Chapter 35

1.4K 187 104
                                    

Ucapan itu berhasil membuat senyum lebar muncul di wajah Eibie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ucapan itu berhasil membuat senyum lebar muncul di wajah Eibie. Illa berusaha untuk mengingat detil ekspresi milik istrinya. Dia pasti merindukan saat-saat ini, saat-saat di mana dia dapat menyentuh pipi lembut itu.

"Aku mencintaimu, Illa," bisik Eibie.

"Aku lebih mencintaimu."

Illa membulatkan tekad. Jika dia harus melakukan ini, dia akan melakukan dengan caranya. Dirinya akan bertemu Diyn dan mengajukan syarat agar dia mau melakukan tugasnya, sama seperti yang dilakukan Eibie ribuan tahun silam.

 Dirinya akan bertemu Diyn dan mengajukan syarat agar dia mau melakukan tugasnya, sama seperti yang dilakukan Eibie ribuan tahun silam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Illa membuka mata dan mendapati bahwa sang kekasih sedang berbaring di sampingnya. Wajah manis itu tampak damai dan napasnya teratur. Senyum segera muncul di bibir Illa dan rasa penuh melingkupi hati, membentuk selubung kebahagiaan. Pria itu terdiam, menyesap momen lebih lama sebelum menggerakkan tangannya membelai pipi gadis itu dengan lembut.

"Illa?" balas sang gadis sambil membuka mata. Illa tahu, Eibie tidak pernah benar-benar tertidur. Sering kali dia hanya berbaring di sampingnya, menemani, ketika suaminya terlelap.

"Ssh," bisik Illa pelan, menahan Eibie yang hendak bangun. "Biarkan kita seperti ini lebih lama."

Hanya dengan sebuah senyum, gadis itu menempatkan dirinya berada dalam pelukan Illa, membiarkan lengan itu melingkari pinggangnya. Illa dapat mencium wangi hutan setelah hujan ketika dia meletakkan kepalanya pada bahu gadis itu, menghirupnya dalam sambil menanamkan dalam ingatan. Untuk sesaat sunyi kembali turun dan desiran angin yang meniup kelambu jendela mengisi jeda. Illa mengangkat kepalanya dan memandangi wajah Eibie dari dekat, tepat ke arah mata hijau yang ternyata memiliki bercak kuning dekat dengan irisnya.

"Sudah waktunya, Illa." Gadis itu berbicara pelan, membiarkan napasnya menggelitik dagu mulus sang pria.

"Aku tahu," ucapnya sambil mengecup pelan kening Eibie. "Beri aku lima menit."

Illa memejamkan mata. Dia tidak terlalu ingat berapa lama waktu berlalu sejak dia bisa menerima bahwa dialah yang mengantar Eibie pergi. Waktu-waktu berlalu cepat, namun juga lamban pada saat yang bersamaan. Dia sekarang mengerti mengapa manusia diberi waktu yang terbatas. Hanya dengan demikian, seseorang dapat mengerti betapa berharganya setiap detik yang diberikan. Waktu-waktu yang singkat itu dia gunakan sebaik mungkin, membangun kisah, menorehkan kenangan, dan yang paling penting, membuat orang yang paling berarti dalam hidupnya bahagia. Senyum Eibie adalah hal paling dia nikmati dari setiap kesempatan yang diberikan oleh Takdir dan Waktu, membuatnya bersyukur di tengah nasib keji yang harus dihadapi.

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang