Aku berdiri dia antara putih dan hitam
dan menjadi kelabu.
Menjadi serupa denganmu.
Barangkali kau pikir aku begitu dungu sampai-sampai tak pernah tahu.
Jangan termakan kebohongan itu!
Aku bukannya dungu,
hanya sembunyi sejak dahulu.Sebab aku takut menjadi berlebihan, lalu bertindak kekanakan
sehingga kau pergi tanpa pamitan.
Aku memang penakut dan tak segan mengaku takutku.Andaikata kau rasa ingin, ejeklah aku karena itu,
bencilah aku sesuka hatimu.
Takkan aku tak mau walau serasa terajam batu.
Sebab aku dan ketakutanku membuat nalarku berayun di antara ya dan tidak
dan melebur jadi entah.Jadi apabila kau rasa perlu, ejeklah aku karena itu, bencilah aku sesuka hatimu.
Takkan aku tak mau, karena aku memang layak menerima itu.Dan inilah yang ketigapuluhsembilan
yang mana kau tuan,
masih menjadi musabab tak beralasan.9/01/2017.
Senin 16:13Jadi ya gitu, ini tulisan ke-39 yang akhirnya nongol setelah bagian kreatif otakku terblokir selama entah berapa lama gegara mager😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pelepasan
PoésieAku adalah larik-larik puisi di mana jawab bersembunyi. Aku menunggumu membacaku. Selalu. -nou