Alfarrellia Kayla

16 3 0
                                    


*****

"Lio, bangun ini udah siang, kamu nggak ada janjian apa sama temen-temen kamu?" Tanya Eni, Mama Farrel yang sedang membangunkan Anak Sulungnya.

Eni memang memanggil Farrel dengan sebutan Lio karena Farrel anak kembar dan memiliki nama yang sama, Alfarrellio Kanzar dan Alfarrellia Kayla. Jadi untuk membedakan Eni memanggil Farrel dengan sebutan Lio, sedangkan untuk kembarannya Ia memanggil Lia.

"Iya ma." Ujar Farrel sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Ayo ah, buruan bangun. Mandi gih." Perintah Eni sambil menarik selimut Farrel dan melipatnya. Dengan malas Farrel bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Selesai membersihkan kamar tidur Farrel, Eni turun ke lantai bawah untuk menyajikan masakkannya.

*****

Karena hari ini Sabtu Farrel bersantai di rumah tepatnya di ruang keluarga melihat acara televisi yang membosankan. Jadi mamanya berniat mengajak mereka pergi ke kota kelahiran Ayahnya, yaitu kota Bandung.

"Lio.." panggil Eni lembut. Farrel yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh.

"Kenapa ma?"

"Mumpung hari ini dan esok libur kita pergi ke kota Ayah, yok!" Ajak Eni pada anaknya.

"Sekalian jengukin Lia,adik mu." Karena Ayah dan Mama Farrel berpisah tempat tinggal bukan karena mereka cerai, karena pekerjaan Ayahnya yang sering berpindah-pindah tempat.

Jadi Ayahnya memutuskan agar Eni dan Farrel berada di Semarang sedangkan Ia dan Lia berada di Bandung.

Kenapa Lia tidak bertempat tinggal di Semarang juga? Karena dari Ia kecil ia sudah nyaman tinggal bersama neneknya yang berada di bandung. Sebulan sekali Ayahnya selalu pulang ke Semarang bersama Lia.

"Harus ke sana ya, ma?" Tanya Farrel malas.

"Sekali-kali dong, sayang. Masak Ayah sama adikmu terus yang ke sini?" Ujar Eni lembut.

"Tapi Farrel malas ma, perjalanannya jauh. Capek." Tolak Farrel

"Ayolah rel, Mama kangen suasana Bandung. Apa kamu tidak kangen sama Ayah, adik dan nenekmu?"

"Kangen sih kangen, ma. Tapi malas kesana, benar-benar jauh ma." Tolak sekali lagi.

"Ayolah rel, mama mohon. Plisss..." Bujuk Eni

"Mama tambahin uang jajannya deh, ya ya? Atau mau mama isi pulsa paketan?" Rayu Eni sekali lagi.

"Hhh.. baiklah ma, ayo." Farrel memutar bola matanya karena bujukan Eni.

"Yeyy, kamu memang anak mama yang paling pengertian." Kecup Eni di pipi kanan Farrel dan berlari menuju kamarnya.

Farrel menengok ke arah mama nya yang sedang berlari dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

*****

Setelah 8 jam perjalanan dari Semarang-Bandung, akhirnya Eni dan Farrel sampai di tujuan.

Untuk menghemat biaya, mereka ke Bandung dengan menaiki mobil pribadi dan Farrel yang menjadi supirnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Oh, ada tamu dari Semarang to?" Ujar Sulistya tersenyum, nenek Farrel yang usianya sudah memasuki kepala 6.

"Bagaimana kabar, ibu? Sehat?" Tanya Eni memeluk Sulistya.

"Iya, Alhamdulillah. Lalu bagaimana kabarmu dan Lio?"

"Alhamdulillah sama baiknya, Bu."

"Ayo, masuk! Kalian pasti capek jauh-jauh datang ke sini." Ajak Sulistya pada menantu dan cucunya.

Eni dan Lio mengeluarkan barang-barang bawaannya dari bagasi dan membawa masuk ke dalam rumah.

Brugh

Farrel menghempaskan badannya ke sofa ruang tamu. "Masuk dan bawalah barangmu ke kamar. Bukan seperti ini." Tegur Sulistya pada Farrel

"Masih capek Nek. Biarkan seperti ini sebentar saja." Jawab Farrel dengan mendongakkan kepalanya menghadap ke atas.

Mendengar jawaban Farrel, Sulistya menghela napas dan berjalan ke arah pintu utama.

"Ingin kemana, Nek?" Tanya Farrel.

"Warung sebelah membeli teh." Farrel mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Nenek pikir kau akan membelikan. Dasar!" Desis Sulistya.

"Sebenarnya aku terlalu capek, tapi... Hhhh... biar ku belikan Nek." Farrel berdiri dan berjalan ke arah pintu.

"Mana uangnya?"

"Ini, belikan teh dan cemilan." Sulistya menyerahkan dua lembar sepuluh ribu kepada Farrel untuk dibelikan teh dan cemilan.

Farrel keluar rumah menggunakan sandalnya dan pergi ke warung sebelah seperti yang nenek perintahkan.

*****

"Adik kamu lama sekali keluarnya, tadi bilangnya hanya sebentar." Oceh Sulistya pada Eni dan Farrel di ruang tamu yang sedang menonton acara televisi.

"Sudah, biarkan saja. Lagipula dia sudah remaja." Sahut Farrel.

"Dibiarkan bagaimana, kalau terjadi apa-apa, siapa yang akan menanggung." Ujar nenek sewot

"Sebentar lagi juga pulang, Bu." Kata Eni menenangkan Sulistya.

Hening.

Hanya ada suara ribut dari televisi. Entah apa yang mereka tonton, mereka begitu menikmatinya dengan serius dan seksama.

Tok Tok

"Assalamualaikum." Seru gadis cantik seumuran Farrel membuka pintu rumah dan memasukinya.

"Waalaikumsalam, kenapa lama sekali? Kamu beli apa saja? Bukankah tadi ijinnya hanya sebentar?" Ujar Sulistya memarahi gadis cantiknya, Alfarrellia Kayla atau sering dipanggil Lia.

"Maaf Nek, tadi buat tugas dan membeli bahan-bahan untuk praktek besok." Ujar Lia bersalah.

*****



Masa Terakhir  #1stTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang