Limabelas;

8.4K 1K 57
                                    

Jimin meringis melihat Jungkook babak belur seperti ini. Ia tahu Taehyung mungkin saja mendapatkan luka dua kali lebih parah, tapi ia benar-benar tidak bisa meninggalkan Jungkook.

"Pelan-pelan, sayang!" Jungkook meringis perih akibat alkohol yang ditempelkan Jimin pada luka di sudut bibirnya.

Jimin hanya diam, ia merasa bersalah. Jika bukan karenanya, Jungkook dan Taehyung tidak akan pernah bertemu satu sama lain. Perlahan, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Pikiran-pikiran tidak baik mulai merasuki otaknya. Bagaimana jika Taehyung... Bagaimana jika Jungkook... Semuanya terasanya begitu menyakitkan.

"Ouch!" Jungkook menjauhkan tangan Jimin dengan kasar, kemudian menoleh menatap Jimin yang sudah tertunduk. Insting Alpha-nya kembali bekerja, meraung mengatakan apa saja yang Omega kecilnya itu sedang pikirkan. "Hey, Jimin."

Jimin mendongak dengan mata berkaca-kaca, "ya?"

"Kemarilah!" Jungkook dengan susah payah membawa Jimin ke dalam pelukannya. Mengusap surai merah muda itu dengan cekatan. "Ini bukan salahmu. Itu memang insting seorang Alpha. Milikku, tidak ada yang boleh menyentuhnya."

Jimin tersipu dengan kalimat terakhir yang dilontarkan Jungkookㅡia tahu ini bukan waktu yang tepat, tetapi kata-kata Jungkook benar-benar membuatnya mabuk kepayang. Miliknya, miliknya.

"Kita sedang membahas rasa bersalahmu, bukan kalimatku." Jungkook tertawa kecil setelah Jimin bereaksi dengan menyembunyikan wajahnya lebih dalam di dada telanjang Jungkook.

"Maafkan aku...,"

"Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Angkat wajahmu, aku ingin melihatnya!"

Jimin mendongak, beberapa cairan sudah menetes di pipinya yang tidak sengaja membasahi dada Jungkook juga. Yang lebih muda tidak mengerti, Jimin sekarang terlihat begitu menggemaskan, begitu lucu. Rasanya Jungkook ingin memiliki Jimin untuk dirinya sendiri, tapi untuk berjalan dengan benar saja ia belum bisa.

"Berhenti menangis, baby."

Jimin tersipu untuk kedua kalinya, memerah hingga telinga. "Berhenti memanggilku dengan sebutan itu, aku bukan bayi!"

"Memang bukan, tidak ada bayi yang bisa memuaskanku di ranjang."

"Ya! Jeon Jungkook!" Sebuah cubitan mendarat di pinggang sang Alpha, membuatnya mengaduh dengan cukup keras. Selanjutnya mereka berdua tertawa dengan lepas, saling menggoda lagiㅡlebih tepatnya Jungkook yang menggoda Jiminㅡhingga keduanya kelelahan.

Pagi hari berjalan begitu cepat, dua sejoli itu masih bergelung berpelukan di bawah selimut. Sang Omega membuka matanya lebih dulu kemudian menoleh pada jam di atas meja sebelah tempat tidur, masih pukul enam pagi.

Ia kembali berbaring menghadap Alpha-nya, meringis melihat begitu banyak luka di wajahnya. Tapi entah mengapa, ketampanan seorang Jeon Jungkook masih di sana. Jimin bisa melihatnya dengan jelas, walaupun tertutup luka dan lebam yang cukup banyak. Luka-luka itu menambah kesan manly, membuat Jimin merinding.

Insting Omega Jimin bergerak, ia mulai mendekatkan wajahnya sendiri dan mengecup luka-luka Jungkook dengan perlahan. Entah untuk apa gunanya, Jimin hanya ingin membuat Jungkook merasa lebih baik. Tepat saat ia ingin mencium ujung bibir Jungkook, Alpha itu bergerak sedikit, membuat bibir keduanya bertemu. Saat Jimin akan mundur, tengkuknya sudah ditahan oleh tangan kekar Jungkook. Mereka berbagi ciuman pagi dengan cukup liar. Ciuman yang bukan hanya sekadar kecup sana dan sini, namun juga melibatkan lidah dan bunyi decapan yang nyata.

"Terima kasih, aku yakin akan menjalani hariku dengan semangat." Jungkook menyeringai, kemudian menyandarkan sebagian punggungnya di kepala ranjang. Jiminㅡyang masih tidak percaya dengan apa yang terjadiㅡmemilih untuk kembali masuk ke dalam selimut dan menutup dirinya hingga kepala.

Jimin mengintip dari balik selimutnya, menemukan Jungkook yang terkekeh menatapi kelakuannya. Ia akhirnya keluar setelah satu menit di dalam selimut dan kekurangan udara. "Hari ini aku akan ke kafe."

"Tidak bisakah kau menemaniku yang sedang lemah dan tidak berguna ini?" Jimin baru pertama kali disuguhkan dengan pemandangan seperti iniㅡJungkook merengek dengan mata seperti anjing.

Yang lebih tua tertawa kecil, "aku baru tahu kalau Alpha juga merajuk."

"Hanya pada mate-nya." Jungkook sadar kalimatnya membuat Jimin memanas, jadi ia kembali terkekeh kecil tanpa suara. "Ya? Sekarang telepon pegawaimu itu dan katakan kau tidak bisa datang."

Jimin memutar bola matanya kesal. "Baiklah, apa aku akan mendapatkan hadiah jika menemanimu seharian ini?"

"Tentu saja," Jungkook tersenyum licik. "Bagaimana jika menghisap adikku dengan enak dan lama?"

"Bocah sialan!" Jimin melemparkan sebuah bantal ke arah Jungkook, tidak peduli pada luka-luka di tubuh Jungkook.


p.s: summer package 2017 is full of Jikook, i am dying❤️

THE ALPHAS ㅡ jungkook&jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang