9

918 49 1
                                    

Aku menghidupkan motorku sambil menunggu Karen kembali dari toilet.

Itu dia.

Aku melambaikan tanganku padanya agar ia tahu aku di sini.

Karen mulai berlari kecil ke arahku dengan senyum sumringah.

Aku pun membalas senyumnya.

Senyumku menghilang saat dia tiba-tiba memelukku.

Aku kaget sebenarnya.

Perasaan yang muncul ini sudah lama tak kurasakan.

Seolah-olah kami tersedot kembali ke masa lalu.

Aku tersenyum kecil mengenang hal itu. Kini ,kami sudah dewasa. Dan aku selalu menganggapnya sebagai adik perempuanku yang manis.

Ia pun melepas pelukannya. Pipinya sedikit memerah.

"Jadi, kita ke rumah lu?"

"Kar, kita nonton basket dulu ya. Aku udah janji sama Dion nih. Ntar abis nonton basket, baru ke rumah aku deh."

Karen mengacungkan jempolnya padaku.

Kami pun berangkat ke tempat dilaksanakannya pertandingan basket nasional itu. Lokasinya cukup dekat dengan sekolahku. Dion sudah pergi daritadi karena ia harus mengikuti briefing sebelum bertanding.

Sesampainya di sana, aku memarkirkan motorku. Butuh waktu lama mendapatkan tempat parkir karena tempat ini begitu ramai dengan orang.

Aku melihat ada dua kursi kosong di bagian pendukung SMA Pahlawan. Aku langsung mengajak Karen ke sana agar tak direbut orang.

"Eh, Bella. Nonton juga, ya?" tanyaku pada Bella yang ternyata duduk di sebelah dua kursi kosong tersebut.

"Iya, Kak," jawab Bella singkat lalu memalingkan wajahnya.

Karen pun duduk tepat di sebelah Bella dan aku duduk di kursi kosong satunya lagi.

"Hai Bella. Nama aku Karen."

"Hai, aku Bella."

Bella dan Karen berkenalan dengan canggung. Mereka hanya bersalaman sedetik saja lalu menarik kembali tangan masing-masing.

"Yo, itu Dion. DION, HAI!" Karen berteriak kepada Dion yang sudah bersiap-siap di lapangan.

Dion melihat ke arah kami dan menyunggingkan senyum manisnya.

"Ih, temen lu ganteng banget, Yo. Wkwk. Like a model. So cool."

"Genit lu. Kayak ga pernah liat yang ganteng-ganteng di London. Ntar aku sampaikan ke Dion ya," jawabku.

Karen melayangkan jari telunjuknya ke bibirku, memberi tanda agar aku tak bilang apa-apa ke Dion.

Bella tiba-tiba bangkit dan menyikut Karen hingga jari Karen mendorong bibirku.

"Eh,maaf. Kak, jagain tempatku ya. Mau ke toilet," ujar Bella yang langsung pergi ke toilet.

"Tuh anak kenapa sih. Temen lu ya?"
tanya Karen heran melihat kelakuan Bella.

Aku hanya mengiyakan.

***

Pertandingan berakhir dengan hasil yang tipis sekali. Dion dan teman-temannya sudah bermain semaksimal mungkin dan gelar juara nasional memang patut mereka dapatkan.

Yes, makan-makan. Ahhaa.

"Kar... Yuk pulang. Mama uda nunggu. Dia udah nyiapin makanan favorit lu dulu. Tebak apa! "

Cinta Seorang Kutu Buku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang