14

842 37 0
                                    

"Karen, kurasa aku tak bisa menjalani semua ini lagi denganmu.
Aku ingin jujur sekarang.
Aku mungkin salah menjawab iya dulu.
Aku juga salah telah memintamu jadi pacarku waktu itu.
Jangan menangis karnaku.
Maaf."

Aku melihat pantulanku di cermin yang sedang mengekspresikan perasaan maaf dengan gagal total. Duh, aku bingung bagaimana cara mengatakan hal ini kepada Karen.

Ia teman masa kecilku dan aku tak ingin kehilangannya hanya karena masalah seperti ini.

Namun, aku juga tak bisa terus bersamanya ketika tak ada cinta yang menengahi kami berdua.

Aku meyakini diriku, aku ingin bersama Bella.

Dan aku tak peduli jika ditolak untuk kedua kalinya asalkan dia tahu bahwa aku masih mencintainya.

***
"Oi, Bel! Kenapa kamu diam saja daritadi?"

Bella, yang merasa namanya dipanggil, hanya melihat ke arah cowok yang mengajaknya berbicara itu dan menggelengkan kepalanya.

"Makanannya ga enak ya?"

"Ga kok, Kak. Enak. Mungkin aku lagi banyak pikiran saja."

"Oh. Kalau kamu mau cerita, aku siap 24 jam."

"Makasih, Kak."

Dion memandang Bella dengan lekat. Ia merasa hubungannya dengan Bella hanya bersifat satu arah. Seperti ada orang lain yang ada di antara mereka berdua. Entah kenapa Dion yakin akan hal itu. Ia pun bertekad akan mencari tahu tentang hal itu.

***
"Rio! Lu sedang apa?"

Aku sedikit kaget melihat Karen yang telah berdiri di depan pintuku yang sepertinya lupa kututup tadi.

"Lagi ngaca aja. Kan mau ke kafe entar."

Karen tersenyum dan berjalan ke arahku. Ia memelukku dengan kedua tangannya dan menyandarkan kepalanya ke dadaku. Meskipun Karen sudah tergolong tinggi untuk anak cewek seusianya, aku lebih tinggi lagi darinya sehingga ia bisa menyandarkan kepalanya dengan nyaman.

Aku bingung dengan sikap Karen yang mendadak seperti itu.

Aku hanya balas memeluknya tanpa berkata apa-apa.

"Yo, aku sayang sama kamu."

Aku berdeham.

"Yo, aku tak ingin kamu terpaksa menjalin hubungan ini."

Aku membelalak kaget mendengar perkataan Karen.

"Kar, bukan begitu."

Aku merasakan Karen mengencangkan pelukannya.

"Aku mendengar semuanya tadi dan aku merasa bersalah akan hal itu. Harusnya aku tak mengungkit janji masa kecil kita. Itu sudah lama sekali dan bodohnya aku masih membicarakannya." Karen menangis.

Aku membelai rambutnya dengan perasaan bersalah. Aku telah menyakiti hati temanku.

"Sudah, Kar. Jangan menangis."

"Maaf bila aku membuatmu terjebak dalam situasi ini."

Aku menahan air mataku. Tak seharusnya aku menangis.

"Maaf, Kar, karena kamu baru tahu hal ini sekarang dengan cara seperti tadi."

Ia melepaskan pelukannya dan memandangku.
"Seandainya waktu bisa kuulang, aku berharap aku tak pernah pergi darimu."

***
Siska terus mondar-mandir di kamar Bella setelah mendengar cerita Bella yang tak pernah diketahuinya.

"Jadi, kamu mencintai Kak Rio?"

Cinta Seorang Kutu Buku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang