Stony [oneshoot,mpreg,agst,sad,romance]

Liar

Tony merasa Steve adalah belahan jiwanya, kekasih hatinya dan penyelamat hidupnya.
Tony menyerahkan seluruhnya untuk Steve.
Mereka bahagia bersama.
Sebelum masa lalu merusak dan menghancurkan hubungan mereka hingga berkeping-keping.

Lupakan masa lalu, itu tidak penting.

Namun, kenyataannya terkadang bagian masa lalu lah yang merusak kebahagian kita di masa sekarang.

Di sebuah ruangan meeting,hanya terdapat Tony dan Steve di dalamnya dengan suasana yang sangat dingin.
Tony menatap Steve tajam
"Kau bilang kau mencintaiku. Tinggalkan dia"
"Tony,dia adalah sahabatku dari sebelum aku di bekukan." Steve mengusap wajahnya kasar.
"Steve,dia bersalah. Tanda tangani dokumen ini. Dan semua permasalahan kita selesai" Tony menyerahkan pulpen kearan Steve yang di tolak dengannya spontan.
"Tidak"
"Kenapa?" Dan sebuah tatapan penuh kesakitan menghunus jantung Steve. Membuatnya menghindari kontak mata dengan Tony.
"Anthony. Dia adalah sahabat baikku oke. Dia sahabatku."
"Dan aku adalah kekasihmu Steve!"
Suasana menjadi hening.
Mereka menarik nafas panjang untuk menetralkan emosi.
"Aku tidak bisa Tony"
"Kau..... Meninggalkanku?" Steve terdiam di tempatnya. Menyadari tak ada jawaban,Tony bangkit dan memakai kacamata hitamnya santai seolah tidak terjadi apapun. Mengabaikan matanya yang sudah panas dan ingin menangis.
Berdehem sebentar dan berucap
"Baiklah cap, terserah saja. Kita berakhir—"
"Tony—" Steve memotong ucapan Tony dan dengan sigap Tony menodongkan tangannya yang terbalut senjata ciptaannya sendiri kearah Steve.
"Jangan berbicara lagi, sudah cukup"
"Liar." Satu kata terakhir yang dia keluarkan berhasil membuat dirinya menangis dalam diam.
"Tony" Steve memandangnya sendu.
"Sampai berjumpa lagi cap" Tony menurunkan tangannya dan menghapus air matanya cepat lalu berbalik hendak keluar.
"Sebagai musuh tentunya" Dan dengan itu Tony keluar dari ruangan meninggalkan Steve yang menatapnya bersalah.

Masa lalu selalu penting.
Kau tidak boleh melupakan hal-hal yang kau lakukan di masa lalu, atau kau tidak akan pernah belajar dari semua perbuatanmu itu. —Jordan (The mortal instruments)