15. Di antara dua hati

1.1K 54 0
                                    

Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, Anisa sangat terguncang batinnya. Sejak beberapa hari terakhir, perhatian Aldi terpusat pada Anisa.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam.." Alfa membuka pintu rumah. Dan dilihatnya Aldi dengan pakaian kantornya. Alfa menyalami Aldi lalu dibalas Aldi dengan mengecup kening Alfa.

"Anisa mana?" tanya Aldi.

Alfa terdiam. Sejak beberapa hari terakhir, kata pertama yang keluar dari suaminya adalah "Anisa mana?"

Tidak ada kata-kata manis yang dilontarkan Aldi  kepada Anisa seperti dulu. Membuat dada Alfa seakan terasa seperti ada batu besar yang menghimpitnya. Sesak! Cemburukah ia?

"Alfa..." Aldi menyadarkan lamunan Alfa.

"Dia istirahat mas di kamar. Dia baik-baik saja kok.."

Tanpa berkata apapun lagi, Aldi langsung berlalu meninggalkan Alfa. Alfa masih terpaku di tempatnya. Ia menyentuh dadanya yang terasa begitu sesak.

"Seperti inikah perasaan Anisa saat Mas Aldi mengabaikannya?" batin Alfa. Sebulir air mata jatuh membasahi pipinya, namun segera ia hapus.

Lalu seperti biasa, Alfa membuatkan teh hangat untuk suaminya.

Ia membawa secangkir teh hangat menuju kamar Anisa. Karena Aldi memang sering berada di sana. Bukan bersamanya lagi.

"Mas, ini....." Alfa terpaku di ambang pintu saat melihat adegan di depan matanya. Suaminya yang biasanya ketika pulang kerja, selalu bersamanya dan memeluknya hangat. Sambil membisikkan kata-kata cinta. Tapi kini, hal yang biasa dilakukan kepadanya, dilakukan Aldi kepada wanita lain.

Di depan matanya, Aldi memeluk mesra Anisa yang sedang berdiri di depan kaca rias. Memeluknya dari belakang.

Alfa segera beristigfar. Menenangkan hatinya.

"Ehem.. Maaf menganggu mas. Tapi ini teh hijau nya" Alfa berdehem. Sontak Aldi melepaskan pelukannya kepada Anisa.

Alfa meletakkan secangkir teh hangat itu di atas nakas. Lalu segera pergi.

"Mas.. Air hangatnya sudah aku siapkan di kamar mandi kamar sebelah" ucap Alfa sebelum akhirnya ia benar-benar hilang di balik pintu.

***
ALFA POV

Aku segera keluar dari ruangan itu. Tak sanggup melihat suamiku dengan istrinya yang lain. Beginikah yang dirasakan Anisa? Sangat sakit. Kini aku telah terabaikan. Bahkan perjanjian yang dahulu kami buat, yang mana Mas Aldi bergiliran untuk menemani Aku dan Anisa. Kini telah terlupakan.

Setiap malam, aku selalu tidur sendiri. Tak ada kata-kata manis sebelum tidur. Tak ada yang memelukku di saat aku takut. Tak ada yang kujadikan sandaran saat aku bersedih.

Karena setiap malam Mas Aldi selalu tidur menemani Anisa. Semenjak insiden "itu", Anisa seperti tertekan. Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa atas apa yang ku alami. Aku salahkan diriku sendiri karena telah cemburu pada keadilan suamiku kepada istrinya yang lain.

"Neng geulis sakit ya?" ucap Mbok Inem membuyarkan lamunanku. Aku menggeleng.

"Tapi Neng geulis teh pucat pisan..." ucapnya lagi.

"InsyaAllah Alfa baik-baik saja mbok.." wanita baya itu mengangguk.

"Sejak ada Non Anisa, Mbok kangen pisan sama senyumnya neng geulis. Apalagi beberapa hari ini, neng geulis teh murung aja.." ucapnya.

Aku terdiam mendengarnya. Benarkah aku seperti itu? Lalu kutunjukkam senyum terindahku untuk Mbok Inem.

Tiba-tiba Mbok Inem memelukku dari samping. "Mbok mengerti apa yang neng geulis rasakan. Mbok faham.. Karena dulu mbok juga pernah ada di posisi neng geulis" ucap Mbok Inem yang mengejutkanku.

AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang