Chapter 3

6.3K 780 254
                                    

"Kamu bisa makan ini," dia membagi dua roti di tangannya dan mengayun-ayunkan di depan wajah Aeila, mata hitamnya mengikuti roti itu, "kalau kamu memanggilku guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu bisa makan ini," dia membagi dua roti di tangannya dan mengayun-ayunkan di depan wajah Aeila, mata hitamnya mengikuti roti itu, "kalau kamu memanggilku guru."

Aeila memakan roti ditangannya dengan lahap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aeila memakan roti ditangannya dengan lahap. Dia menggigit besar-besar dan menelan sebelum terkunyah sempurna. Dalam waktu kurang dari lima menit seluruh potongan telah berada dalam perut. Dia menengadahkan tangan kepada Sang Gadis yang kini resmi dipanggil guru.

"Lagi!" perintah Aeila sambil melihat ke arah Sang Guru yang saat itu duduk di sampingnya, depan rumah pengrajin sepatu.

Gadis itu hanya tersenyum dan menyerahkan setengah roti sisanya pada Aeila dan anak itu kembali memakan dengan rakus. Seandainya dia mau berhenti sejenak dan mengunyah lebih lama, dia akan tahu bahwa itu adalah roti mahal yang dibuat untuk para bangsawan, sayangnya bagi orang selapar Aeila, itu tidak penting.

"Kamu tadi bilang namamu Aeila?"

Anak itu mengangguk, mulutnya terlalu penuh untuk berbicara.

"Nama yang aneh," komentar gadis itu. "Dan seperti perempuan."

Aeila mendelik kepada penolongnya, seakan berbicara, "Jangan pernah sebut aku perempuan."

Sang Guru hanya tertawa.

"Ok! Sejak saat ini aku panggil kamu Illa aja." Dia memutuskan, mata Illa mendelik makin besar.

"Jangan mengganti namaku seenaknya!" protes anak itu setelah menelan potongan roti dalam mulut.

"Tapi lebih enak memanggilmu dengan Illa. Aeila terlalu panjang."

Illa mendengus, percuma saja melawan. "Memangnya siapa namamu?"

"Guru," ralat gadis itu.

Illa mendengus lagi. Dia tidak benar-benar serius mau memanggil gadis yang hanya terpaut enam tahun darinya dengan sebutan guru. "Siapa namamu, Guru?"

Sang Guru tersenyum lebar, puas dengan ketaatan Illa. "Namaku akan kuberitahu kalau kamu sudah bisa mengalahkan aku dalam adu pedang. Sementara ini panggil aku Guru saja."

[Sudah Terbit] I'mmortal Series: Reminiscentiam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang