Chapter 1

13.9K 1.1K 501
                                    

Dia menatapku sambil tersenyum, menunggu pertanyaan, kebetulan aku juga sudah tidak sabar untuk mengeluarkan isi kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menatapku sambil tersenyum, menunggu pertanyaan, kebetulan aku juga sudah tidak sabar untuk mengeluarkan isi kepalaku..

"Lalu, aku siapa?"

Takuto menyerigai, aku melontarkan pertanyaan yang dia tunggu.

"Kamu adalah Pemusnah."

"Pemusnah?" tanyaku, mengerutkan alis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pemusnah?" tanyaku, mengerutkan alis. Aku tidak terlalu suka nama itu.

"Ya," jawab Takuto ringan, sambil beranjak berdiri, memberi kode agar aku mengikutinya. "Nanti akan ada saatnya kamu memilih namamu sendiri tapi, sementara ini kamu kupanggil seperti itu saja. Seperti namamu, kamu adalah Pemusnah. Tugasmu adalah memusnahkan semua Anomali yang mengganggu keseimbangan dunia."

Aku mengikutinya berdiri dan berjalan di antara rerumputan. Kurasakan tanah dan daun menggelitik telapak kaki yang telanjang. "Memangnya siapa yang bisa mengganggu keseimbangan dunia?"

"Banyak. Salah satunya yang paling mengganggu adalah keberadaan Soul Eater-para pemakan jiwa." Takuto menghela napas. "Mereka manifestasi dari nafsu jahat manusia, akhir-akhir ini mereka makin banyak. Mereka memakan jiwa manusia terutama yang memiliki kemampuan sihir. Dasar!! Mereka mengacaukan pekerjaanku!" Dia menatapku dengan kesal. "Karena kamu sudah lahir, pastikan mereka menjauhi jiwa-jiwa manusia yang kubawa!"

Aku memutar bola mataku dengan tidak kentara. Baru saja bangun sudah disuruh bertugas.

"Sihir?" tanyaku heran, mengabaikan ocehannya, terus mengikutinya berjalan.

"Yep," balas Takuto ringan. Dia menggerakkan tangannya, membuatku menyadari keadaan sekitar. "Times Square, New York City."

Aku ternganga. Padang rumput tempat aku bangun berubah menjadi perkotaan. Gedung-gedung pencakar langit mengelilingiku dan Takuto. Kami berada di persimpangan jalan. Mobil-mobil melewati kami seakan kami tak tampak. Lampu-lampu menyala berwarna-warni dan aku dapat melihat videotron bergerak bergantian menampilkan iklan. Terdengar bunyi klakson dan sirene dari kejauhan. Banyak orang berlalu lalang di antara kami dan suara celotehan terdengar tumpang tindih membentuk dengungan samar. Selagi aku mengamatinya tiba-tiba saja salah satu mobil mengarah ke arah kami. Mataku terbelalak, secara reflek kunaikkan kedua tangan untuk melindungi wajah, bersiap untuk tabrakan tapi yang kutunggu tak terjadi. Gerakannya melambat hingga nyaris berhenti.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang