Chapter 23

2.6K 326 377
                                    

Illa berjalan mendekati sang guru dan berdiri di sampingnya, ikut memandang ke arah patung Yehi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Illa berjalan mendekati sang guru dan berdiri di sampingnya, ikut memandang ke arah patung Yehi. Tanpa berbicara dia meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya dengan mantap. Dia memilih tetap tinggal. Jika sang guru menerimanya saat dia terlunta di jalan, maka kali ini dia yang akan menerima gadis itu siapa pun dia.

Rasa hangat menjalari dadanya ketika gadis itu membalas genggaman tangannya. Illa mengintip ke samping dan mendapati bahwa sang guru sedang memandangnya sambil tersenyum lembut.

"Terima kasih."

Dan sekali lagi, jantungnya melompat liar.

Illa membuka pintu kayu yang menampilkan interior kamar penginapan yang mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Illa membuka pintu kayu yang menampilkan interior kamar penginapan yang mewah. Sebuah tempat tidur ganda berkelambu biru muda dengan kayu berukiran rumit dan bersepuh perak terletak di salah satu sudut ruangan, sementara meja belajar menghadap ke jendela berkaca patri meloloskan sinar matahari sore tepat diseberangnya. Lemari berukuran empat kali dirinya menempati tembok di samping tempat tidur, bersebelahan dengan sebuah lukisan indah tentang sebuah pesta. Ada rak buku kosong tak jauh dari lukisan tersebut dan sebuah meja persegi berlapis taplak berwarna merah marun untuk empat orang dengan buah-buahan di atasnya. Senyum Illa langsung mengembang ketika melihat siapa yang duduk di salah satu kursi berbantalan empuk, mengelilingi meja berukiran tersebut.

"Bagaimana dengan pertemuannya?" tanya seorang gadis yang duduk di sana, seperti biasa, memegang buku bersampul tebal warna hitam dengan kristal di tengahnya.

Tidak langsung menjawab, Illa berjalan melintasi ruangan dan menarik kursi agar dia bisa duduk bersebelahan dengan sang guru. Dia sengaja mencondongkan badannya, berpura-pura mengintip apa yang dibaca, agar dapat melihat wajah gadis itu dari dekat dan membiarkan bau hutan setelah hujan bercampur wewangian manis menyapa indra penciumannya. Jantungnya berdebar keras tapi dia menikmati kedekatan mereka.

"Lancar," jawab Illa pada akhirnya, membaca sekilas isi buku yang dipegang. Ada diagram yang tidak dia pahami, beserta simbol-simbol yang lebih kuno daripada yang pernah dia pelajari. "Tuan Durand bersedia menjadi rekan dagang untuk menjual barang hingga ke Cina." Dia menghela napas. "Negoisasinya berjalan alot, dia memang pebisnis yang perhitungan."

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang