Copyright2017©Anita_pardais
****
Cinta memang tak bisa dipaksakan. Sesungguhnya aku hanya berusaha dan bersabar.
(Rindu to Rangga)~~~~
Rindu sedang mengaduk nasi goreng yang dimasaknya saat mual yang menyesakkan itu kembali menjejali rongga perutnya. Rasa panas menjalar ke tenggorokannya memaksa Rindu cepat-cepat menahan nafas.
Rindu tak tahan lagi. Dimatikannya kompor dan segera berlari ke tempat cuci piring yang berada tak jauh dari tempat memasak. Di atas bak cuci piring itu akhirnya dia memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan dan udara kosong. Rasanya pahit dan menyakitkan. Membuat perut dan tenggorokannya sangat sakit seperti terbakar.
Rindu menyeka air di sudut matanya sambil mengusap permukaan perutnya yang masih rata. Mencoba merasakan kehadiran janinnya di dalam sana.
Dia kawatir. Karena jika dia muntah seperti ini pasti perutnya bereaksi hebat membuatnya takut janinnya akan terganggu.
" Ya Tuhan ... Semoga kamu gak apa-apa sayang," ucap Rindu lirih.
Rindu lalu mendesah panjang untuk mengontrol nafasnya yang terengah. Dibukanya kran wastafel untuk membasuh wajah dan mulutnya.
Morning sick nya pagi ini benar-benar parah. Sudah beberapa kali dia muntah di pagi ini. Dia juga tak sanggup makan apa-apa karena pasti akan dia muntahkan kembali. Rasanya tubuhnya lemas sekali dan kepalanya juga pusing. Membuatnya ingin berbaring di manapun, bila perlu di lantai dapur ini dia akan segera membaringkan tubuhnya yang seakan tak berdaya.
Tapi dia masih membuat sarapan, memasak nasi goreng. Sebentar lagi Angga akan berangkat bekerja dan dia belum menyelesaikan membuat sarapannya.
Mengingat hal itu memaksa Rindu untuk kembali ke depan kompor. Di pejamkannya matanya sesaat untuk menahan rasa pusing yang masih mendera kepalanya. Rasanya Rindu benar-benar tak berdaya. Tapi dia mesti menyiapkan sarapan untuk Angga karena dia tau suaminya itu sangat sibuk hari ini jadi kemungkinan tak akan bisa sarapan ditempat kerjanya.
Rindu menguatkan tubuhnya lalu kembali menyalakan kompor untuk memasak nasi goreng yang tadi sempat tertunda masih dengan menahan rasa pusing dan lemas tubuhnya. Demi sang suami tercinta dibela-belain bikin nasi goreng, pikir Rindu sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya di dalam wajan agar tidak gosong.
Beberapa saat kemudian dia selesai menghidangkan sepiring nasi goreng di atas meja makan bertepatan dengan Angga yang baru saja masuk ke ruangan itu. Rindu menatap suaminya yang telah rapi dengan stelan kerjanya. Selalu saja. Rindu terpesona pada ketampanan yang sangat sempurna di wajah suaminya itu.
Angga yang tidak memperhatikan Rindu langsung menyeruput kopi hitam hangat di atas meja yang telah di siapkan Rindu di samping piring nasi gorengnya. Angga langsung menghabiskan setengahnya sebelum menoleh pada Rindu.
"Aku langsung berangkat soalnya ada dead line," ujar Angga kemudian meneguk kopinya lagi.
"Makan dulu itu sudah aku buatin nasi goreng," sahut Rindu sambil melirik nasi gorengnya sebelum melihat ke arah Angga lagi.
"Nggak sempet," ujar Angga lagi sambil menaruh gelas kopinya yang sudah kosong sebelum bergegas pergi ke teras samping.
Rindu terpaku sesaat. Seperti ada yang lolos dari dadanya mendengar ucapan Angga barusan. Rasanya menyesakkan.
Nggak sempet...
Gampang sekali ucapan itu keluar seperti tanpa beban sama sekali. Tak memikirkan perasaan orang yang menyiapkannya. Istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di ujung jalan
RomanceJalan hidup membuat Angga menikahi Rindu. Sikap Angga yang cuek dan dingin di terima Rindu begitu saja. Tapi lambat laun seiring bertambahnya jejak langkah yang mereka tinggalkan Rindu menginginkan Angga berubah menjadi pria yang lebih hangat. Sedan...