Di saat seperti inilah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh Somi. Bukan hanya dia, seluruh siswa pun merasakannya.
'Go home', suatu kata yang sangat indah jika didengar. Matanya sudah seperti lampu lima watt, sangat redup. Tapi, anehnya ketika mendengar kata itu, matanya bersinar kembali.
Sama seperti aku melihatmu, aura positif langsung memanggil.
Bisa diibaratkan dalam kehidupan pelajar memiliki tiga sifat seperti binatang. First, ketika berangkat sekolah, seseorang bertindak seperti kura-kura. Second, ia akan berubah menjadi koala ketika mendengarkan materi yang membosankan. And last, sifat yang pemalas itu akan berubah dengan cepat ketika waktu pelajaran selesai, seperti cheetah.
Kau mengerti maksudku?
•••
Seperti biasa aku dan Trio Su pulang dengan bersama-sama. Bagaimana tidak, kami kan satu kelas. Jadi, kemana-mana kami selalu bersama.
Meskipun begitu, tidak ada kata bosan untuk melihat mereka. Bahkan kalau mereka tidak ada, mungkin hari-hari ku selalu diselimuti oleh kegelapan yang akan membuatku merasa sangat kesepian.
Mencari sahabat yang seperti itu, sangat susah. So, aku merasa sangat beruntung sekali dapat memiliki mereka. Dan aku tak pernah ingin untuk kehilangan mereka.
"Ya! Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Tenang aku yang traktir, call?" Ajak Herin.
"Call!" Sahut Lami dan Yeri bersamaan.
Aku memiringkan kepala seakan berpikir, "Sebenarnya aku ingin ikut. Tapi, aku akan senang jika kalian menundanya," ucapku dan menunjuk ke arah lutut dengan telunjuk. "Luka ini masih basah," sambungku sedikit tertawa kaku.
"Ah, benar," mereka mendesah kecewa.
"Gwaenchana, kita bisa melakukannya lain kali," sahut Yeri, diikuti anggukan kepala oleh Lami dan Herin. "Geurae, kami akan pulang, kaja!" Ajak Yeri sambil menggandeng tangan Lami.
Aku melambaikan tangan ke arah mereka, "Bye, josimhae!"
"Somi-ya, sekarang aku akan mengantarmu pulang. Setuju?" Tawar Herin setelah Yeri dan Lami pergi mendahului.
Aku tersenyum dan mengangkat jempol untuknya. "Kaja!"
•••
Somi memasang helm dan bersiap menaiki motor milik Herin. Namun, aktifitasnya terhenti saat terdengar sesorang memanggil namanya dari kejauhan.
"Somi-ya!" Teriaknya.
Yang dipanggilpun segera menoleh dan berpaling. Anggaplah kejadian ini seperti slow motion.
1.. 2.. 3..
Kini Somi tahu siapa seseorang yang memanggilnya, langkahnya terhenti saat berjarak satumeter dari keberadaan Somi. Ia memegangi kedua lutut, napasnya terengah-engah. Heol, daebak! Batin Somi.
"Oh, Jungkook-ah! Wae?" Tanya Somi bingung.
Jungkook menegapkan badan, terlihat seulas senyuman terukir di bibirnya.
"Apa kau ingin pulang? Ikutlah bersamaku, aku akan mengantarmu," tawarnya.
Somi mengernyitkan dahi, lalu menatap Herin yang sudah terduduk di motornya. Mereka saling bertatapan dan megedipkan mata beberapa kali.
Herin mendekatkan mulutnya pada telinga Somi, "Lampu hijau," bisiknya.
Bukankah aneh jika Jungkook melakukan hal ini secara tiba-tiba kepada Somi? Tidak, bukannya berburuk sangka, tapi caranya bersikap seperti itu, menurutnya tidak wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Love
FanfictionMencintai dalam diam. Itulah kalimat yang cocok bagi Jeon Somi. Tak bisa melakukan apapun untuk mengambil hati dari seorang lelaki yang disukainya. Menatap secara diam-diam, salah tingkah jika yang ditatap menatapnya balik. Selalu seperti itu selama...