Lima;

10.6K 1.3K 96
                                    

if you're a jikook shipper, please watch the video above, and if you're not a jikook shipper, oh fuck it, just watch the video above. ;)

"Pergi, sekarang." Jung Kook menatapi Ji Min dengan pandangan tidak suka, membiarkan lelaki yang berada di kasurnya itu bingung karena ucapannya yang tiba-tiba.

Setelah mencerna apa yang Alpha itu perintahkan padanya, Ji Min dengan segera bangun dari tempat tidur, membiarkan rasa lengket memenuhi tangan, dan selangkangannya, membuatnya begitu tidak nyaman. Tetapi, kemarahan Jung Kook terhadap dirinya lebih penting.

Sebenarnya ia tidak mengerti mengapa Alpha itu tiba-tiba merusak pintu miliknya sendiri dan menyuruhnya pergi. Bukankah ... Bukankah lelaki itu yang memintanya bermalam? Apa desahan Ji Min terlalu keras sehingga Alpha itu mendengarnya dan menganggapnya rendah?

Tangan mungil itu bergetar sembari mengambil tas kecilnya, kaki kecilnya juga tergesa menuju pintu keluar. Menolak kembali bertatapan dengan Alpha yang menatapnya dengan membara.

"Omega."

Satu suara membuat Ji Min kembali menoleh dengan takut, Alpha Jeon menatapnya, tepat di mata. Rasanya seperti menusuk ke dalam jiwa. "Y-ya?"

"Aku menolongmu karena itu adalah tugasku."

"O-oh, terima kasih ...." Ji Min berlalu, tidak membiarkan Alpha di ujung sana melihat bagaimana deras air matanya mengalir.

Setelah kepergian Ji Min, segera ditutupnya pintu depan, dan kembali ke dalam rumah. Menyelesaikan urusannya untuk yang kedua kali.

"Sialan. Omega sialan."

Udara dini hari ini begitu menyengat kulit, sangat dingin hingga rasanya Ji Min akan membeku sebentar lagi. Tetapi tidak ada kendaraan umum yang masih beroperasi di jam ini, dan hal itu memaksa Ji Min untuk berjalan kembali ke rumahnya.

Kakinya terasa pegal, sungguh pegal hingga ia sebentar lagi akan ambruk ke tanah. Napasnya sudah terlalu cepat karena kelelahan. Tepat saat ia membuka pintu, tubuhnya terhempas ke atas ranjang. Tidak bergerak, langsung terlelap begitu saja.

Pukul delapan pagi, lelaki bersurai emas itu bangun dengan perlahan, sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela membuat tidurnya terganggu. Oh, kakinya benar-benar tidak terasa pagi ini. Bukan hanya kaki, tetapi seluruh badan Ji Min terasa seperti tertusuk dengan ribuan jarum. Selain karena berjalan dengan pakaian seadanya pukul tiga dini hari di musim hampir dingin, efek tidak mendapatkan kebutuhannya pada masa heat juga membuat tubuhnya terasa retak.

Sudah tiga puluh menit, tetapi Ji Min masih setia duduk di atas ranjang dengan memeluk lutut. Ia bahkan baru ingat, bagian sensitifnya begitu terasa tidak nyaman karena hasil yang ia perbuat semalam belum ia sempat bersihkan.

Air matanya terus mengalir, berpikir kesalahan apa yang ia lakukan. Selain itu, perasaannya benar-benar hancur, ia seakan ditolak oleh seorang Alpha di tengah masa heat-nya, apa baunya menjijikkan? Ia tidak tahu.

"Ji, apa kau baik-baik saja?" Di ujung sana, Ho Seok menanyakannya dengan suara yang benar-benar terdengar khawatir.

Ji Min mengangguk, ia lupa ini sambungan telepon, Ho Seok tidak bisa melihatnya. "Aku baik-baik saja, hyung."

"Istirahat dengan baik, Ji. Jangan khawatirkan tentang kafe."

Dengan begitu, Ji Min memutuskan sambungan telepon. Ia kembali merapatkan pelukannya pada kedua kaki, menahan rasa panas yang menjalar. Masa heat yang buruk, ditambah penolakan seorang Alpha yang menyakitkan, batinnya.

Teleponnya berbunyi lagi, seperti sebelumnya, ia melihat siapa yang kali ini menganggu lamunanya, dan Ji Min mengumpat kasar setelah melihat siapa yang menghubunginya.

Kim Tae Hyung.

Tanpa mengindahkan teleponnya yang terus berbunyi, Ji Min menahan semua rasa sakit di tubuhnya dan pergi ke kamar mandi.

THE ALPHAS ㅡ jungkook&jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang