20. Cinta Terakhir

1.8K 56 1
                                    

LAST CHAPTER >>>>

***
Alfa menatap tubuh yang terbujur kaku di depannya. Rasanya air matanya telah habis, untuk kesekian kalinya Alfa merasa kehilangan.

Suara lantunan Surat Yasin tak begitu ia dengarkan. Pikirannya melayang jauh saat mengingat kejadian beberap hari yang lalu, saat ia masih bersama dengan orang yang kini telah terbujur kaku dengan tubuh yang tertutup kain putih.

"Bu.. Saatnya mengkafani jenazahnya."

Alfa menoleh ke arah sumber suara. Alfa mengangguk pelan.

Kini ia menatap tubuh kaku yang telah terbungkus kain kafan. Sanak saudara, rekan kerja dan juga tetangganya datang menyampaikan rasa berduka citanya pada Alfa.

Tangis Alfa semakin pecah saat ia melihat tubuh terbungkus kain kafan tak terlihat lagi karena telah di pindahkan pada kereta bewarna hijau itu dan digotong oleh empat orang di pundaknya.

Sang ibu menghampirinya yang memeluk tubuhnya yang bergetar.

"Sabar nak... Ikhlaskan nak.."

"Alfa.. Alfa nggak sanggup bu melihat Mas David ke peristirahatan terakhirnya, Alfa nggak sanggup bu....."

Sang ibu mengusap air matanya.
"Berdoalah untuk suamimu! Doamu yang dia butuhkan, bukan tangisanmu."

Akhirnya Alfa memutuskan untuk ikut mengiring ke pemakaman. Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat jenazah suaminya itu dimasukkan dalam liang lahat dan ditutup dengan tanah.

Semua terasa begitu menyakitkan!

"Aku mencintaimu Alfa, sungguh aku benar-benar mencintaimu karena Allah..." David menggenggam erat tangan Alfa. Alfa tersenyum, "aku tahu mas."

"Padahal aku berharap jawabanmu adalah aku juga mencintaimu, tapi 3 kata itu sepertinya masih sulit kamu ucapkan."

Alfa terdiam. Ia menatap lekat mata Aldi yang duduk di sampingnya, ia tak mempedulikan televisi yang sedari tadi menonton mereka.

"Maafkan aku mas... Aku memang belum bisa mencintaimu, tapi aku takut kehilanganmu,"  ucap Alfa.

Ia memeluk David erat. David membalas pelukan hangan Alfa, sesekali ia mengecup pucuk kepala istrinya.

"Kamu adalah cinta pertama dan akan menjadi yang terakhir untukku Alfa,"

Alfa tersenyum dalam pelukan David. Ia mengecup dada bidang suaminya yang kini begitu nyaman untuknya bersandar.

"Kalau seumpama Allah memanggilku lebih dulu, kamu harus berjanji satu hal," Alfa melepas pelukannya dan menatap tajam David.

"Mas! Apa yang kamu bicarakan?"

"Aku berbicara kemungkinan yang terjadi, maut siapa yang tahu."

"Aku tidak suka!"

"Berjanjilah jika suatu saat Allah memanggilku lebih dulu, kamu harus bahagia Alfa."

"Kebahagiaanku adalah kamu mas!"

"Ada kebahagiaanmu yang lain. Kembalilah pada Aldi, jika umurku pendek. Kamu masih sangat mencintainya, dia juga sangat mencintai kamu."

"Tapi dia beristri mas!Aku tidak mau merusak rumah tangga orang!" Alfa berdiri dari duduknya dan meninggalkan David.

"Aldi sudah tidak beristri lagi Alfa," gumam David pelan. Ia beranjak untuk menyusul istrinya yang kemungkinan sedang marah itu.

AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang