"Tidak?"
Taehyung mengangguk untuk yang kesekian kali, tidak juga menunjukkan ekspresi apapun. Sedangkan Omega di hadapannya, hampir saja terjatuh karena shock jika ia tidak berpegangan pada dinding.
Omega ituㅡMin Yoongiㅡmeringis menahan tangis. Perjuangannya semuanya sia-sia sudah. Pengabdiannya untuk Alpha Kim, ditelepon tengah malam untuk memuaskan nafsu sang Alpha, semuanya sia-sia.
"Apa aku sebegitu buruknya?"
Taehyung merasakan sesuatu dalam dadanya terasa sakit, tapi dengan cepat diabaikannya rasa itu. "Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak bisa menjadi mate-mu."
"Baiklah... Aku pergi."
Dengan air mata yang sudah tumpah, Yoongi pergi dari apartemen Taehyung. Jalannya terseok karena Taehyung begitu kasar malam tadi, bahkan pakaiannya tidak cukup untuk melindunginya dari cuaca yang cukup dingin. Tapi hal itu tidak membuat Taehyung iba, dia tetap berdiri tegak tanpa ekspresi, membiarkan Yoongi pergi.
Demi apapun, Alpha Kim tidak bermaksud untuk menolak. Ia hanya belum siap, ia hanya masih terbayang dengan lelaki bersurai merah muda dengan senyum cerah itu. Ia hanya tidak sengaja menelepon Yoongi setiap kali hasratnya meraung meminta Jimin, dan Yoongi selalu datang. Saat hujan deras, Yoongi akan datang dengan payung hijaunya, menyambut Taehyung dengan senyuman hangat, namun Taehyung hanya akan membayangkan Jimin di sela-sela orgasmenya, membayangkan lelaki itu yang ia setubuhi.
Jadi, permintaan Yoongi untuk membuat komitmen terasa sangat berat bagi Taehyung.
**
Jungkook memokuskan kameranya, sebelum membidik tepat pada satu objek yang menurutnya sangat indah. Sedari tadiㅡseperti orang bodohㅡia berada di luar kafe milik Jimin dan mengambil beberapa foto lelaki mungil itu, persis seperti seorang stalker.
Ia tersenyum cerah mendapati hasil fotonya yang menampakkan Jimin tersenyum lebar sebanyak hampir tiga puluh foto, begitu jelas dan begitu memukau.
"Kau ini stalker atau apa?" Suara bernada tinggi yang akhir-akhir ini selalu ia dengar saat pagi dan sebelum tidur.
Jungkook mengalungkan kameranya, kemudian membuka kedua lebar tangannya meminta pelukan. Jimin menuruni anak tangga dengan sedikit berlari sebelum menubruk Jungkook, membuatnya sedikit terhuyung ke belakang.
"Kau merindukanku?"
Jimin mengangguk antusias, membuat Jungkook memerlihatkan senyum kelincinya. Mereka kemudian masuk ke ruangan Jimin, yang berada di lantai dua kafe ini.
"Aku merindukanmu, Jimin."
Entah siapa yang memulai, keduanya sudah saling mengecup satu sama lain. Hanya kecupan-kecupan ringan yang berbunyi, tetapi cukup membuat nafas keduanya memberat. Jungkook kini sudah memeluk Jimin yang berada di pangkuannya, mengelusi dagu runcing lelaki itu sebelum mengecupnya lagi dan lagi.
Jimin melesakkan lidahnya ke dalam mulut Jungkook, berusaha mendominasi. Tetapi Jungkook dengan seringai kecil langsung mengubah situasi. Ditidurkannya Jimin di atas sofa kecil, kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas lelaki itu. Jungkook segera melumat bibir tebal kekasihnya, menggigitnya atas bawah, tidak memberi ampun.
Lenguhan-lenguhan dan deru nafas yang panas membuat atmosfir di ruangan ini menjadi ikut memanas. Decapan-decapan mulut yang beradu dan desahan Jimin membuat sesuatu dalam celana Jungkook mengetat.
Keduanya melepaskan diri setelah tidak kuat menahan nafas, menyatuhkan kening dengan kening. Di mata Jungkook, Jimin terlihat ethereal. Lebih dari indah, lebih dari sempurna, dan Jungkook tidak meminta apa lagi selain melihat Jimin menganggukkan kepalanya saat ia meminta Jimin menjadi mate-nya, nanti.
Sebentar lagi Jimin, Jungkook mengecup kening itu lama, menyalurkan rasa di dadanya yang begitu membuncah. Ini sempurna.
hoi aku kangen ;(
anyone miss me????
no? okay :(
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ALPHAS ㅡ jungkook&jimin
FanfictionDi dunia mereka, Omegaverse, manusia dengan darah campuran werewolf dibagi menjadi tiga divisi. Alpha, Beta, dan Omega. Alpha merupakan yang terkuat, yang selalu dominan. Beta yang bisa menyelesaikan masalah antara ketiganya dengan kepala dingin. Da...