13. Pengakuan

1.1K 56 2
                                    

Mentari mulai menyapa. Keadaan Alfa sudah lebih baik dari pada beberapa hari kemarin. Ia tak merasa mual lagi pagi ini. Saat ini keluarga Alfa tengah menikmati sarapan bersama. Pak Musa senang melihat putrinya yang sudah seperti hidup lagi.

"Tuh kan buk.. Yang ayah bilang beneran kan? Alfa kemarin sakit karena kangen sama suaminya" ucap Musa sambil terkekeh.

"Iya yah.. Kemarin-kemarin aja ngigau Aldi terus..." balas Lika.

"Terusin aja..." ucap Alfa sambil cemberut. Melihat respon anaknya, Musa dan Lika tertawa. Aldi pun ikut tertawa.

"Sebel deh... Kamu juga mas, ikut-ikutan ketawa juga" ucap Alfa manyun.

Tiba-tiba ia merasa sesuatu mengocok perutnya. Ia merasa mual lagi. Dan ia berlari meninggalkan meja makan sambil membekap mulutnya.

"Fa.. Kamu kenapa?" ucap Aldi melihat tingkah Alfa. Ia langsung mengikuti Alfa.

"Sayang..." ucap Aldi saat melihat Alfa tengah muntah-muntah di kamar mandi. Ia mendekat dan memijati tengkuk Alfa.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Aldi. Alfa mengangguk lemah.

"Ke dokter yuk.." Alfa menggeleng. "Aku nggak apa-apa. Ini udah biasa karena maag ku yang akhir-akhir ini sering kambuh" jelas Alfa.

"Tapi maag kalau dibiarkan akan bahaya sayang"

"Tidak usah khawatir mas... Aku baik-baik saja.. Cukup mas selalu berada di sampingku saja, semuanya akan baik-baik saja." ucap Alfa sambil tersenyum.

Aldi mengusap kepala Alfa dengan sayang. Lalu menuntun istrinya ke kamar.

"Oh ya mas.. Gimana semalam mas bisa muncul tiba-tiba di depan rumah?" tanya Alfa yang kini ia telah bersandar pada dinding ranjang.

"Nggak tahu. Mas pengen banget ketemu kamu. Makanya setelah pulang lembur, mas langsung ke sini" jelas Aldi. Ia mengingat kejadian semalam yang mana ia tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Sehingga ia pergi menemui Alfa.

"Ya Allah mas... Kan telepon bisa. Jarak dari kantor ke sini itu jauh mas. Biasanya aja 5,jam. Lha mas, pasti ngebut di jalan"

"Habisnya kamu sama sekali nggak ngabarin mas. Mas kan jadi kangen. Kenapa kamu nggak ngabarin mas?" Aldi menatap Alfa. Seakan tatapan mengintimidasi.

Alfa terdiam. Ia memang tidak menghubungi Aldi karena ia masih kefikiran ucapan Anisa.

"Kok diam sih?" ucap Aldi menyadarkan Alfa dari lamunannya.

Alfa menggeleng. "Aku ingin menjelaskan semuanya sama ayah dan ibu.. Agar tidak ada kesalahpahaman " ucap Aldi kemudian. Alfa menggenggam tangan Aldi. "Aku di sampingmu mas"

***
"Apa???" ucap pak Musa kaget mendengar penjelasan Aldi kalau ia menikah lagi.

"Kenapa nak? Apa Alfa kurang dalam melayanimu? Apa Alfa berperilaku kurang baik sama kamu?" tanya Lika.

"Bukan bu.. Bukan karena itu. Justru Alfa adalah istri yang sangat baik bu..."

"Lalu kenapa?" tanya Musa.

"Saya diberi amanat dari almarhum ayah gadis itu untuk menikahinya bu.." jelas Aldi sambil menunduk.

Musa menepuk pundak Aldi. "Memiliki dua istri tidak mudah. Kamu harus adil kepada kedua istrimu.."

Aldi mengangguk. Sedangkan Bu Lika menatap puteri semata wayangnya itu. "Inikah penyebab Alfa sakit kemarin? Inikah penyebab Alfa tidak ikut pulang?" ucap Lika kemudian.

Alfa menunduk. Seluruh mata menuju kepada Alfa. Lalu masih dengan menunduk, gadis itu menggelengkan kepala.

Aldi mengerutkan keningnya. "Alfa sudah ikhlas dengan semuanya. Sakitnya Alfa nggak ada hubungannya dengan ini" ucap Alfa lirih. Namun, Lika masih merasa ada yang disembunyikan oleh putrinya itu.

AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang