Copyright2017©Anita_ pardais
Warning :
1. Cerita ini adalah side story dari cerita Fine, I Love U. Jadi jalan ceritanya sedikit banyak menyambung dari cerita tersebut.
2. Diharapkan untuk membaca Fine, I Love U terlebih dahulu agar tidak ada kesan alur cerita ini terlalu cepat.
3. Bagi yang mau lanjut baca harap tinggalin vote dan komentarnya. Malu dong kalau ketahuan baca terus tapi nggak pernah ninggalin vote. Ya khaannn #alaalainces
4. Ya udah langsung baca aja ngapain yang ini dibaca juga #hehehe
****
Rindu menunduk di depan wastafel. Kulit putihnya terlihat pucat saat ini. Matanya berair dan raut wajahnya mengerut kesakitan.
Perempuan muda itu memutar kran lalu menampung air yang keluar dari kran tersebut dengan tangan sebelum membasuhnya ke mulut dan wajahnya. Rindu mendesah. Benar-benar merasa tak nyaman dengan kondisinya saat ini.
Perutnya masih sakit karena muntah barusan. Ulu hatinya juga perih. Muntahnya tadi hanya berupa cairan kuning kehijauan yang sangat pahit. Lehernya sampai tercekik saat memuntahkannya.
Rindu menghela nafas lemah. Tenaganya benar-benar habis sekarang. Tangannya mencengkram pinggiran wastafel seolah mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya sesaat sebelum berjalan tertatih-tatih untuk kembali ke tempat tidur. Padahal hari sudah hampir pagi dan waktunya dia beraktifitas menyiapkan sarapan untuk suaminya, tapi Rindu lebih memilih kembali meringkuk di bawah selimut. Dia merasa benar-benar kedinginan.
Sesaat tubuhnya yang dibalut tank top dan hot pants hanya bergelung layaknya bayi dalam kandungan. Tapi karena perutnya yang tak nyaman membuatnya mendesah lagi. Apa lagi kamar ini menjadi sangat dingin pagi ini akibat hujan yang mengguyur dengan lebat semalam. Tubuhnya lemah dan rasanya benar-benar sakit membuat Rindu membutuhkan energi lain.
Dengan sisa-sisa tenaganya Rindu mengangkat tangannya kebelakang. Mencoba menyentuh punggung lain di belakangnya.
"Mas...." rengeknya pelan. "Mas..." ulang Rindu lagi saat ujung jarinya menyentuh punggung telanjang di belakangnya. Jarinya mengusap punggung yang terasa hangat tersebut berulang -ulang. Tapi tak juga menimbulkan reaksi apa-apa membuat Rindu meradang kesal.
Suami tak bertanggung jawab! Batin Rindu setengah jengkel pada sang suami.
Jika sudah menjelang pagi seperti ini saja dirinya di cuekin. Padahal semalam hot nya minta ampun. Lembutnya nggak ketulungan. Tapi sekarang suaminya telah kembali menjadi pria cuek yang menyebalkan. Membuat Rindu kesal.
Padahal siapa yang telah membuat Rindu sakit seperti ini kalau bukan karena ulah suaminya yang hot di tiap malam-malam panjang mereka. Tapi jika sudah menjelang siang suaminya berubah menjadi pria cold. Hingga Rindu merasa telah menikahi pria dengan kepribadian ganda.
Sekali lagi Rindu berusaha mencari perhatian suaminya dengan tidak lagi sekedar menyentuh punggung suaminya itu, tapi mengoyangnya pelan karena sumpah tangan Rindu sudah lemas sekali. Kalau tidak karena Rindu membutuhkan pelukan yang tidak hanya membuatnya lebih hangat tetapi juga membuatnya lebih nyaman, Rindu pasti sudah tidak peduli pada sikap cuek sang suami.
Dulu Rindu tak terlalu peduli dengan sikap dingin suaminya. Dia menerima semua konsekuensinya menikahi seorang Rangga Leksmana yang cuek, dingin dan kaku. Tapi entah kenapa semenjak dia mengandung benih suaminya perasaan Rindu menjadi sangat peka. Dia membutuhkan perhatian suaminya bukan hanya saat malam hari saja. Bukan saat suaminya membutuhkannya untuk melepaskan gairah lelakinya. Rindu membutuhkan perhatian itu setiap saat. Tapi sayang suaminya tak pernah peka.
"Mas... mas... bangun dong... " ucap Rindu sambil menggoyang pelan punggung Angga. "Dingin nih," rengeknya lagi.
"Hmm... " kali ini terdengar deheman dari arah belakangnya membuat Rindu sedikit berharap. Dia sudah menarik tangannya menunggu di bawah selimut. Tapi hingga sekian detik berlalu pelukan yang diharapkan Rindu tak kunjung datang juga. Kekesalannya memuncak dan saat dia dengan susah payah mencoba berbalik dilihatnya suaminya masih tak bergeming di posisi semula.
Perlahan Rindu mendesah. Hembusan nafasnya mewakili rasa jengkelnya pada sikap Angga yang tak pedulian, padahal istrinya kedinginan dan barusan muntah-muntah.
"Ya Allah... " gumam Rindu mencoba meredakan kekesalannya yang bergumul di dalam dadanya. Dia benar-benar tak habis fikir melihat Angga yang malah mendengkur sendiri. Ada ya mahluk yang seperti suaminya yang saking cueknya istri sendiripun tak diperduliin.
"Mas...! " panggil Rindu tertahan. Tangannya terulur untuk menarik tangan Angga anggar berbalik menghadapnya.
Anggapun berbaring telentang sekarang. Kepalanya menoleh pada Rindu dengan mata yang sudah terbuka. Matanya memerah dan tampak sekali dia masih kelelahan dan menahan kantuknya.
"Hmm... ada apa sih Rin," tanya Angga dengan suara serak. Wajahnya mengernyit benar-benar merasa terganggu dengan ulah Rindu barusan.
"Mas ini nih. Aku tuh kedinginan mas," rengek Rindu mencoba mencari perhatian Angga.
"Hmm..." Angga memejamkan matanya lagi. "Aku ngantuk banget Rin," ujar Angga. Sebelah tangannya terulur kekepala Rindu, mengusap-usap rambutnya.
Rindu memandangi wajah Angga yang masih mengusap kepalanya. Diam-diam mengagumi ketampanan suaminya padahal setiap hari ia bertemu dengan suaminya itu, tapi tetap saja dia selalu terpesona.
Matanya yang terpejam itu dihiasi bulu mata lentik dan alis yang hitam tebal. Hidungnya mancung dan bibirnya merah dengan bentuk sedikit tebal yang sexy. Bibir yang selalu bisa membuat gairahnya meletup jika sudah menyentuh wilayah-wilayah sensitif di tubuhnya. Bahkan dengan hanya membayangkannya saja tubuh Rindu sudah merinding dibuatnya.
Rindu jadi senyum-senyum sendiri. Sampai dia tersadar jika tak ada lagi usapan di kepalanya dan di lihatnya tangan Angga sudah terkulai di samping kepalanya.
Dengan seketika bibir Rindu langsung cemberut dan terdengar dengusan kesalnya sementara batinnya mengomel sendiri. Apa salahnya sih bergeser sedikit untuk memeluknya, toh dengan memeluknya dia juga masih bisa tidur.
"Dasar ngeselin!" lirih Rindu seraya berbalik memunggungi Angga. Sampai kapan sih suaminya bisa mengerti keinginannya?
Sampai lebaran monyet mungkin! Batin Rindu kesal. Berusaha mengabaikan dua kepribadian suaminya yang kaya dispenser itu dengan kembali menutup mata.
####
KAMU SEDANG MEMBACA
Di ujung jalan
RomanceJalan hidup membuat Angga menikahi Rindu. Sikap Angga yang cuek dan dingin di terima Rindu begitu saja. Tapi lambat laun seiring bertambahnya jejak langkah yang mereka tinggalkan Rindu menginginkan Angga berubah menjadi pria yang lebih hangat. Sedan...