2. Flashback

1.5K 78 0
                                    

Seorang gadis berusia 15 tahun tengah duduk di salah satu kursi Taman.  Wajahnya terlihat begitu kesal.  Sepertinya ia sedang menunggu seseorang. 

Hembusan angin sore membuat jilbab nya sedikit berantakan.  Ia segera membenahi jilbabnya. Ia menarik kedua ujung jilbabnya dan menyampirkannya ke pundaknya. 

"Maaf telat Alfa" lalu datanglah seorang pemuda menghampiri gadis tersebut.

"Lama banget. Pasti dandan dulu deh. " ucap Alfa sembari memanyunkan bibirnya.

"Enggak lah,  cuma tadi nganter Bella ke rumah temennya dulu"

"Ya sudah, mau bicara apa?  Waktu aku sedikit. "Ucap Alfa cemberut.

Pemuda tersebut mengambil duduk di kursi sebelah Alfa. 

"Kamu masih marah? Maaf deh,  iya aku salah kok. " namun Alfa hanya diam saja memalingkan mukanya.

"Alfa...  Maafin Aldi ya.. Janji nggak bakal mengulangi lagi" Aldi terlihat memohon kepada Alfa.  Ia menunjukkan wajah sok imutnya kepada Alfa.  Sontak hal itu membuat Alfa tertawa.

"Iya iya gue maafin,  tapi jangan pasang wajah sok imut itu lagi" ucap Alfa setelah tawanya berhenti.

Aldi tersenyum.  Senyuman yang indah untuk dipandang.  Senyum yang mampu membuat Alfa terpesona akan sosok Aldi.

"Oke,  aku to the point aja ya. " ucap Aldi.

"Aku kesini mau nembak cewek,  aku sudah suka sama dia sejak dulu. " Aldi berhenti sejenak.  Ia menatap Alfa yang sedang fokus mendengarkan ia berbicara.

Sedangkan Alfa,  mendengar penuturan Aldi dadanya menjadi sesak seketika.  Bukan karena Alfa memiliki riwayat penyakit asma,  tapi rasa sesak itu berbeda.

"Terus kamu ngajak aku ketemu untuk apa?" Alfa mulai membuka suaranya.

"Untuk mendengarkanku,  karena aku sudah tidak sanggup lagi menahan semuanya,  aku ingin mengungkapkan semua"

"Dia cinta pertamaku, dia berbeda dari gadis-gadis lain. Mungkin saat aku cerita ke Mbak Fitri,  dia cuma bilang kalau ini cuma Cinta monyet remaja labil.  Tapi aku sudah memendam perasaan ini sejak dulu Al."

Hati Alfa bertanya-tanya,  siapakah gadis itu?  Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.

"Siapa gadis itu?  Apakah aku mengenalnya?  Bolehkah aku tau siapa dia?" Alfa tidak dapat menahan rasa penasarannya.

"Dia...  Alfa Hurwaida Al-Insyiraah. " jawab Aldi menatap Alfa.  Alfa lalu menundukkan kepalanya.

Jantungnya berdebar hebat, perasaan hangat menyelimuti hatinya. Benarkah itu?  Selama ini perasaannya terbalas.  Tidak bertepuk sebelah tangan. 

"Alfa,  selama ini kita bersahabat bukan?  Lantas,  apakah kita bisa lebih dari sahabat? "

Alfa masih menunduk,  pikirannya berkecamuk. Apa yang harus ia lakukan?  Menerima Aldi atau menolaknya?

"Alfa..?"

"Jujur Aldi,  aku pun sama denganmu,  perasaanku sama dengan mu,  tapi aku bingung.  Aku terlalu takut untuk melangkah dalam hubungan yang disebut PACARAN."

"Saat aku mendengar curhatan dari mereka yang pacaran,  mereka terlihat begitu banyak masalah,  sampai sekolah mereka terganggu"

"Bahkan ada dari mereka yang putus,  mereka menjadi musuh.  Aku tidak mau hal ini terjadi di antara kita. "

"Tapi,  bagaimana kalau pacaran yang positif,  yang saling memberi semangat?" tutur Aldi meyakinkan.

"Tidak Aldi.  Awalnya mereka juga berdalih pacaran yang positif,  tapi kenyataan tak semulus ekspetasi kita. " sangkal Alfa.

AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang