Jung Kook mengepalkan tangannya hingga aliran darahnya berhenti, terlalu kencang. Bau feromon Omega kecil di sampingnya ini begitu membuat libidonya terpacu, untuk pertama kalinya.
Lelaki itu memutuskan untuk membawa Omega yang ia tidak ketahui identitasnya itu ke rumahnya sendiri. Rumah sakit begitu berbahaya karena lelaki mungil di sebelahnya ini mengeluarkan aroma yang cukup menarik perhatian. Setelah beberapa menit mengacak tas lelaki itu, ia tidak menemukan identitas, dan handphone-nya terkunci.
"Tidak, Jung Kook. Tidak." Pikirannya terus menyerukan kata tidak, berusaha melawan hasratnya sendiri untuk menelanjangi Omega yang sedang tidak sadarkan diri di sebelahnya ini.
Digendongnya ala bridal sebelum menjatuhkan Omega itu ke atas tempat tidurnya sendiri. Setelah melonggarkan ikat pinggang dan kancing di baju lelaki itu, Jung Kook menahan napas dan pergi keluar kamar. Ia tidak tahan lagi.
Bernapas, Jung Kook. Ia berusaha menolak insting Alpha di dalam tubuhnya untuk menyerang Omega mungil di dalam kamarnya. Selama ini, belum pernah ada Omega yang mempunyai bau semanis ini, yang membuat dirinya semabuk ini, setidak tahan ini.
Taring dan bola matanya sudah mulai berubah, menandakan ia terhanyut dan insting Alpha mulai menguasainya. Napas lelaki itu mulai cepat, keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.
Hasrat menggelegar itu akhirnya membuat Jung Kook berlari ke kamar mandi. Dengan tergesa, membuka zipper celananya dan mengeluarkan miliknya yang sudah menegang sempurna. Membayangkan mulut kecil namun penuh itu melingkari sekitar miliknya, menjilat, membuatnya gila.
"Sial. Akh ... Ouch," Jung Kook mendongakkan kepalanya ke langit, menikmati sendiri rasa duniawi menuju pelepasannya.
Jung Kook terus berolahraga dengan jarinya, mengeluarkan desahan-desahan laknat, membayangkan seseorang yang sedang beristirahat di kasur miliknya sendiri, sedang telanjang, tunduk di bawahnya.
"Fuck ... Akh!" Alpha itu akhirnya mengalami pelepasannya, membuatnya setidaknya melupakan sedikit hasrat yang ia miliki. Tetapi bau itu masih memenuhi indra penciumannya, ingin menandai Omega kecil itu.
Tidak, kau bahkan belum mengenalnya, Omega itu hampir saja diperkosa dan kau, Jeon, tidak akan membuatnya kehilangan kepercayaanmu. Perlahan-lahan taring yang sudah memanjang itu kembali seperti semula, begitu juga dengan bola matanya. Jung Kook bertepuk tangan untuk dirinya sendiri, baru kali ini ia bisa mengalahkan insting Alpha-nya sendiri.
**
"Per-permisi? Halo?" Ji Min menahan rasa pusing di kepalanya, tetapi rasa takut membuatnya segera bangun, mengabaikan rasa berputar yang terus ia rasakan saat melangkah lebih jauh.
Jung Kook menghampirinya. "Tolong kenakan mantelmu, aku seorang Alpha." Alpha yang hampir saja kehilangan akal, dan memperkosamu dalam keadaan tidak sadar.
Omega kecil di hadapannya segera berlari dan memakai mantelnya yang cukup tebal, menyamarkan sedikit bau yang menguar. "Terima kasih ....,"
"Jeon Jung Kook."
Ji Min mengangguk, terlihat canggung. "Terima kasih sudah menolongku, Jung Kook. Dan, aku Park Ji Min."
Setelah mengiyakan perkataan Ji Min, keduanya terdiam. Atmosfer di ruang tengah ini begitu canggung dan tidak nyaman. Jung Kook memanfaatkan situasi ini untuk mengamati detail laki-laki mungil yang tepat berseberangan dengannya. Manis. Dan begitu menggugah jiwanya untuk melindungi ciptaan Tuhan satu itu. Ia begitu polos, tangannya yang mungkin hanya sepertiga besarnya dari tangan Jung Kook terlihat tidak bisa diam, bibir penuh dan tebal yang ia gigit karena gugup, rambut keemasan yang mengkilau di bawah sinar bulan. Semuanya menunjukkan kesempurnaan. Dan Jung Kook merasa dirinya sebentar lagi akan gila.
"Ah, aku harus kembali." Ji Min mengambil tasnya di dalam kamar Jung Kook dan kembali keluar. Merasa tidak enak pada sang pemilik rumah karena sudah merepotkan.
Jung Kook menoleh ke arah jam dinding, pukul satu pagi. "Kau bisa beristirahat di sini. Aku akan tidur di luar."
"Tetapi ....,"
Jung Kook hanya diam, berbicara pada Ji Min dengan matanya, meminta Omega itu untuk tidak menolak.
"Baiklah, terima kasih banyak, Alpha Jeon."
Ji Min kembali ke dalam pada akhirnya, tidak bisa menolak permintaan sang Alpha.
"Kunci pintunya."
Ruang tidur milik Jung Kook begitu maskulin, kebanyakan berwarna merah maroon, tetapi tetap menonjolkan sisi laki-laki. Hanya ada tempat tidur, sebuah lemari, meja kecil, cermin seukuran tingginya, dan sebuah pintu lagi yang Ji Min yakini merupakan kamar mandi.
Berusaha kembali ke alam tidurnya, tetapi pikirannya melayang menuju perawakan Jung Kook yang begitu memesona. Badannya yang terbentuk, tetapi tidak terlalu besar, pas dan terlihat sehat. Mata kecokelatan yang tegas, tetapi menenangkan di saat yang bersamaan, memberikan Ji Min kepercayaan bahwa Alpha itu tidak akan menyakitinya. Insting Omega di dalamnya mulai menggema, Jung Kook begitu gagah .... Tanpa sadar tangannya menyelip ke dalam celana panjang yang ia kenakan, menyentuh miliknya sendiri yang sudah menegang.
Jung Kook, berada di atasnya, begitu mendominasi. Bayangan-bayangan bagaimana Jung Kook bisa membuatnya tunduk, dengan tangan besarnya, meraba seluruh permukaan badan Ji Min yang sedang sensitif.
Bibir kecil Ji Min ia gigit sendiri, tidak membiarkan desahan-desahannya tedengar hingga keluar.
"Jung ... Jung Kook." Suaranya berubah serak, berusaha sekecil mungkin sehingga terdengar merintih.
Dan Ji Min benar-benar lupa, bau cairannya bisa membuat Alpha di luar sana kehilangan akal sehat.
BRAK! Di ujung sana, Jung Kook dengan taring yang terlihat di sela-sela bibirnya, mata yang berubah menjadi merah darah, berhasil menghancurkan pintu hanya dengan sekali pukulan.
"Kau ... Sialan." Jung Kook benar-benar kehilangan akal sehatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ALPHAS ㅡ jungkook&jimin
FanfictionDi dunia mereka, Omegaverse, manusia dengan darah campuran werewolf dibagi menjadi tiga divisi. Alpha, Beta, dan Omega. Alpha merupakan yang terkuat, yang selalu dominan. Beta yang bisa menyelesaikan masalah antara ketiganya dengan kepala dingin. Da...