11. Madu

1.2K 57 3
                                    

Kaki jenjang Aldi melangkah tergesa-gesa memasuki sebuah rumah sakit di kota Semarang.

Kakinya terhenti saat sampai di sebuah pintu bercat putih. Di pintu terebut terdapat tulisan Sdr. Arya Wicaksono Mandala. Ia membuka pintu tersebut dan nampaklah di matanya sosok lelaki baya yang terkulai lemas dengan berbagai alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya.

Aldi perlahan mendekati lelaki baya tersebut. Lelaki yang telah menjadi gurunya. Juga ayah kedua baginya.

"Papa..." masuklah seorang gadis dengan dress merah muda di atas lutut serta rambut sedikit pirang yang tergerai. Gadis itu menangis menghampiri ranjang sang papa dan memeluk tubuh lemah sang papa. Om Arya.

"Papa.. Jangan tinggalkan aku pa..." gadis itu terisak.

Suara itu. Aldi sepertinya kenal dengan suaranya. Ia memeperhatikan perempuan itu.

"Anisa?" ucap Aldi. Gadis itu mendongak. Menatap Aldi. Aldi langsung memalingkan wajahnya.

"Aldi?" tanya Anisa meyakinkan.

"Kamu ngapain di sini?"

"Kamu yang ngapain di sini? Ini papa aku."

"Apa??" Aldi begitu terkejut mendengarnya. Ternyata selama ini Om Arya adalah papa dari Anisa. Gadis masa lalunya.

"Aldi..." perlahan Om Arya membuka matanya. Memecahkan keterkejutan Aldi dan Anisa.

Anisa kebingungan. Bagaimana ketika papanya sadar nama Aldi lah yang keluar dari mulut papanya.

"Papa... Maafkan Anisa pa... Anisa nggak tahu kalau papa sakit"ucap gadis itu menyesal.

"Jadi anak yang dimaksud Om Arya adalah Anisa? Astahfirullah.... Bukankah Anisa gadis yang lembut?" batin Aldi.

***
Malam telah datang. Usai menjalankan salat isya, Aldi kembali ke ruangan Om Arya. Lelaki baya tersebut terlihat membaca sebuah buku.

"Kamu sudah kenal sama putri om?" tanya Om Arya.

Aldi mengangguk. "Kami teman sma, tapi maaf sebelumnya om. Dulu Anisa yang Aldi kenal adalah gadis yang lemah lembut. Tapi dari cerita om..." Aldi menggantungkan ucapannya tak ingin menyinggung.

"Sejak kecil Anisa tidak punya seorang ibu. Om selalu memanjakan dia dan menuruti semua permintaannya. Sampai dulu saat SMA dia meminta pindah ke Madrasah Aliyah karena alasan yang tidak jelas. Hingga saat ia kuliah, ingin di luar negeri om turuti. Tidak sampai 2 tahun ia di do lalu ia semakin menjadi saat kuliah di Indonesia. Dia menjadi sangat liar"

"Tapi om sangat menyayanginya. Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi kalau om meninggal."

"Jangan berkata seperti itu om"

"Sampai akhirnya om tahu penyebab ia dulu meronta ingin pindah. Dan sifat liarnya itu. Karena seorang lelaki yang sangat dicintainya sejak pertama ia bertemu."

Aldi masih setia mendengarkan.

"Dan akhirnya om tahu. Lelaki itu adalah Muhammad Aldi Abdillah. Lelaki itu kamu. Dan om baru menyadarinya beberapa waktu terakhir ini."

Aldi hanya terdiam. Ia tak menyangka Anisa terlalu dibutakan dengan cinta.

"Om mohon Aldi... Di sisa umur om, om sangat ingin melihat puteri tunggal om menikah."

"Om pasti panjang umur kok. Kematian tidak ada yang tahu."

"Maka dari itu, ini permintaan om yang terakhir kali. Nikahi Anisa. Jadikan dia istrimu. Jika kamu tidak mencintainya, setidaknya menikahlah karena kasihan dengannya. Nikahilah dia agar ia tak semakin terjerumus akan dosa karena mencintaimu,"

AlfaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang