4

1.1K 63 5
                                    

"Kenapa surat itu ada di lu? Bukannya udah kubuang?" tanya Dion heran.

"Iya. Aku pungut kemaren. Mungkin ada hal penting dalam surat itu."

Dion melirik surat itu kemudian meremasnya dalam kepalan tangannya yang kuat dan melemparnya ke tong sampah untuk yang kedua kalinya.

Aku terpaku melihat apa yang Dion lakukan. Tak pernah kusangka, surat itu akan dirobek sahabatnya.
Dion menjaga perasaanku, ujarku dalam benakku.

"Andrio. Kalau aku ga mau baca, ya berarti ga mau dan ga akan pernah. Sudahlah, surat itu ga penting sama sekali . Aku aja ga tahu Bella itu siapa atau yang mana. Mana mungkin aku naksir padanya. Lagian, banyak cewek kok di sekolah ini. Sekarang, perut aku lebih penting karena aku lapar banget."

Dion beranjak dari tempat duduknya lalu menarik tangan kananku. Sepanjang perjalanan ke kantin, Dion terus bercerita padaku tentang pertandingan basket nasional yang akan diikutinya dua hari lagi.

"Pokoknya lu harus nonton sampai akhir. Titik. Ga pake koma. Ini perintah."

"Seakan aku bisa nolak aja!"jawabku sambil nyengir.

"Oh. Jadi lu ga mau liat sahabat lu tanding. Cukup tahu aja ya!" gertak Dion.

"Kalau yang main menarik, sih mau-mau aja. Kalau ini, kan ga ada. Hahaha," candaku yang membuat Dion kesal.

"Andrio. Aku ini orang yang menarik. Ganteng. Populer. Banyak cewek mengantri untuk mendapatkan cintaky, for your info aja nih," jelas Dion dengan begitu pedenya.

"Ngaca, Yon! Hahaha, aku pasti dateng kok. Kalem."

Tanpa disuruh nonton pun, aku pasti akan datang. Ini adalah pertandingan yang sangat penting untuk Dion. Sebagai sahabat, aku wajib mendukungnya.

"Eh, Rio. Liat ga cewek itu!"

Aku mengikuti arah mata Dion yang berujung pada dua gadis yang sedang berjalan.

"Yang kacamataan?" tanyaku spontan.

"Bukan. Yang satunya lagi. "

Sudah kuduga yang dimaksud Dion adalah Bella.

"O," jawabku singkat.

"Cantik!"
Dion sepertinya mulai naksir Bella.

Dion termakan kata-katanya sendiri tadi di kelas, pikirku.

Aku cuma diam dan membenarkan ucapannya. Bella memang cantik.

"Eh, aku ajak kenalan kali ya?"

Aku hanya menjawab," terserah."

"Ga usah deh. Nanti aja. Aku harus jaga image dong!" kata Dion lagi .

Aku hanya tertawa kecil sambil memukul pundak Dion.

***

"Bella!"

Gadis berambut coklat tua itu menoleh ke belakang... ke arah orang yang baru memanggilnya.
Siska, sahabat barunya.

"Napa, Sis?" tanya Bella kepo.

"Entar bareng yuk ke supermarket. Nyari barang-barang di list," ajak Siska sambil menunjukkan list spek MOS yang harus di bawa besok.

"Emang lu uda tau itu barang apa aja? Clue-nya ribet. Ga ngerti aku. Banyak lagi yang harus dibawa," keluh Bella.

Besok adalah hari penutupan MOS dan siswa-siswa baru telah diberikan sebuah list yang berisikan 10 barang yang harus di bawa. Dan uniknya, barang-barang yang harus dibawa itu dibuat berupa petunjuk-petunjuk sedemikian rupa sehingga siswa baru harus memecahkan petunjuknya dulu untuk mengetahui apa yang harus mereka bawa.

Cinta Seorang Kutu Buku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang