Chapter 15

3.3K 426 211
                                    

Siapa dirimu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa dirimu?

Dia memutuskan untuk menahan diri, merasa pertanyaan itu akan memutarbalikkan semua hal yang dia tahu dan dia tidak akan bisa memandang gurunya dengan cara yang sama. Maka, malam itu Illa diam, merasakan tangan gadis itu memeluk bahunya, berharap saat-saat ini berlangsung selamanya.

"Istirahatlah lagi."

Gumaman itu menjadi semacam mantra yang membuat kantuknya kembali datang. Illa menutup mata dan perlahan kembali terlelap, meninggalkan pertanyaan demi pertanyaan mengambang di sudut pikiran.

 Illa menutup mata dan perlahan kembali terlelap, meninggalkan pertanyaan demi pertanyaan mengambang di sudut pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar kelotak kayu beradu, disertai dengan teriakan mantra. Dua lawan satu. Seorang pemuda berambut pirang menebaskan pedang kayu dalam genggamanya secara horizontal, mengincar tengkuk lawannya, sementara seorang pemuda lain yang lebih kecil merapal kata-kata dari bahasa kuno. Lawan mereka, menunduk di saat yang tepat, membuat pedang kayu yang mengarah kepadanya menebas udara. Tanpa membuang waktu, dia mendorong dirinya maju, sengaja menjegal pemuda yang sedang mengucapkan mantra, membuat konsentrasinya buyar, lalu segera membalikkan badan dan menebaskan pedang ke leher pemuda berambut pirang yang lima senti lebih tinggi darinya. Gerakannya terhenti tepat di atas kulit pucat pemuda itu, mencegah pedang kayunya menghantam nadi utama.

"Kalian kalah," ucap pemuda berambut hitam dengan senyum kemenangan walau napasnya terengah. "Perburuan berikutnya aku akan menaiki kuda tercepat."

"Belum tentu," balas pemuda berambut pirang, mata birunya berkilat licik.

"Schild!"

Semburan api yang mengarah kepada pemuda berambut hitam sebahu mengenai dinding tak terlihat lalu menguap ke udara.

"Kamu curang, Illa!" gerutu pemuda yang lebih muda, membaringkan diri di atas rumput dengan napasnya tidak beraturan, menatap langit musim panas yang mulai memerah. "Kamu bisa melepaskan sihir hanya dengan satu kata!"

"Kerja keras dan bakat, Harold," Illa menarik pedang kayunya dan memanggulnya sambil tersenyum sombong, "ditambah aku punya guru yang paling hebat."

"Bakatmu tidak masuk akal, Illa," sela pemuda berambut pirang satunya. "Kamu bisa menguasai empat elemen sekaligus. EMPAT! Tidak ada manusia yang bisa menguasai empat elemen, Illa. Jangan-jangan kamu makhluk jejadian."

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang