Sepuluh;

11.9K 1.4K 114
                                    

Semenjak kejadian kemarin, Ji Min belum menghubungi Jung Kook sama sekali. Surainya sudah berantakan karena terlalu pusing, dengan secelah keberanian, ia membawa sebuah kotak bekal makan siang dan berangkat dari kafe.

Ji Min kesal memang, seenaknya di depan pegawai dan teman-temannya, Jung Kook mengatakan bahwa ia adalah milik Alpha itu. Tetapi, satu celah dari hati Ji Min menyukai nama panggilan itu, milik Jung Kook.

Lelaki mungil itu sekarang menyesal, ia tidak tahu harus kemana membawa bekal makan siang ini. Kantor polisi terasa sungguh sepi, ia tidak tahu harus berbuat apa. Badannya sudah setengah berbalik, ketika suara itu mengagetkannya.

"Ada apa?"

Dengan refleks Ji Min menoleh dan mendapati pemuda dengan seragam lengkap itu tersenyum. Langkah demi langkah dari Jung Kook ikut membuat Ji Min ketar-ketir. Ia tidak tahu mengapa ia tidak menuruti akal sehatnya, dan malah bertindak bodoh membawakan bekal makan siang untuk Alpha di hadapannya.

"Bagaimana kau tahu aku di sini?"

"Baumu, tentu saja."

Seperti dapat membaca pikiran Ji Min, yang lebih muda menarik lelaki mungil yang tampak tersesat itu menaiki tangga, menuju ruangannya sendiri.

Ji Min diam saja, tidak tahu harus berbicara apa, tetapi tangannya membuka kotak bekal makan siang itu dan mendorongnya ke hadapan Jung Kook.

"Ini, sebagai rasa terima kasihku untuk yang kemarin."

Jung Kook tersenyum, "sama-sama."

Selagi menunggu lelaki di hadapannya selesai dengan santapan makan siang itu, Ji Min mengedarkan pandangannya. Ruangan ini penuh dengan hiruk pikuk pekerjaan, tidak terlalu banyak omongan, hanya suara mesin ketik dan kertas yang berhamburan sana sini.

"Kau sudah makan?"

Ji Min kembali fokus menatap Jung Kook, dan menggeleng. "Nanti saja."

Seperti cerita roman remaja, Jung Kook menyodorkan sesuap makanannya untuk Ji Min, dan menatapinya dengan tatapan makan-atau-mati. Dengan susah payah, Ji Min mengiyakannya dan mulai mengunyah makanan tadi.

Setelah beberapa puluh suap yang dibagi, mereka berdua memutuskan untuk berjalan sebentar, sekaligus menunggu jam istirahat Jung Kook untuk habis.

Suasana hari ini masih cukup dingin, setelah mengambil mantelnya, dua sejoli itu berjalan beriringan tanpa tujuan.

"Apa kau mengenalnya?" Jung Kook tiba-tiba saja bertanya, tidak tahan lagi karena ia menyimpan semua pertanyaannya dalam batin cukup lama.

Ji Min menoleh ke arah yang bertanya, "kami dekat. Maksudku, aku  sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri."

"Saudara sendiri sampai kau membiarkan ia hampir menyentuhmu saat masa heat?"

Helaan napas Ji Min menjadi berat. "Aku tidak menyangka ia datang hari itu. Dan, terima kasih."

"Aku tidak menolakmu."

"Benarkah? Kita akan membicarakan kejadian itu saat ini? Aku malu, Jung Kook."

Tangan mungilnya kini terasa hangat karena genggaman Jung Kook, dan untuk pertama kalinya, tidak ada erangan atau kicauan protes dari sang Omega. Keduanya memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman yang sepi.

"Aku tidak pernah menolakmu, Ji."

"Hyung. Aku lebih tua."

Jung Kook terkekeh, "tetapi nyatanya aku yang harus melindungimu."

"Terserah kau saja."

Bibir mengerucut itu membuat sang Alpha gemas. Dicurinya sebuah kecupan dari bibir manis Ji Min, membuatnya terkesiap.

"Apa yang kau lakukan?!"

Jung Kook menangkupkan kedua tangan besarnya di pipi Ji Min, membuatnya hampir tenggelam. "Menciummu, tentu saja."

"Tidak ada yang memberikanmu izin untuk melakukan itu."

"Aku tidak perlu izinmu."

Sekali lagi, tanpa sadar, Ji Min mengembungkan pipinya dan mengerucutkan bibir tebalnya. Napas Jung Kook terasa memendek, tetapi ia tidak boleh terlena.

"Sekali lagi, aku tidak pernah menolakmu."

Masih dengan posisi yang sama, Ji Min menghela napas. "Menyuruhku pergi saat aku sudah merendahkan diriku untukmu bukanlah sebuah penolakan?"

Sang Alpha kembali terkekeh, semua hal yang dilakukan lelaki di hadapannya benar-benar lucu, dan membuat hatinya menghangat. "Bukan. Aku hanya tidak mau kau menyesal."

"Bahkan aku tidak pernah berpikir untuk menyesal."

Deretan kalimat itu membuat keduanya terdiam, Ji Min mengutuk dalam hati, dan Jung Kook ... Sepertinya sesuatu dalam perutnya bergerak-gerak, membuatnya geli.

"Aku tahu, aku minta maaf."

Ji Min melepaskan tangkupan tangan Jung Kook dan mengangguk. "Tidak apa-apa, aku memang pantas untuk ditolak."

"Yang benar saja?"

Ji Min menunduk. "Aku bukan Omega yang menarik, aku tahu itu."

"Kau tidak." Jung Kook tidak melanjutkan kata-katanya dan menarik lelaki itu untuk kembali berjalan. Jam istirahatnya sudah hampir habis.

Keduanya berjalan dengan sunyi, sibuk dengan pikiran masing-masing. Jung Kook tidak tahu ia menyakiti Ji Min sebegitu dalamnya, dan ia harus menebus semuanya.

Tepat di depan kafe Ji Min, mereka berdua berhadapan. Entah keberanian dari mana, Ji Min berjinjit dan memasangkan tutup kepala mantel Jung Kook, membuatnya lebih hangat.

"Hati-hati."

Jung Kook dengan tiba-tiba membawa lelaki mungil itu ke dalam rengkuhan hangatnya, membisikkan sesuatu. "Kau tidak tahu berapa kali aku harus bermain sendiri saat kau berada di ranjangku, dengan bau yang sangat menyengat. Nanti, aku ingin melakukannya denganmu, tetapi bukan hanya sex. Aku ingin kau menjadi mate-ku. Aku ingin menandaimu."

THE ALPHAS ㅡ jungkook&jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang