11. Antara Cinta dan Rasa Sakit

5.4K 481 39
                                    

Copyright2017©Anita_pardais

****

Aku mencintaimu melebihi kata yang bisa aku ucapkan. Aku mencintaimu melebihi tindakan yang bisa aku lakukan. Aku akan di sini mencintaimu sampai akhir. (Rindu to Rangga)

~~~~

Hati Rindu sangat sakit mendengar perkataan Angga. Rasanya begitu menusuk kemudian mengaduk-aduk gumpalan hatinya tersebut. Mata Rindu sampai terpejam merasakan sakit begitu perih yang dirasakannya tepat di dalam rongga dadanya itu.

Bagaimana tidak. Angga yang barusan saja mengatakan tidak bisa mengantarnya keundangan dengan alasan sibuk. Tapi tiba-tiba saja mengatakan akan menyempatkan waktu untuk datang ke acara Kak Oliv.

Tentu saja! Tentu saja dia punya waktu untuk wanita terncintanya! Terkutuklah kau Rindu yang hanya dijadikan pelampiasan saja oleh Rangga. Berharap dicintai balik oleh si pangeran es? Mimpi saja sana!

Rindu menggigit bibir merasakan gumpalan sesak yang menerjang dadanya. Umpatan batinnya tadi terasa telak meninju dadanya.

Kenapa Mas Rangga tak bisa menjaga perasaannya sama sekali? Dia istrinya. Bahkan telah mengandung benih yang ditebar suaminya itu hampir di tiap malam-malam panas yang mereka lewati. Apa Mas Rangga tak bisa menghargai itu? Dengan setidaknya bersikap tak peduli saja jika mereka tengah membicarakan Kak Oliv. Bukan malah menunjukkan sikap antusias yang bahkan selama ini belum pernah Rindu melihat Mas Rangganya bersikap antusias terhadap orang lain. Tapi dengan Kak Oliv jelas sekali Mas Rangga menunjukan sikap berbeda.

Ternyata Mas Rangga benar-benar mencintai Kak Oliv, batin Rindu pilu. Menahan kesedihannya sambil tetap mendekap tubuh kokoh yang merupakan sumber dari rasa pedihnya itu.

****

Tak lama motor mereka tiba di depan rumah. Rindu turun untuk membuka gembok pagar rumah  mereka sekaligus mendorong pagar agar motor Angga bisa lewat. Lalu tanpa menunggu Angga, Rindu langsung bergegas masuk melewati pekarangan dan langsung membuka pintu depan. Langkahnya tertuju ke kamar mandi setelah sebelumnya menghidupkan lampu penerangan rumahnya yang tadinya gelap gulita.

Di kamar mandi Rindu menumpahkan rasa sesaknya. Dia menangis. Menangis karena mesti mencintai seorang Rangga Leksmana yang hanya memberikannya rasa sakit.

Kenapa dia bisa terlanjur mencintai Mas Rangga, Tuhan... Yang cintanya bukan untuknya. Dia hanya bisa memiliki tubuhnya, tapi hatinya sudah milik wanita lain.

Rindu tergugu. Apa jodoh mereka tertukar? Apa tulang rusuk itu bukan dirinya? Tapi mengapa mereka menikah? Apa untuk bercerai lagi nantinya?

Rindu menggeleng ketakutan. Dia tak mau bercerai dari Mas Rangga. Dia mencintainya. Meskipun Mas Rangga tidak mencintainya, dia tetap mencintai suaminya. Apapun perlakuan Mas Rangga padanya, Rindu akan menerimanya. Meskipun rasa sakit. Insyaallah dia akan tetap menerimanya.

Rindu membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari kran. Menatap matanya yang memerah lewat pantulan cermin.

Jika Angga tidak mencintainya maka dia akan merubahnya menjadi belum. Bukankah tak ada yang tak mungkin di dunia ini asalkan kita mau berusaha. Maka tak mungkin juga selamanya Mas Rangganya tak akan goyah. Dia akan membuat suaminya mencintainya. Karena jika takdirnya memilikinya maka selamanya akan seperti itu.

****

Setengah jam Rindu di kamar mandi. Selama itupun suaminya juga tetap tak menunjukkan rasa kawatirnya. Tadinya Rindu berharap Angga akan mengetuk pintu kamar mandinya dan menanyakan keadaannya yang tak kunjung keluar dari kamar mandi sejak mereka masuk ke dalam rumah tadi. Tapi boro-boro. Begitu dirinya keluar dari kamar mandi, Rindu malah menemukan suaminya itu sedang duduk dengan santainya di depan tivi sambil memainkan ponsel di tangannya. Sama sekali tak peduli padanya yang tengah berjalan kearahnya. Lihatlah, menoleh saja pun tidak.

Di ujung jalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang