17. 180°

1.4K 63 2
                                    

***
Hujan lebat mengguyur bumi. Alfa menengadahkan tangan kanannya ke langit. Sehingga air hujan membasahi telapan tangannya. Matanya terpejam merasakan dinginnya air hujan yang membasahi telapak tangannya itu.

Kini musim telah berganti. Musim penghujan telah tiba. Hari-hari berat dilalui Alfa dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Ini sudah lebih dari satu jam. Namun, wanita berjilbab lebar ini masih saja berdiri di halte bus. Menunggu bus?

Salah! Alfa menunggu suaminya yang mengatakan bahwa dia akan menjemputnya, namun nihil. Satu jam yang lalu Alfa mengirimi Aldi pesan bahwa ia telah selesai mengajar dan menunggu Aldi di halte bus depan sekolahan tempatnya mengajar.

Ia menarik tangannya kembali. Merogoh benda pipih dalam tas nya dan mencoba menelepon seseorang. Tetapi, hanya suara operator saja yang menjawab. Pesannya pun terkirim, tapi belum dibaca oleh penerimanya.

Alfa gelisah. Hari sudah hampir gelap. Hujan juga begitu lebat saat ini. Apa yang harus aku lakukan? Tanyanya dalam hati.

Tidak mungkin menembus hujan yang lebat itu. Di tambah pula adanya gemuruh petir serta angin kencang yang membawa jilbab lebarnya berkibar-kibar. Tak ada angkutan umum!

Sebuah mobil silver berhenti di depan halte. Tepatnya di sebelahnya. Alfa sudah was-was. Dia menyebut asma Allah dalam hatinya. Pemilik mobil tersebut membuka kaca mobilnya.

Laki-laki! Alfa semakin was-was. Dia agak mundur dari posisi awalnya.

Lalu kaki jenjang dengan celana kain hitam serta sepatu fantofel khas laki-laki terlihat turun dari mobilnya. Pemuda itu turun dengan membawa sebuah payung dan kini mendekat ke arah Alfa. Matanya memicing menatap perempuan yang berjarak satu meter darinya itu.

"Ukhty Alfa?" ucapnya.

"Kamu Alfa kan? Alfa Insyirah?" tanyanya lagi. Alfa menganggukkan kepalanya. Dia mengingat ingat siapa lelaki di depannya kini. Dan, yap! Dia David Anugrah. Juniornya di kampus dulu. Satu fakultas dan satu organisasi. Tapi beda tingkat. Alfa satu tingkat di atasnya.

"David Anugrah" ucap Alfa tersenyum. David menelungkupkan telapak tangannya di dada, begitupun Alfa. "Assalamualaikum.." ucap David kemudian.

"Waalaikumsalam.."

"Kamu nunggu siapa? Angkutan umum? Mana ada Al" ucap David. Pemuda tampan itu kini duduk di bangku yang tersedia di halte itu. Meskipun David lebih muda dari Alfa, tapi lelaki itu terbiasa memanggil Alfa dengan nama. Tanpa embel-embel "mbak" atau "kak".

"Nunggu jemputan, kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Alfa.

"Temenin kamu nungguin jemputan" balas David sambil tersenyum.

"Untuk apa? Tidak perlu Vid, lagi pula tidak baik laki-laki dan perempuan berduaan di tempat sepi seperti ini"

"Sepi? Lihat tuh jalanan rame. Aku tidak akan ngapa-ngapain kamu kok. Cuma pengen ngobrol sama kamu aja. Rasanya sudah lama tidak bertemu"

David mengubah posisinya menjadi berdiri. "Kamu duduk sana! Nggak capek apa berdiri terus" ucapnya pada Alfa. Jujur Alfa memang lelah sedari tadi berdiri. Tapi, dia juga tak ingin duduk bersebelahan dengan lelaki yang bukam mahramnya.

"Duduk Alfa.."

Alfa menurut. Dan kini Alfa yang duduk David yang berdiri. Pemuda itu paham betul tentang Alfa. He is too gentleman!

"Kamu apa kabar?"

"Alhamdulillah.."

"Kamu sudah lama tinggal di sini?"

AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang