19. Dzikirillah

1.6K 60 2
                                    

5 tahun kemudian

Ayah?

Ayah.. Aku nggak tahu seperti apa ayah itu?

Wajahnya? Aku nggak pernah melihatnya, karena aku nggak punya apa yang teman-teman bilang ayah itu.

Aku hanya tahu kakek, nenek, pakdhe, budhe

Mama nggak pernah cerita apa itu ayah. Mama selalu cerita tentang nabi-nabi, dongeng tapi nggak pernah bercerita tentang ayah.

Saat teman-teman sekolah di antar yang mereka sebut ayah? Papa? Abi?

Aku selalu bersama mama.

Saat teman-teman disuruh bu guru gambar keluarga, mereka menggambar 3 orang.

Katanya ini ayah, ibu dan aku. Sedangkan gambarku kenapa hanya dua? Hanya Aku dan mama.

Karena aku nggak tahu apa itu ayah, siapa itu ayah. Karena aku nggak punya.

Teman-teman dan ibu guru bilang ayah meninggal? Tapi apa itu meninggal?

Tapi sepertinya punya ayah itu enak. Ada yang gendong, ngajak bermain, di tv tv bisa main kuda-kudaan sama ayah. Ya Allah... Berikanlah Rilla ayah.. Agar Rilla bisa seperti teman-teman Rilla.

Tapi Rilla bahagia.. Karena punya mama yang hebat!

Prok..prok..prok..

Suara tepuk tangan menggema diseluruh ruangan. Memberikan apresiasi kepada gadis kecil yang berdiri di atas panggung itu.

Saat anak lain membaca puisi, bernyanyi dan menari sebagai peringatan hari ayah, gadis ini dengan berani naik ke panggung dan bercerita. Tanpa teks dan spontan. Ia menceritakan perasaannya. Yang mana membuat haru seluruh isi ruangan.

Dialah Aldifa Putri Dzikirillah.

Bocah 4 tahun dengan segala keberaniannya. Sang ibu menghampirinya ke atas panggung dan memeluknya hangat.

***
"Makanya udah beberapa kali aku bilang kan? Kamu harus menikah lagi Al"

"Mbak Rahma.. Alfa bahagia sendiri kok.. Ada Rilla yang selalu hibur Alfa"

Rahma menatap Alfa yang kini tengah memeluk putri kecilnya yang terlelap. Berulang kali ia membujuk Alfa untuk kembali berumah tangga. Tapi Alfa selalu mengelak.

"Aku paham Al, kamu memang bahagia sendirian. Kamu juga mampu membiayai keperluan kamu dan Rilla. Kamu memang nggak butuh sosok suami, tapi pikirkanlah Rilla. Dia butuh sosok ayah dalam hidupnya. Dia butuh kasih sayang seorang ayah!"

"Sosok ayah bisa ia rasakan dari kakeknya mbak.."

"Sekarang Rilla masih kecil Al, bayangkan kalau dia dewasa nanti? Lambat laun dia pasti akan mengerti keadaannya."

"Aku menyayanginya begitu besar Mbak."

"Kalau kamu nggak mau menikah lagi setidaknya beritahu Rilla tentang siapa ayahnya, dia berhak tahu siapa ayah kandungnya."

"Tidak mungkin mbak! Laki-laki itu bahkan tidak tahu kehamilanku dulu. Apa dia mau mengakui Rilla?"

"Dia saja mau mengakui anak hasil zina istri keduanya. Masa ini yang anak kandungnya dia enggan?"

"Sudahlah mbak.. Kok jadi flashback. Semua tentangnya terlalu sakit untuk diingat."

"Maka dari itu Al, hapus perasaan kamu. Bukalah hati untuk orang baru! Ingatlah Rilla butuh seorang ayah!"

"David laki-laki yang baik. Meskipun dia 2 tahun lebih muda dari kamu, tapi dia lelaki bertanggung jawab. Dia juga sepertinya begitu menyayangi Rilla. Dia butuh jawaban Alfa."

AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang