Perkelahian kecil kami membuatku bersemangat. Tatapannya masih sama kepadaku, senyumnya, segalanya. Tak ada yang berbeda. Kuharap ia memang tak punya perasaan lagi kepada pria itu. Pria yang meninggalkannya. Sampai aku menemukannya. Aku sebisa mungkin membuatnya melupakan pria itu, agar ia bisa bahagia bersamaku. Tanpa pria itu.
Tapi kuharap dengan kembalinya pria itu tak membahayakan hubunganku dengan Kei. Yah semoga.
Ah aku lupa bertanya kepada Kei kapan aku harus datang besok. Masalahnya aku ada sedikit urusan dikantor pagi-pagi.
Kutelfon ponselnya berkali-kali namun tak juga diangkat. Ada apa dengannya?
Tak lama ponsel ku berdering. Bukan. Itu David.
"iya Dav?"
"Gard... Maaf ya selama ini gue nyusahin lo"
"apaan si lo Dav? Lo mabuk ya? Di bar mana lo?"
"hahaha... Kayaknya sih gitu.. Gard lo maafin gue kan?"
"jangan aneh-aneh. Lo gak nyusahin gue sama sekali inget tuh. Berhenti minum"
"berhenti minum? Oke. Tapi gue juga bakal akhirin hidup gue"
"Dav!! Jangan gila! Lo dimana sekarang?!"
"dirumah"
"jangan ngelakuin hal apapun sebelum gue pulang. NGERTI!!"
Aku langsung menyalakan mobilku dan langsung meluncur kerumah kontrakan David. Entah apa yang ada dipikirannya sampai ia bicara ingin mengakhiri hidupnya.
——————
Aku kembali menelfon Keira setelah masalah David selesai. Kau mau tau bagaimana keadaannya saat aku menemuinya tadi? Keadaannya mungkin hampir sama seperti diriku kemarin. Kacau. Tapi tentu saja aku tak mau disamakan dengannya. Kau tahu? Kali ini aku jujur dan tidak melebih-lebihkan.
Dia terlihat seperti orang gila tadi.
Jika kemarin aku mabuk, dia terlihat seperti mati tak mau, hidup tak sanggup.
Jika kemarin aku menangis -ah aku malas mengakuinya-.
Ralat
Jika kemarin aku.. Em... Kemasukan debu. Ah iya! Aku kemasukan debu. Maka David malah menangis histeris sambil menjerit-jerit.
Kau tau alasannya siapa?
Wanita yang dulunya ia maki. Wanita cantik -masih cantikan Kei loh ya- yang dengan pandainya menutupi kecantikannya. Wanita baik dan lugu sama seperti Kei. Terang saja, dia sahabatnya. Ya. Wanita itu Rachel. Terdengar pasaran kan jika sahabatku berhubungan dengan sahabat kekasihku.
Tapi aku sudah menenangkannya tadi. Aku juga sudah berjanji akan membantunya. Sekarang aku sedang dimobil. Aku bingung... Keira tak menjawab ponselku sama sekali.
Akhirnya kuputuskan menelfonnya lagi selagi aku pulang kerumah.
Dan apa ini? Aku menemukan ponselnya di dashboard mobilku. Ck! Pantas saja.
Segera saja kuarahkan mobilku ke rumahnya. Aku akan mengembalikan hp nya, dia pasti kebingungan mencari hp nya.
"Kei nya ada, tante?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Or Bad Boy? (SELESAI)
RomanceMy first story on wattpad.. Typo bertebaran, bahasa sometimes baku.. I made this story when I was fifteen. Ada niat revisi? I don't know. Semoga suka, enjoy!