Bagian 14.

1.6K 58 0
                                    


** Bagian 14 **
¶ tidak sama ¶







Gak akan mungkin berjalan lancar seperti alur dalam kisah dongeng. - Geisha







Pagi hari di Taman memang sangatlah tepat untuk Geisha, seperti biasa niatnya ingin joging disuasana dinginnya pagi hari. Tapi siapa sangka, baru saja sampai di taman dengan berjalan kaki. Geisha sudah kehabisan energi saja. Lemah.

"Kampret! Capek banget kaki." Kata geisha berbicara sendiri

Geisha melihat disekelilingnya. Ternyata bukan dia saja yang kini bersantai di bangku taman. Tapi ternyata banyak yang membawa pasangannya kesini. "Aigo resiko jomblo!" Kata geisha dengan memukul kepalanya sendiri dengan botol minuman.

"Hai geisha." Terdengar bunyi nyaring di telinganya.

"Oh ada lo din? Ngapain?" Tanya geisha.

"Tadi abis beli makanan buat adek." Katanya menghampiri geisha yang sedang asik menatap pasangan-pasangan seseorang yang begitu beragam.

"Oh gitu. Rumah lo dimana?" Tanya  geisha serentak

"Depan sana gak jauh, ayo mampir." Ujar dina yang langsung pergi.

Geisha tersenyum.

Geisha kaget, ternyata dewa mengikuti dina. Bahkan karena fokusnya, ia tidak melihat geisha yang sedang istirahat di bangku. Bagus bukan? Biarlah itu menjadi urusan mereka.

Baru saja sebentar geisha menikmati suasananya tanpa pengganggu. Tiba tiba saja ada kaleng yang menimpa dahinya.

Plukk!!

"Aishhh!" Geisha merasakan benturan di dahinya yang lumayan terlihat merah.

"Eh maap geish." Ternyata reynol.

"Eh lagi apa lo? Sendiri aja? Jones sih." Ledek reynol memang sangatlah nyata.

"Kalo ngomong bener aja ya lu? Haha. Kampret!" Geisha mengubah posisi duduknya, kini tidak lagi terlentang tapi duduk manis.

"Elah segala ngubah posisi."

"Terserah guelah!" Bentak geisha cukup keras.

"Kemaren gimana sama ka dewa? Jadi nonton bareng?" Tanya reynol tiba tiba.

"Oh jadi elo biang keroknya?!" Geisha menatapnya tajam.

"E-ee lag-ian si dewa maksa buat cari informasi tentang Lo hari itu, jadi apalah daya gue gak punya alesan lagi, lagian gue kan anaknya jujur hehe."

"Ciah!" Geisha berdecik

Geisha serentak berdiri.

"Mau kemana Lo?"

"Balik, gue udah capek."

"Lemah banget si Lo."

"Ya terserah gue lah."

"Iya udah iya."

"Gue balik duluan ya nol! Awas nanti ada banci naksir lo." Kata geisha langsung pergi.

"Kampret Lo Geisha! Gue WhatsApp juga si dewa!" Reynol berteriak.

"Gak perduli masalahnya gue nol." Jawabnya juga berteriak.

*

"Ha-" geisha kaget. Kenapa gerry masuk ke dalam cafe dengan Gendis? Pikiran geisha tentang segala hal yang bad kini telah terbayang.

"Loh kok?" Karna geisha sangatlah kepo geisha langsung menyebrangi jalan dan melangkahkan kakinya menuju kafe tersebut.

Jleb!
Saat tepat ada di depan kaca kafe bernuansa mewah tersebut. Geisha melihat gerry memegang tangan gendis dengan lembutnya. Dan memakaikannya kalung di lehernya. Mereka berdua saling bertatap muka seolah olah pasangan baru yang sedang bahagia. Geisha berdiri dengan membisu menatap mereka di balik kaca besar. Geisha mundur satu langkah lalu mebalikan tubuhnya cepat dan pergi berlari.

"Tenang Geisha tenang!" Langkahan kaki geisha sangatlah kencang hingga ia sampai di suatu halte yang cukup sepi. Geisha akhirnya menenagkan dirinya untuk duduk sambil menunggu bis yang akan lewat entah kapan.

Tetett!!
Bunyi klakson bis sudah terdengar. Akhirnya geisha bisa pulang dengan selamat karna menaiki bis. Walaupun saat ini ia membawa sedikit goresan yang begitu menyakitkan dikepalanya apalagi hatinya. Matahari sudah beranjak naik, khayalan buruk tentang mereka belum juga sirna dan terus saja terbayang dipikiran geisha. Walaupun keadaan dibis sangatlah ramai, harusnya bisa membantu untuk mengobati hatinya bukan? Tapi nihil, pikiran dan hatinya tetap tidak bisa ia bohongi.

Geisha memegang lembut kaca mobil bis yang ada disampingnya. Sambil melihat jalanan yang sangatlah ramai.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Geisha perlahan mengepal tangannya yang sedari tadi memegang lembut kaca mobil bus tersebut dan juga memandang keadaan kota siang hari.

***

"Kamu ini geisha! Selalu saja tidur di perpus! Sekarang kamu lari kelilingi lapangan sekolah ini sampai tiga kali putaran!" Kata bu cica sang penjaga perpus. Kampret

"Kok gitu sih bu? Kan saya hanya tidur dijam istirahat masa gak boleh? Ih ibu nih." Kata geisha mengeluh

"Tapi! Sekarang sudah lewat dari jam istirahat. Dan kamu masih tidur saja!" Teriak Bu cica. Akhirnya geisha mengikuti perintah bu cica.

Niatnya memang benar, geisha memang hendak tidur, karena hari ini bu diyah tidak masuk ke kelas karna ada urusan mendadak. Tapi malah mendapatkan kesialan.

"Gilaa tiga kali puteran kan lama. Sendiri pula! Nasib." Kata geisha disela berlarinya.

Dengan sok cool manusia menyebalkan bernama Gerry tiba tiba mendatangi geisha yang sedang berlari kencang.

"Heh lo ngapain disini." Tanya geisha judes disela berlarinya.

"Terserah gue lah." Jawab gerry ketus.

"Memang benar-benar manusia satu ini! Sudah membuat hati gue hancur, mood gue hancur, mau juga gue hancurkan hidupnya? Menyebalkan ya Tuhan!!!" Ia mengambil nafas panjang. "Lupakan lupakan. Dia sudah punya pacar ayolah geishaa." Kata geisha dalam hatinya yang akhirnya membuat dirinya tidak fokus untuk berjalan.

"Lupa! Lupa!"

"Geish awas depan lo!" Teriak gerry tidak keras. Tapi karna sekarang seluruh otak geisha ingin melupakan gerry. Tanpaknya geisha tidak sama sekali mendengarkan perkataannya. Bahkan teriakan yang bergemuruh di suasana sekolah rasanya tidak terdengar, otaknya begitu penuh dengan hal melupakan dengan kekuatan penuh.

Blukkk!!!
Akhirnya tanpa disadari, geisha terjatuh dan rasa sakit terkilir kakinya begitu menusuk. "Kamprett!! Kenapa gak bilang ada batu sih!!" Kata geisha marah.

"Gue udah teriak." Ujar gerry menghampiri geisha yang tengah meringis kesakitan.

"Gak usah bantu." Kata geisha ketus saat gerry memegang kakinya yang terkilir. Dengan tatapan marah, juga kesal, geisha tidak ingin kakinya yang sakit disentuh oleh dirinya.

Gerry berdiri dan membukukan tubuhnya. "Cepet naik! Kaki lo kekilir! Kalo gue diem aja nanti lo jadi bangkai disini!" Gerry melirik ke belakang untuk mepastikan dia naik ke punggungnya.

"Lupakan lupakan!!" Tapi pikiran geisha masih dipenuhi oleh bayang-bayang Gerry juga manusia  bernama gendis. Dan niatnya sangat bulat untuk menjauhi Gerry.

"Naik cepet!" Tanduk gerrry kini sudah terlihat. Ah menyebalkan!!!

"Iya sabar napa sih." Akhirnya geisha naik ke punggung gerry menuju UKS  yang kini terlihat sepi.

"Kenapa lo selalu baik gerr! Gue ingin melupakan lo, tapi lo selalu ada buat gue. Bagaimana gue melupakan lo dalam waktu singkat?" Batin geisha di sela pejalanan ke kampus. Tepatnya kini mereka ada di pohon besar lapangan.

"Gue juga sadar, semuanya memang halusinasi gue, ini semua ilusi! Tapi alurnya berbeda. Gak akan mungkin berjalan lancar seperti alur dalam kisah dongeng. Oke geisha SADAR!" Teriaknya dalam hatinya.


Terimakasih sudah baca. Bagaimana revisinya? Semoga suka jangan lupa untuk vote juga comet😊

Cool Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang