Part 11

4K 133 0
                                    

Angga POV

Aku sedang duduk di ruang tamu bersama kedua orang tua ku dan Adrian, adikku. Papa menyuruhku untuk turun, Papa ingin bicara sesuatu katanya tadi padaku. Dengan malas, aku terpaksa menurut. Adrian sedang sibuk memainkan game diponselnya.

" DUAARRR. Mati lo semuaa, mampus lo. Siapa suru ngebunuh jagoan gue. Dor dor dorr " Adrian terus meracau sambil mengotak-atik benda di tangannya. Dia sedang bermain game perang, sepertinya.

" Kamu bisa diem dulu gak ? Papa mau ngomong sama abang kamu. Kalau kamu ribut gitu jadi gak serius tau " kata Papa kesal. Adrian mem-pause game nya lalu menatap Papa.

" Iih, Papa mah. Ngapain coba ngomong serius-serius. Kayak mau mati aja " Adrian memang suka ngasal kalau ngomong, omongannya gak pernah di ayak dulu. Aku menoyor kepala Adrian.

" Anak kurang ajar lo. Durhaka lo, di kutuk mati lo " aku melotot menatap Adrian, Adrian juga ikut melotot melihatku. Kami jadi saling adu tatapan.

" Udah udah, nanti bola matanya pada keluar susah nangkap nya " kata Mama menengahi. Mama duduk diantara aku dan Adrian, kalau kami duduk bersebelahan bisa terjadi perang dunia ke IV dirumah ini.

" Papa mau ngomong apa sih ? Kalau gak penting aku mau naik nih, ngantuk " ucap ku sambil menguap tanpa menutup mulut. Mama menepuk mulutku pelan.

" Nyamuk nya tinggal hap doang tadi " kata Mama tertawa.

" Kalau gak serius ngapain Papa manggil kamu " Papa terlihat sangat serius. 

Papaku adalah orang yang sangat ceria dan suka bercanda, beliau sangat jarang terlihat serius seperti ini. Kalau muka Papa sampai seperti ini, berarti yang ingin Papa sampaikan pasti sangat-sangat serius dan penting.

" Tau nih bang agar, bisa nya nyerocos aja. Diem dong, kan Papa mau ngomong ! " celetuk Adrian lagi. Aku menatap Adrian yang selalu menyelewengkan namaku menjadi " Bang Agar ".

" Lo yang dari tadi nyerocos mulu kudanil arab"

" Ma, emang ada ya kudanil arab ? " tanya Adrian polos pada Mama. Mama tertawa sambil memegangi perutnya.

" Mama juga gak tau sayang. Coba tanya om Google " saran Mama. Adrian segera meraih ponselnya dan menghidupkan ponselnya.

" Ok Google, kudanil arab " kata Adrian mendekatkan mulutnya pada layar datar ditangannya.

" Ma, perasaan kudanil nya sama aja ama yang ada di kebun binatang " kata Adrian lagi. 

Aku tertawa sampai terpingkal-pingkal. Hanya bersama keluargaku aku bisa sampai tertawa seperti ini. Itu pun selalu karena ulah bocah yang satu ini. Adrian sudah SMP, ia cukup pintar. Tapi terkadang sikap polos nya selalu bisa membuatku tertawa, aku juga selalu bisa mengerjainya karna sifat polos itu.

" Yang nama nya kudanil, mau dari Arab, mau dari korea, mau dari cina, mau dari planet mars pun, ya tetap aja sama Ian. Gak ada bedanya " jelas Papa pada anaknya yang sekarang menatap abangnya kesal.

" Bang agar ngerjain Ian lagi ! " teriak Adrian kesal. Aku masih terus tertawa sampai perutku terasa sangat sakit.

" Udah udah, Papa lagi serius ini. Liat dong muka Papa udah serius nih " Papa menunjuk wajahnya dan memasang muka seserius mungkin. Aku, Adrian dan Mama melihat muka Papa yang dibuat serius. Sedetik kemudian, tawa kami bertiga meledak.

Mine !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang