Chapter 13

3.6K 473 192
                                    

Langkah mereka bergema pelan di dalam sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah mereka bergema pelan di dalam sana. Jantung anak itu berdebar-debar. Dalam hati dia bertanya-tanya bagaimana ruangan yang ditempati oleh gadis itu. Apakah besar dan mewah? Siapa tahu, menara ini hanya kamuflase. Apakah dipenuhi oleh buku? Illa selalu dapat mencium bau perkamen kuno keluar dari tubuhnya. Atau malah berhias renda dan kain? Illa menahan senyumnya, tidak bisa membayangkan gadis itu memakai gaun seperti Catherine.

 Atau malah berhias renda dan kain? Illa menahan senyumnya, tidak bisa membayangkan gadis itu memakai gaun seperti Catherine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Illa menahan kakinya agar tidak berlari, berperang dengan rasa ingin tahu yang menggelembung besar di dalam dada. Selama dua tahun mereka bepergian bersama, gadis itu jarang bercerita tentang dirinya. Illa lebih sering dijejali dengan ilmu pengetahuan dan pembicaraan mereka tidak pernah melenceng dari hal-hal aneh yang mereka jumpai. 

"Guru?" tanya Illa, lagi. "Bagaimana Guru bisa kenal dengan Marquess Walker?"

Illa merasa gerakan gurunya sempat terhenti, hanya sepersekian detik sebelum dia menghela napas dan berkata, "Ceritanya panjang, tapi kurang lebih karena pekerjaan."

Anak itu tidak bertanya lagi, merasa bahwa gurunya sedang tidak ingin menjawab. Illa menyimpan rapat-rapat keingintahuannya walau sedikitnya dia merasa tertolak. Ini tidak adil, gerutu Illa dalam hati, gurunya tahu segala hal tentang dirinya tapi tidak sebaliknya.

"Akan ada saatnya kamu akan tahu, Illa." Gurunya kembali berbicara seakan membaca pikiran anak itu. "Untuk saat ini, masih ada banyak hal yang perlu kamu pelajari."

Illa memandangi sang guru yang tersenyum lembut, merasakan rasa kesalnya melerai. Mereka berjalan dalam diam sampai tiba di sebuah pintu di puncak menara. Lagi-lagi gurunya memegang kenop lalu mengucapkan beberapa mantra. Kali ini lebih panjang, Illa tidak bisa menangkap semua kata-katanya. Muncul lingkaran sihir berwarna putih selama beberapa detik sebelum akhirnya menghilang.

Illa menahan napas ketika pintu itu terbuka. Di hadapannya, ada sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter sepuluh meter, salah satu sisinya dipenuhi oleh rak-rak buku sementara sisi yang lain raknya berisi berbagai macam barang-barang. Kini Illa tahu di mana gadis itu menyimpan koleksinya. Di dekat pintu ada sebuah meja bundar dari kayu dengan empat kursi dan karpet berwarna biru tua menjadi alas, menjadikannya sebuah ruang tamu kecil. Tatanan ruangan itu sederhana, jauh berbeda dengan suasana kastil yang penuh dengan lukisan, patung, atau ornamen yang tidak perlu. Ada sebuah jendela besar berlapis kaca yang bisa dibuka di sisi sebelah kiri, memberi penerangan yang cukup di waktu siang dan pemandangan ke arah hutan pinus.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang