2

764 88 5
                                    


/H-2 Penobatan LOS 37/

Pagi ini, Wonwoo sudah terlihat berada di depan rumah Dahyun dengan mobilnya. Iya, seperti apa yang ia setiap hari lakukan, Wonwoo datang menjemput Dahyun.

"Ma, berangkat ya!" Pamit Dahyun pada Mamanya.

"Buruan Day, ntar macet," teriak Wonwoo dari luar gerbang rumah Dahyun. "Sabar," jawab Dahyun yang masih memakai sepatu.

"Yuk!" Ajak Dahyun.
"Pake sepatu doang seabad lo, heran." Ledek Wonwoo membuka pintu mobilnya.

"Sorry, lo kan tau gue gabisa ngiket tali sepatu," Dahyun mencoba membela dirinya. Memang benar, Dahyun paling tidak bisa mengikat tali sepatu. Begini, dia bisa mengikat tali sepatu tapi itu pasti memakan waktu yang lama. Ia tidak pernah memiliki sepatu dengan tali, namun karena Sevit mengharuskan memakai sepatu dengan tali, Dahyun pasti akan merasa tersiksa setiap pagi. Lalu bagaimana jika tali sepatunya lepas? Karena dari itu Wonwoo selalu berada didekat Dahyun.

Wonwoo: Dasar anak kecil. Kapan sih lo bisa ngiket tali sepatu?

Dahyun: Kalo gue bisa ngiket tali sepatu, lo nggak akan nemenin gue setiap hari lagi dong Won?

Wonwoo terdiam, ia hanya mengerjapkan matanya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Dahyun.

"Hahahahahahahahahaha,"

Dahyun tiba-tiba saja tertawa.

Dahyun: Sumpah, muka lo serius bener Won. Plis deh, gue cuma bercanda. Lo tau sendiri gue tuh paling males belajar ngiket tali sepatu, hahahaha.

"L-lo apaan sih? Gue biasa aja kali," jawab Wonwoo berusaha mengelak. Namun kini, wajah merahnya tidak bisa tertutupi.

Dahyun tersenyum puas.

#

@ Sevit

"Jam istirahat gue cari ke kelas, awas ngilang lagi lo," Ucap Wonwoo memperingatkan sebelum mereka berpisah menuju kelas masing-masing.

Dahyun hanya mengangkat jempol kirinya kemudian berjalan menuju ruang kelasnya.

Di tengah langkahnya menuju kelas, Dahyun teringat sesuatu.

"Oh iya! Gue lupa nge-Line Hoshi," katanya panik.

LINE

Dahyun sent you a contact

Kalau jadian jangan lupa, Toblerons 5 biji buat gue

Dahyun sent you a sticker

/read/

Drtttt

Sebuah pesan masuk ke Line Dahyun.

Hoshi

Taelah lo Day ada aja maunya -_-

Tapi makasi ye

/read/

BRUKKKKK!!

"Akkh!" Dahyun jatuh terduduk dibawah, membuat ponselnya terlempar cukup jauh.

Ketika Dahyun asik mengetik pesan, tanpa sengaja dua orang adik kelas yang berlari dari belakang menabrak Dahyun.

"Kak Dahyun?" Ucap salah satu siswa tersebut.

"Maaf kak," adik kelas yang bernametag Haechan meminta maaf pada Dahyun sembari membantunya berdiri.

"Jaemin?" tanya Dahyun saat mencoba berdiri sambil membersihkan roknya yang sedikit kotor.

"Maaf banget kak, kita buru-buru jadi nggak sengaja nabrak kakak," lanjut Haechan menjelaskan.

"Lo nggak apa-apa kan Kak?" cowo bernama Jaemin itu lalu menanyakan keadaan Dahyun.

"Ngapain lari-larian di lorong sih lo? Kaya anak SD aja," jawab Dahyun ketus.

"Elah maaf kak, gue buru-buru nih sama temen gue. Lagian lo diem ditengah jalan gitu," kata Jaemin membela diri.

Haechan hanya bisa melongo melihat keduanya yang sudah begitu akrab,"Kak Dahyun... kenal Jaemin?" tanyanya penasaran.

"Ngelawan aja terus, ntar gue laporin Junhoe mati lo," sahut Dahyun membalas pembelaan Jaemin.

"Udah gede tukang ngadu lo kak, kaya anak SD," kata Jaemin membalikkan perkataan Dahyun.

"Anju lancar bener lo ngomong," cibir Dahyun.

"Min diem aja lo! Kak Dahyun kan Dewan Sevit, jangan ngomong asal gitu dong, ntar kita dapet masalah. Gue mau lulus dari Sevit dengan aman Min," bisik Haechan mendekatkan kepalanya ke Jaemin.

"Alay lo," jawab Jaemin singkat.

"Kak Dahyun jangan diambil hati omongannya si Jaemin. Dia ngomong emang suka ga mikir, otaknya cuma setengah soalnya heheh," jelas Haechan agar Dahyun tidak marah.

"Chan, diem lo. Perlu gue bantu nggak kak? Lutut lo luka tuh," lanjut Jaemin bertanya pada Dahyun.

"Nggak perlu, gue bisa sendiri," kata Dahyun menolak lalu melanjutkan langkahnya.

Jaemin dan Haechan lalu berlari kecil menyusul Dahyun.

"Kak, mending kita bantu ya? Biar cepet nyampe kelasnya. Bentar lagi bel bunyi nih kak, hehe" kata Haechan menawar bantuan.

Dahyun tetap melangkah terseok-seok tidak menggubris ucapan Haechan.

"Kak, lo jalan bisa bener dikit gak?" celetuk Jaemin.

Deg.

Dahyun tersentak kemudian menghentikan langkahnya,"kok bisa sama sih?" ucapnya dalam batin.

"Day, jalan benerin dong,"

Sekejap Dahyun menjadi teringat perkataan Wonwoo padanya tempo hari.

"Kak?"
"Kak, kenapa lo berhenti?" tanya Jaemin.

"Day, tenangin hati lo," kata Dahyun dalam hati mencoba mengendalikan detak jantungnya.

"Woi kak!" Jaemin menarik beberapa helai rambut Dahyun yang terurai indah untuk mengembalikan lamunan Dahyun.

"Aw!" ringis cewe itu kesakitan.
"Lo kenapa diem? Kesambet?" tanya Jaemin polos. "Min!" jerit kecil Haechan menegur Jaemin.

"Lo kenapa sih!? Masalah lo apa!?" bentak Dahyun pada Jaemin.
"Woles kak, gue cuma nanya aja kali," jawab Jaemin santai. Haechan yang berada diantara mereka hanya bisa mengernyit ketakutan.

"Mending kalian berdua pergi deh..." pinta Dahyun.
"Lah, kita mau nolongin lo kak. Malah diusir," jawab Jaemin lagi-lagi memulai perdebatan.
"Lo," Dahyun menunjuk Haechan, "Siapa nama lo tadi?" tanya gadis itu.
"Haechan kak," jawab Haechan lalu merapikan rambutnya. "Haechan, mending lo ajak temen lo yang sakit jiwa ini pergi dari sini," pinta Dahyun.

"Lo yang sakit jiwa kak," kata Jaemin masih tidak mengerti suasana hati Dahyun.

"SEKARANG!" lanjut Dahyun tegas.

Haechan yang mulai ketakutan karena teriakan Dahyun itu pun menarik Jaemin pergi dari hadapan Dahyun. Meski Jaemin tetap saja menolak.

"Apaan sih Chan! Gue niat baik mau bantu, kenapa lo tarik-tarik sih!" jaemin memprotes. "Elo tuh demen banget gali kuburan sendiri sih? Udah ayo pergi!" lanjut Haechan memarahi Jaemin.

Dahyun lalu menghela napas panjang ketika dua adik kelasnya itu sudah terlihat jauh.

"Huft, bocah sial," ucapnya pelan lalu beranjak menuju kelas.

#

[#3 SEVIT SERIES] MY CAPTAIN AMERICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang