BAB 2

7.5K 698 31
                                    

Sore berlalu begitu saja. Tapi khusus untuk Hinata, ia melewati harinya dengan penuh ketelitian, merajut tusukan demi tusukan benang untuk membuat sebuah syal. Hingga senja berganti malam, Hinata masih ditemani oleh cahaya lampu, Hinata sibuk mengerjakan kain penghangat di musim dingin itu khusus untuk cinta pertamanya itu.

"Sudah selesai!"

Hinata bersorak riang ketika syal rajutannya sudah benar-benar jadi. Buru-buru, Hinata mengepaknya---membungkusnya dan berlari menuruni tangga untuk memberika syal itu kepada si pirang.

"Aku meletakkan jiwa dan hati dan di dalamnya, aku yakin perasaanku pada Naruto-kun pasti akan tersampaikan."

Hinata sungguh ingin langsung menemui pemuda jinchurigi Kyuubi itu.

"Tapi apa iya harus sekarang? ini sudah malam ...." Hinata berbalik kembali menuju arah kamarnya.

"Mungkin sebaiknya besok saja ...." Guman Hinata lagi.

"Tidak... Aku ingin memberikannya malam ini juga."

"Tapi mungkin besok saja.."

Hinata kebingungan dan terus mondar mandir di depan teras rumahnya. Tanpa menyadari seseorang sedang memperhatikan dirinya.

"'Cepatlah, beritahu dia bagaimana perasaanmu." Ucap gadis bermata bulan serupa dengannya hanya Hinata memiliki surai panjang berwarna cokelat ---Hyuuga Hanabi.

Hanabi, Hinata nyatanya sedari tadi mengamati kakaknya yang tengah mondar-mandir di tepi teras itu.

Menyadari Hanabi yang memperhatikan, Hinata sontak membulatkan matanya.

"Hanabi!?"

Ia mencebikkan bibirnya kesal lantas menyipitkan matanya menatap sang adik jenggah. "Kenapa tidak bilang kau di sana?" tanya Hinata sedikit kesal.

"Menyenangkan melihat seorang gadis yang menderita gara-gara cinta rasanya." balas Hanabi, kemudian berjalan mendekati kakaknya itu.

"Anak kecil tak seharusnya berkomentar seperti itu." Kata Hinata sedikit ketus.

"Aku bukan anak kecil lagi. Penglihatan Byakuugan-ku sudah sebaik orang dewasa lainnya." ujar gadis bersurai cokelat panjang itu sambil menunjuk mata bulannya. Sementara Hinata hanya membuang nafas kesal.

"Oh, ya coba lihat ini ...."

Hanabi memperlihatkan sebuah kunai dengan gantungan di belakangnya.

"Ini lucu, kan?" tanya gadis kecil itu antusias sembari menggerak-gerakkan kunainya.

Hinata hanya geleng-geleng kepala, "Memperlakukan Kunai-mu seperti mainan lagi." balas Hinata. Sementara Hanabi hanya nyegir saja.

Krukk ....

Tiba-tiba perut gadis bersurai indigo itu berbunyi. Sontak Hanabi yang mendengar perut Sang Kakak berbunyi, terkekeh.

"Dia akan tertawa terbahak-bahak jika perutmu menggeram saat menyatakan cinta." goda Hanabi membuat Hinata mengembungkan pipinya kesal.

"Aku tidak akan menyatakan apa-apa." bantah si sulung Hyuuga kemudian berlalu pergi meninggalkan si bungsu.

"Daripada memberinya syal, mending buat dirimu sendiri agar terlihat lebih modis." ucap Hanabi sedikit berteriak ketika memperhatikan pungung mungil sang kakak perlahan menjauh.

***

Akhirnya gadis bersurai indigo itu sampai di depan sebuah bangunan apartement kecil, tempat dimana pemuda bersurai pirang itu tinggal.

STORY 2 : The Last •Sasuhina• [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang