6

1K 60 4
                                    

Bella menatap layar ponselnya yang memunculkan notifikasi "pesan terkirim" . Ia membaca pesan yang baru saja dikirimnya.

Hai, Kak Rio!

Bella duduk di tempat tidurnya dan menutup wajahnya dengan bantal bergambar Snow White kesukaannya.

Apa yang akan Kak Rio pikirkan tentang pesan itu?

Pertanyaan itu terus bergaung di pikiran Bella. Namun, ia yakin akan rencana Siska yang tadi dibisikkan padanya.

Ini akan berhasil.

Nanaananaananananananna....

Ponselnya berbunyi. Bella mengambil ponsel yang tergeletak di meja dengan cepat.

Pasti dari kak Rio, batinnya.

Ia mengetuk dua kali layar ponselnya dengan jari telunjukknya dan melihat nama pengirim pesan dengan kecewa.

Operator...
"Kirim 10 pesan lagi dan dapatkan 100 pesan gratis ke semua operator. Syarat dan ketentuan berlaku"

Bella mengutuk dalam hati. Betapa bodohnya ia menunggu pesannya Kak Rio. Bukannya ia suka, tetapi lebih ke rasa penasaran apa balasan Kak Rio.

Nanaananaananananananna....

Ponselnya berbunyi lagi dan tiga huruf menghiasi ponselnya saat ini.

Hai!

Cuek banget, pikir Bella dalam hati. Masa aku yang harus membuka topik. Eh, tapi aku yang mengirim pesan duluan.

Tanya kabar kek, apa kek, huh!

Bella menutup ponselnya dan berbaring di tempat tidurnya.

***
Aku terus memain-mainkan ponselku dengan tanganku. Aku tentunya menunggu balasan dari Bella.
Akupun melihat jam dinding di kamarnya.

Sudah 10 menit sejak aku membalas pesannya. Apakah ia sudah tidur?

Untuk menghibur diri, aku bangkit berdiri dan berjalan menuju balkon kamar. Aku mendongak dan melihat bulan yang saat itu berbentuk bulat sempurna dan sangat terang. Purnama yang indah!

Aku menatap bulan dan berujar sendiri," Wahai Sang Bulan, sampaikanlah pada Bella bahwa aku masih menyukainya."

Satu kilometer dari tempatku berdiri sekarang, Bella menggaruk telinganya. Orang dulu mengatakan, saat telingamu gatal, berarti ada orang di luar sana yang tengah menyebut namamu.

Angin malam semakin dingin menusuk-nusuk kulitku yang saat itu hanya memakai kaos oblong berwarna hitam. Aku memeluk diriku sendiri dengan kedua tanganku dan tetap bertahan di sana.

***
"Bel, gimana semalam?"

Siska langsung menyerang Bella dengan segudang pertanyaan dan wajah penuh ingin tahu saat mereka bertemu di sekolah. Tentunya, Bella sudah tahu apa yang ditanyakan Siska. Pastinya terkait rencananya.

"Ah, elu mah.. Ketemu temen, say hi dulu kek. Ngucap selamat pagi dulu kek. Ini langsung menginterogasi."

"Ih. Aku penasaran. Ayuk cerita."

Bella mengingat-ingat rencana Siska kemarin.
"Bel, pokoknya lu harus deketin Kak Rio lagi. Lu tau kan, Kak Dion ga suka lu? Nah, satu-satunya cara deket dia ya lu deketan ama Kak Rio. Aku yakin, semakin lu deket ke Kak Dion, cinta bisa tumbuh. Tapi endingnya Kak Rio buat aku ya."

Bella hanya mengiyakan rencana Siska tanpa bermaksud membantah. Yang Siska katakan bener juga. Aku harus bisa deket dengan Kak Dion, tegasnya dalam hati. Ia yakin masih ada nomor Kak Rio di buku hariannya.

Bella kemudian bercerita kepada Siska apa yang terjadi semalam. Tampak Siska menghembuskan nafas tanda kecewa saat Bella mengakhiri ceritanya.

"Lah, gitu doang?" tanya Siska kecewa kenapa cerita Bella singkat sekali.

"Ya iya. Mau gimana lagi,"ujar Bella.

"Lu balas lagi kek pesannya. Dia jadi merasa di-php kan. Ahhh My lovely Rio ," jawab Siska sedangkan Bella melirik Siska dan memberi senyuman geli mendengar Siska memberi nama panggilan baru untuk Kak Rio.

"Yaudah... Ntar aku deketin lagi."
Siska langsung melempar senyum menyebalkan pada Bella. Bella kembali menatap ke depan dan berjalan menuju kelas.

***
Aku baru saja keluar dari perpustakaan dengan tumpukan buku pada kedua tanganku. Aku memang baru meminjam beberapa buku yang menurutku bagus untuk dibaca dari perpustakaan. Aku terus memilih buku, sehingga tanpa sadar aku bakal meminjam lebih dari persyaratan. Bahkan, tadi aku sempat disemprot Bu Ami, penjaga perpustakaan yang galaknya minta ampun, karena mengambil buku melebihi kuota.

Aku berjalan pelan-pelan untuk menyeimbangkan buku di tanganku..
Memang aku hanya meminjam 5 buku, tetapi masing-masing buku itu memiliki lebih dari 800 halaman sehingga anda bisa membayangkan sendiri seberapa tinggi tumpukan yang kupegang sekarang hingga tumpukan itu agak menghalangi penglihatanku. Aku bahkan nyaris menabrak beberapa orang yang lewat.

"Hai ,Kak Rio."

Aku mendengar suara cewek yang sangat familiar. Aku memandang melalui kacamataku dan melihat seseorang berambut coklat tua tersenyum kepadaku.

Saking terkejutnya dan kencangnya degupan jantungku karena tak menyangka aku akan bertemu dengan Bella di sini, buku-buku yang tadi kupegang jatuh menimpa kakiku dan kaki Bella sampai Bella melompat-lompat kesakitan.

Aw!!! Bella meringis kesakitan sambil memegang kakinya.

"Maaf ,Bel."

Aku meminta maaf dan memeriksa apakah kaki Bella baik-baik saja. Ada sedikit darah di kakinya. Sepertinya kakinya tergores sampul buku tadi.

"Kamu bisa berjalan ,Bel?"

"Perih ,Kak," jawab Bella masih memegang kakinya.

"Kamu tunggu di sini." Aku menggandeng tangan Bella untuk membantunya berdiri di pinggir agar tidak menghalangi orang jalan.

Kemudian, aku memungut bukuku yang berserakan di lantai dan berlari secepat yang aku bisa ke kelas untuk meletakkan buku tersebut.
Tiga menit kemudian, aku pun kembali ke tempat Bella yang masih memegangi kakinya.

Tanpa ba-bi-bu, aku langsung menggendong Bella dengan kedua tanganku. Aku bermaksud membawanya ke UKS.

Bella terkejut tetapi ia berhasil menyembunyikan rasa kagetnya itu. Ia hanya terdiam dan terpana melihat kegesitan Rio. Ia tak menunjukkan ekspresi apa-apa padahal nyatanya ia suka digendong seperti itu. Bella tak percaya apa yang dipikirkannya sekarang karena ia mulai menyesal telah menolak Rio dulu.

UKS berada di deretan kelas X, sehingga seluruh teman Bella melihat kejadian itu, termasuk Siska yang langsung memajukan bibirnya tanda ia cemburu.
Sementara ,teman Bella yang lain hanya bersahut-sahutan mengatakan "Cie."

Aku tak mengindahkan teriakan anak kelas sepuluh itu dan berjalan cepat ke UKS. Sementara, Bella memilih menyembunyikan wajahnya di dada bidang Rio.

Sesampainya di UKS, aku langsung mendudukkan Bella di tempat tidur UKS dan segera mengambil kotak P3K yang terletak di pojok ruangan. Akupun mengambil alkohol dan membasuh kaki Bella yang luka. Tampak Bella sesekali menunjukkan ekspresi sakit di wajahnya.

Bella menundukkan kepalanya untuk melihat orang yang sedang megobatinya itu. Aku, karena sudah selesai menempel plester di kaki Bella, mengangkat kepalaku dan tanpa bisa kuhindari,wajahku begitu dekat dengan wajah Bella. Hanya beberapa sentimeter jaraknya. Aku pun menelan ludah sementara degupan di jantungku semakin cepat. Bella terpaku dan entah kenapa ia tak bergerak sama sekali serta hanya diam merasakan degupan yang mulai terjadi di jantungnya. Ini pertama kali ia merasakan hal yang berbeda saat di samping Rio.

Tiba-tiba, pintu UKS dibuka . Tampak Dion dan Siska berdiri terpaku di pintu masuk UKS . Siska menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tak percaya apa yang dilihatnya.

***

Author : gimana part ini? Vote and comment ya 😺😺😺

Cinta Seorang Kutu Buku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang