"Gard, kamu disuruh pulang nih. Bokap nyokap ada dirumah"
"gamau. Ngapain sih? Jodohin gue lagi?!"
"engga Gard, serius kamu pulang dulu"
"gamau nanti gue dipukul lagi"
Ayah Egard yang mendengar percakapan kedua anaknya hampir saja menangis. Sekejam itukah dirinya?
"mereka batalin pertunangan kamu"
"serius?"
"iya. Makanya kamu pulang dulu"
"wait for thirdty minute"
#####
Egard memasukki rumah orang tuanya. Setelah masuk ia melihat kedua orang tuanya serta kakaknya sedang mengobrol sambil sesekali tertawa. Ia mengangkat sebelah alisnya, tumben sekali ayahnya itu mau membuang waktunya dengan hal-hal yang tidak menghasilkan uang seperti ini. Ibunya tak sengaja melihat dirinya yang masih menatap keluarganya itu dengan datar, ia langsung menghampiri Egard.
Namun, tanpa di duga-duga Egard berjalan mundur
"ada apa? Katakan saja dari situ!"
Ibunya terlihat sedih. Egard hanya mendengus sebal, sungguh aktingnya sangat buruk. Ibunya juga begini saat Evan menolak untuk ditunangkan, dan bodohnya Evan malah terjebak dan mengikuti kemauan ibunya. Tapi jangan harap dirinya juga sama bodohnya dengan kakaknya, ia rela melepas hubungan apapun dengan keluarga ini. Ia sudah muak mengemis-ngemis perhatian kepada orang seperti mereka, lagipula ia sudah punya Keira.
"cepat katakan. Sejak kapan kalian suka membuang-buang waktu seperti ini?!"
Ibunya berlari dan langsung memeluk putranya itu. Egard membeku. Pelukan ini, pelukan yang ia idam-idamkan. Tapi ia tahu, ini hanya sesaat, begitu ibunya sudah mendapatkan apa yang ia mau, ibunya akan kembali seperti semula. Seorang wanita yang gila kerja tanpa memikirkan keluarganya
"sudah kubilang bicara dari sana saja. Kenapa melakukan ini? Jangan melakukannya kalau hanya untuk membuatku lemah"
Egard berbisik. Ia tak kuat untuk tidak menangis
"maaf kan ibu dan ayahmu, Gard. Kami tahu kami adalah orang tua yang buruk. Kami membuatmu sendirian selama ini, maaf. Kami takkan memaksamu lagi. Ibu juga sudah memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja"
Egard terdiam, benarkah? Ini terlalu nekat untuk sekedar akting
"ibu kemarin menemui pacarmu. Ia bilang setiap malam kau selalu menangis karena kesepian. Maaf atas kegagalan kami sebagai orang tua, kami sadar dengan apa yang pacarmu katakan. Kamu sangat beruntung bisa mendapatkannya"
Benarkah? Keiranya berbicara seperti itu? Ya. Dia lebih dari beruntung bisa mendapatkan Keira.
Ayahnya menghampirinya dan ikut memeluknya
"maaf kan ayah juga sudah menyakitimu. Ayah janji itu takkan terjadi lagi, ayah akan lebih meluangkan waktu di rumah"
Egard merasa lega sekarang
"jadi pertunangannya dibatalkan?"
Ayahnya mengangguk
"pernikahan kakakmu juga dibatalkan"
Egard menatap kakaknya yang tersenyum lebar
"kenapa dibatalkan? Biarkan saja dia menikah sekalipun dia gak suka. Lihatlah berapa umurnya sekarang"
Kedua orang tuanya tertawa
"ck! Kamu ini! Kakak bakal tetep nikah kok. Cuma mempelai wanitanya diganti"
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Or Bad Boy? (SELESAI)
RomanceMy first story on wattpad.. Typo bertebaran, bahasa sometimes baku.. I made this story when I was fifteen. Ada niat revisi? I don't know. Semoga suka, enjoy!