9. Sebuah Jawaban?

5.3K 431 46
                                    

Copyright2017©Anita_pardais

****

Aku hidup untuk menatap masa depan bukan masa lalu. Karena kau tidak berada di masa laluku, tapi kau berada dalam masa depanku. (Rangga to Rindu)

****

Angga tengah duduk ngopi di cafetarian bandara bersama dua orang rekannya sesama engineer. Baru satu jam yang lalu pesawat yang mereka cek lepas landas dan saat ini mereka masih memiliki waktu bersantai sambil menunggu jatah chek up pesawat berikutnya yang akan landing satu jam lagi.

"Eh, buset! Si Vera kok tambah seksi aje ye!" celetuk Rian yang merupakan teknisi junior di tempat Angga bekerja. Tangan Rian tampak sibuk meng-scrol aplikasi instagram yang tengah dibukanya.

"Perasaan kemarin kau bilang gebetanmu si Ayu, Yan. Kok sekarang jadi Vera?" ujar Anwar menimpali. Kalau Anwar ini lama bekerjanya sama dengan Angga, tapi masalah rating, Angga jelas lebih pengalaman dari Anwar. Secara Anwar masih memegang basic license.

Angga menyesap kopinya perlahan sebelum kembali meletakkan cangkir kopinya ke atas meja. Sambil bersedekap dia lalu menyandarkan punggungnya kesandaran kursi plastik yang di dudukinya. Matanya hanya memperhatikan tingkah Rian tanpa ekspresi.

"Cuci mata aje Bang. Lumayan liat yang seger-seger. Buat pencerahan habis bosen liat besi melulu," Rian menyahuti masih dengan mata tak lepas dari layar ponselnya. Melihat pose Vera si seksi yang bekerja sebagai pramugari di salah satu maskapai penerbangan swasta.

Siapa yang tak kenal Vera. Dari pilot senior sampai tukang sapu di bandara juga tau tentang si cantik nan bohay itu. Iya, karena selain jadi pramugari pekerjaan sampingan Vera jadi selebgram. Jaman sekarang memang sudah pada canggih, sampai OB pun mainnya sekarang ke instagram, bukan ngumpul-ngumpul sambil ngerumpi di bawah pohon lagi.

"Kalau sudah satu ya setia sama yang satu saja Yan." Sebagai senior dan yang sudah duluan berumah tangga Anwar mencoba untuk menasehati juniornya.

Tapi Rian tak terima dikatakan tak setia hanya karena melihat wanita lain. Menurut pikirannya wajar saja jika lelaki melihat dan memuji perempuan lain yang lebih cantik dan lebih seksi dibanding pasangan mereka. Dan menurutnya itu tidak bisa disamakan dengan kata tak setia.

"Kalo cuma melihat saja ya nggak pa-palah Bang. Ye kan kita laki-laki normal Bang," ujar Rian membela diri. "Coba nih Abang liat nih. Bikin segerkan," ujar Rian lagi sambil mencoba menarik minat Anwar dengan mendekatkan ponselnya ke depan wajah seniornya itu.

"Ah gak guna juga seger-seger cuma gambar Yan. Enakkan yang di rumah bisa dipegang-pegang," ujar Anwar sok alim tapi nyatanya matanya tetap saja memelototi sajian penggoda iman di depannya.

Melihat itu Rian tertawa lalu sengaja menjauhkan ponselnya membuat Anwar sedikit kecewa.

"Ah elo mah nggak niat banget ngasih palaha," ujar Anwar pura-pura sewot membuat Rian semakin terbahak merasa lucu dengan ekspresi Anwar. Bahkan raut datar Angga bisa tersenyum melihat mereka berdua.

Anwar memang lucu. Sisi humor lelaki beranak satu itu selalu bisa menjadi hiburan rekan-rekan sejawatnya di tengah rasa suntuk mereka yang dikejar dead line pekerjaan.

"Tuh kan Bang, Abang yang sudah punya istri saja masih suka kalau lihat yang beginiankan," tegas Rian terdengar puas. Bahwa memang bukan dia saja yang suka jelalatan melihat perempua lain padahal sudah punya pasangan, tapi yang sudah beristripun doyan 'cuci mata'.

"Coba deh kau lihatin foto Vera ke Angga. Pasti nggak bakal ngaruh sama dia," ujar Anwar lagi mengolok Rian seraya menunjuk Angga dengan dagunya.

"Kalo Abang Angga beda, Bang. Kebalikan kita. Dia yang selalu dikagumin para cewek," sahut Rian sambil melirik sedikit ke arah Angga yang tetap cuek.

Di ujung jalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang