Part 30

3.1K 101 9
                                    

Icha POV

Aku berjalan santai di sekitaran perumahanku sambil menikmati udara pagi yang menyegarkan. Aku berjalan menuju taman yang berada di ujung kompleks. Beberapa anak-anak terlihat sibuk bermain kejar-kejaran sambil tertawa riang, senyumku mengembang melihat keseruan mereka bermain sambil mengenang masa kecilku yang bisa dibilang cukup bahagia.

Semakin lama taman semakin ramai disesaki oleh anak-anak dan juga ibu-ibu yang sedang bergosip sambil mengawasi anaknya. Ada juga beberapa anak yang seumuran dengan ku sedang bermain bola basket.

Tanpa bergeming sedikitpun, aku terus memperhatikan seluruh kegiatan yang berada didepanku saat ini. Udara segar, suara tawa, suara dedaunan yang ditiup oleh angin, bahkan suara tukang panci lewat memenuhi setiap sudut taman.

" Hay " tiba-tiba sebuah suara yang berasal dari belakang mengejutkanku, dengan refleks aku berdiri dari bangku taman dan berbalik menghadap kearah asal suara.

Aku terpaku seketika, tak satu kata pun bisa terucap. Bahkan kaki ku terasa lemas dan ingin terkulai begitu saja.

" Apa kabar " sapa nya lagi sambil tersenyum lebar.

" L-lo ! Nga-ngapain lo disini ?! " tanyaku terbata-bata. Darah di kepalaku mulai berdesir membuat semua emosi yang sedang ku tahan ingin meluap keluar.

" Hmm, ketemu kamu lah. Tadi kebetulan aku lewat daerah sini sih, terus aku ngeliat rumah kamu dan kamu lagi keluar dari rumah. Yaudah deh, aku ikutin aja " jawabnya tanpa dosa dan beban.

" Sorry, gue gak punya waktu buat ngurusin lo ! " kata ku acuh lalu melangkah berniat ingin pergi meninggalkan taman dan juga cowok menyebalkan itu. Tapi dengan cepat ia menarik lenganku untuk menahan langkahku yang berniat pergi.

" Lepasin gak ! " bentak ku kesal.

" Gak ! Gak akan Cha " jawabnya lembut tapi tegas.

" Lepas ! " aku mencoba melepaskan tanganku dari cengkramannya.

" Aku udah pernah ngelepasin tangan ini sekali Cha, dan sekarang aku gak mau ngelepasin tangan ini lagi. Tangan ini terlalu berarti buat aku " ujarnya tanpa bergeming sedikit pun, padahal aku sudah bersusah payah untuk melepaskan tanganku yang mulai terasa sakit akibat cengkraman tangannya.

" DITO LEPAS ! TANGAN GUE SAKIT ! " teriak ku mulai kehabisan kesabaran.

Cengkramannya mulai melemas dan dengan cepat aku bisa melepaskan tanganku. Aku melihat pergelangan tanganku yang memerah akibat cengkraman Dito tadi.

" Aku minta maaf, Cha. Aku gak bermaksud buat nyakitin kamu, tapi kamu ngelawan terus jadi aku terpaksa buat nahan kamu " jelasnya, merasa bersalah karna membuatku mengaduh kesakitan.

" Bullshit ! " maki ku lagi lalu kembali berbalik.

" Cha ! " panggil nya lalu menarik tubuhku ke dalam dekapannya.

Aku kembali memberontak dan mencoba mendorong tubuh Dito agar melepaskan pelukannya. Tapi Dito malah semakin mempererat pelukannya agar aku tak bisa pergi.

" Dito, lo apaan sih ? Awaas ! " teriak ku masih memberonta.

" Gak, aku gak bakal ngelepasin kamu Cha. Aku sayang banget sama kamu, aku minta maaf karna dulu udah bertindak bodoh untuk ngelepasin kamu "

Aku tak menjawab kalimat penyesalan bodoh itu, aku hanya fokus untuk melepaskan tubuhku dari dekapan Dito. Dan hal yang paling ku benci adalah, aroma tubuhnya masih sama seperti dulu, hal itu membuat aku sempat terbayang akan kenangan masa lalu yang sudah kulupakan.

Aku semakin memberontak dengan sekuat tenaga, tapi hal itu sama sekali tak berhasil. Tubuhku mulai melemas karna semua energi ku sudah terkuras habis. Aku hanya bisa pasrah sambil kembali memberontak dengan sisa tenaga yang hampir hilang. Air mata mulai mengenang di pelupuk mataku dan siap untuk mengalir deras.

Mine !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang