Copyright2017©Anita_pardais
****
Sore harinya sesuai janji Angga mengantar Rindu ke rumah orang tuanya. Naik motor ninja hitam Angga yang super duper keren itu. Wuih! Rindu nangkring diboncengan dengan memeluk pinggang Angga erat.
Bukan apa-apa. Bukan Rindu takut jatuh juga, tapi Rindu benci melihat mata kaum hawa yang menatap Angga terpesona. Padahal Angga sudah menutup wajah gantengnya dengan helm gelap. Tapi ternyata helm aja nggak bisa menutupi aura kegantengan suaminya itu.
Setiap mereka berpapasan dengan rombongan yang Rindu tak tau pasti apakah gadis atau janda, maka mata mereka sudah fokus dari jauh, bahkan Rindu bisa menerka kalau mereka masih akan menoleh ke belakang jika motor Angga sudah melewatinya, lengkap dengan cekikikan mereka. Membuat Rindu ngedumel jengkel dalam hati.
Ya gitu deh kalau punya suami keren. Benar-benar ujian dan mesti mempunyai stok kesabaran yang berlebih kalau nggak mau terjangkit virus penuaan dini. Masa masih muda sudah keriput karena sering marah-marah, nggak pengenkan.
Setelah setengah jam perjalanan mereka tiba di rumah orang tua Angga disambut dengan suka cita oleh bu Yuli, ibunya Angga. Di rumah cuma ada bu Yuli sendirian. Karena ini bukan hari libur maka Mita dan Bapaknya Angga masih berada di tempat kerja mereka masing-masing.
Bu Yuli sudah menyiapkan banyak makanan karena tau anak dan mantunya akan datang. Tadi pagi saat Mita mengirimkan gambar buah belimbing yang ada di halaman rumahnya memang Rindu sudah memberi tau Mita kalau dia akan main ke rumah mertuanya ini. Awalnya hanya untuk mengerjai Angga saja. Tapi nyatanya setelah melihat buah belimbingnya secara langsung membuat Rindu ngences beneran.
Bu Yuli menyuruh Rindu dan Angga untuk masuk ke rumah. Angga pun melangkahkan kaki menuju ke dalam rumah yang dulu pernah ditinggalinya sebelum dirinya menikahi Rindu, sementara Rindu masih tetap berdiri di teras. Mata ibu hamil itu tertuju pada pohon belimbing di halaman rumah, tepatnya pada buahnya yang besar dan ranum. Kayanya seger banget tuh, batin Rindu dan tanpa sadar bumil muda itu telah menelan ludahnya yang tiba-tiba saja sudah berkumpul dimulutnya.
"Rindu pengen belimbing?" tanya bu Yuli yang sudah bisa menebaknya dari raut wajah menantunya itu.
Rindu menoleh pada bu Yuli. "Iya Ma," jawab Rindu seraya tersenyum. "Kayanya enak tuh Ma. Asem-asem seger."
Bu Yuli tersenyum. "Rindu ngidam ya?" ujar beliau sumringah. Maklum saja ini adalah cucu pertamanya, cucu yang sudah dinanti-nantikan bu Yuli sejak dulu.
Dulu bu Yuli berharap cucu itu diberikan dari seorang perempuan yang pernah menjadi tetangganya, wanita baik yang sangat disayanginya seperti anaknya sendiri, tapi sayangnya Angga tidak berjodoh dengan wanita itu.
Wanita itu sudah mencintai orang lain dan menikah dengan lelaki pujaannya tersebut membuat bu Yuli akhirnya move on pada Rindu yang tak kalah cantik dan juga tak kalah baik dari wanita tersebut. Karena nyatanya Rindu dan wanita itu adalah saudara sepupu jadi hubungan pertalian darah membuat keduanya bisa mirip satu sama lain. Dan yang membuat bu Yuli lebih bersyukur adalah karena Rindu bersedia menerima Angga. Bu Yuli bagai mendapat durian runtuh. Akhirnya anaknya yang kaku kaya linggis itu ada yang mau juga!
Rindu yang mendengar ucapan bu Yuli tadi mengerjap. "Eh, nggak tau Ma. Iya kali Ma," ujar Rindu bingung. Baru kali ini dia merasakan hamil jadi dia tidak tau ngidam itu seperti apa, dia hanya sering mendengar dari orang-orang yang sudah mengalaminya saja.
"Ya udah biar Mama suruh Angga yang ngambilin," ujar bu Yuli lalu beranjak ke dalam untuk mencari Angga. Rindu pun segera mengekori mertuanya untuk masuk ke dalam rumah yang bergaya perumahan komplek pada umumnya tersebut. Dengan cat kuning gading dan ruangan-ruangan yang di design serba simpel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di ujung jalan
RomanceJalan hidup membuat Angga menikahi Rindu. Sikap Angga yang cuek dan dingin di terima Rindu begitu saja. Tapi lambat laun seiring bertambahnya jejak langkah yang mereka tinggalkan Rindu menginginkan Angga berubah menjadi pria yang lebih hangat. Sedan...