Part 33

1.8K 65 2
                                    

Icha duduk sendiri di balkon kamarnya, menikmati udara minggu pagi yang cukup cerah. Sudah beberapa hari ia kembali kerumahnya, setelah dirawat dirumah sakit beberapa hari yang lalu. Icha memperhatikan beberapa orang yang lalu lalang di sekitar perumahannya. Matanya terpaku kepada seorang laki-laki yang sedang sibuk membersihkan halaman rumahnya.

Perlahan, Icha bangkit dan berdiri tepat di pagar balkon dengan pandangan yang masih tertuju pada laki-laki yang berada tepat didepan rumahnya itu. Tanpa menyadari dirinya sedang diperhatikan dari jauh, ia terus sibuk mengurus dedaunan yang menutupi halaman rumahnya. Icha tersenyum melihat lelaki itu kesusahan oleh dedaunan yang bertebaran karena angin yang berhembus cukup kencang.

' udah lama juga gak ngobrol bareng kak Adit ' batin Icha.

Tiba-tiba mata lelaki itu melihat ke arah dimana Icha berada. Sontak Icha berbalik dan segera berlari meninggalkan balkon dengan kecepatan kilat. Setelah berada dikamarnya, Icha tersadar akan suatu hal.

" Lah, gue ngapain kabur ? kan gue gak ngapa-ngapain ! " bingung Icha. Ia menepuk jidatnya sendiri sambil tertawa tipis.

Setelah beberapa menit ia menghabiskan waktu untuk santai dikamarnya ia beranjak menuju ruang makan,  bergabung bersama keluarga besarnya untuk menyantap sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh Mama dan Maminya.

Icha menghabiskan waktunya bersama abang dan adiknya di ruang tamu sambil bermain beberapa game dari ponsel. Sedangkan Mama, Papa dan Mami mereka sudah pergi menjenguki Oma dan Citra. Icha memperhatikan wajah adiknya yang terlihat sedikit pucat dan juga terlihat kelelahan.

" Pin, kamu sakit ? " tanya Icha.

" Hah ? gak. Kenapa ? " tanya Kevin balik kepada kakaknya.

" Kok kamu keliatannya pucat banget gitu sih ? kamu kurang istirahat kan beberapa hari ini karna ngurusin Mbak, sekarang mending kamu balik ke kamar deh " Icha terlihat sangat khawatir dengan keadaan adiknya itu.

" Gak kok Mbak, Pipin baik-baik aja kok. Mungkin karna capek aja makanya keliatan pucat, tapi Pipin gak sakit kok. Buktinya dari tadi kita main kan Pipin yang paling semangat " bohong Kevin. Sebenarnya ia merasa sedikit pusing karna terlalu banyak begadang sewaktu mengurus Icha dirumah sakit.

" Kamu yakin ? " Daffa ikut khawatir.

" Iya, udah ah jangan mikir yang gak-gak. Hayu main yuk ! " ajak Kevin.

Setelah beberapa jam menghabiskan waktu untuk bermain game, Kevin merasa mual dan juga kepalanya semakin sakit seperti tertusuk oleh beberapa benda tajam. Ia sadar kalau penyakitnya sedang menghantuinya kembali. Kevin berdiri perlahan dengan senyum mengembang, agar tidak membuat kedua kakaknya itu cemas.

" Kevin ke kamar dulu ya. Capek, mau istirahat sebentar " pamit Kevin sambil terus memaksakan senyumnya.

Kevin berjalan perlahan, penglihatannya mulai kabur, kepalanya mulai berdenging keras membuat telinganya ikut merasa sakit luar biasa. Kevin sedikit mempercepat langkahnya, perlahan ia menaiki tangga untuk menuju kamarnya yang berada dilantai dua itu.

Sesampai dikamarnya, ia menutup pintu dan tak lupa untuk mengunci pintu kamar agar keluarganya tidak bisa masuk. Kevin segera mengobrak-abrik isi nakas tempat ia menaruh semua obat-obatnya.  Setelah berhasil menemukan obatnya, ia segera menegak obat itu sekaligus seperti orang yang sedang sekarat. Kevin tergeletak di lantai, kepalanya terus berdenging membuat sekujur tubuhnya bergetar hebat.

Perlahan, ia mencoba bangkit dengan sisa kekuatannya. Namun ia kembali terjatuh karna tubuhnya yang masih bergetar tak mampu menopang tubuhnya. Sebelum benar-benar tak sadarkan diri, ia sempat melihat ke arah pintu, kunci kamarnya tergeletak di bawah pintu. Sepertinya kunci itu terlepas saat ia mengunci pintu tadi. Ia ingin memesang kunci itu kembali, tapi seluruh kesadarannya tak membiarkan ia untuk kembali tersadar.

Mine !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang