum, tak sampai matanya. Seolah rasa sakit itu masih menyelimutinya. Sambil menggeleng samar dan enggan menjawab pertanyaanku, dia memindahkan rambutku yang nyaris menutupi mata ke belakang telinga.

Seindah SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang